SATU-SATUNYA SITUS RESMI AYAH EDY

SATU-SATUNYA SITUS RESMI AYAH EDY
Bagaimana caranya..? Gabung di FB: komunitas ayah edy, download talkshow di www.ayahedy.tk

Friday, November 28, 2008

Selamat Hari Guru Indonesia



KAMI PARA GURU MENGUCAPKAN TERIMAKASIH YANG TAK TERHINGGA KEPADA PARA ORANG TUA YANG TELAH DENGAN BANGGA MENGIJINKAN DAN MENDUKUNG ANAKNYA UNTUK MENJADI SEORANG GURU..!
SEHINGGA KAMI PUN MERASA BAHAGIA DAN BANGGA BERPROFESI SEBAGAI SEORANG GURU. KARENA KAMI MEMANG TELAH MEMILIH UNTUK MENJADI GURU DAN BUKANNYA TERPAKSA MENJADI GURU.

KARENA KAMI SADAR NASIB BANGSA INI ADA DI TANGAN GENERASI PENERUSNYA, DAN NASIB GENERASI PENERUS BANGSA ADA DI TANGAN KAMI PARA GURU.

SEMOGA TUHAN SELALU MEMBERIKAN KEKUATAN PADA KAMI AGAR BISA MENJADI TELADAN BAGI ANAK-ANAK KAMI DI SEKOLAH JUGA DIRUMAH. DAN SEMOGA AKAN LEBIH BANYAK LAGI PARA ORANG TUA YANG MENGIJINKAN DAN BANGGA ANAKNYA MENJADI SEORANG GURU.


SALAM BAHAGIA
DARI SEORANG GURU
UNTUK SELURUH GURU DI PELOSOK TANAH AIR.

6 comments:

  1. Guru, mengingat nama itu pikiran saya selalu bergemuruh dengan ombak haru. Teringatlah di mana wajah-wajah tulus guruku ketika dengan penuh semngat ajarkan pengetahuan dan tranformasikan pesan moral.

    Saya salah satu orang yang bercita-cita jadi guru, dan terima kasih saya ucapkan pada Sang Maha Guru karena berikan saya kesempatan kuliah di IKIP Jakarta. Walau kini saya tak bekerja di sekolah, namun nyala kobaran semangat mencerahkan masih terus berkobar. Mendidiik atau mengajar tak harus dilakukan di sekolah, di semu bidang kehidupan bisa dilakukan. "Kembangkan sayap ilmu bagi persada nusa. Panjnag umur amalmu dan jayalah IKIP Jakarta" Begitulah bunyi satu bait lagu yang dimiliki IKIP Jakarta. (Kala berkendara, saya sesekali suka menyanyikan lagu ini...kadang menetes air mata ini, mengingat orang-orang yang diberi kecerahan dalam pemikiran)

    Lulus dari IKIP Jakarta, ada satu yang amat membekas di benak saya, sampai sekarang. Yaitu teori Bloom, yang memiliki tiga ranah pemikiran penting dalam mendidik manusia, kognitif, afektif, dan psikomotorik.

    Koginitif mengajarkan saya bahwa mengetahui saja tak cukup, wajib dilanjutkan dengan memahami, lalu aplikasi, lalu evaluasi dan terakhir sintesa.

    Afektif mengajarkan saya, bahwa pengetahaun dan aplikasi koginitif akan sangat berdaya guna bila didukung dengan sikap yang baik. Itulah bedanya mendidik dengan mengajar. "Kalau kau pandai gunakan akal, budi pekerti gunakan juga." (Syair menyentuh karya penyanyi melayu, Mashabi, yang enggak bakal saya lupakan)

    Terakhir, psikomotorik, bahwa semua pengetahuan dan aktivitas kita bersikap mesti dilakukan dengan gerakan atau aktivitas yang benar. Salah satunya dengan olah raga, kesehatan itu seperti uang, kalau kita menginvestasikan dengan benar, maka uang itu akan berdaya guna optimal (inspirasi dari Ade Rai).

    Rahmat
    rahmat@gramedia-majalah.com

    Mudah-mudahan saya bisa jadi guru yang baik buat isteriku, Ifo Indriati dan dua buah hatiku, Kirana Alif Arrafi dan Davinci Zidan Arrafi. Aku bahagia karena buah hatiku itu selalu memberi pengiburan buat kehidupan rumah tangga kami.

    ReplyDelete
  2. Saya kurang setuju bila profesi Guru apalagi seorang guru yang sekedar mencari nafkah karena tidak ada pilihan lain. Bila guru tersebut suatu pilihan profesi yg memang datang dari niat tulus, umumnya mereka akan menjadi Guru yg memang PATUT DITIRU, sekalipun mereka tidak bergaji cukup.
    Saya mempunyai mimpi terutama Guru SD harus seseorang yg matang, Dewasa, Bijaksana serta mengerti psicology anak, Guru akan membantu org tua murid untuk mengenali, kemampuan dan kelebihan siswa, selanjutnya kelebihan itu yang terus diasah dan diberikan tambahan sehingga menjadimaksimal, Murid tidak bisa di rangking secara umum, mereka yg pandai seni dan olah raga tidak dapat di adu dengan siswa yg pandai matematik dan fisika. mereka memiliki jalu dan keahlian yg lain. sehingga PR yang diberikanpun harus berbeda, bahkan kelasnya juga harus berbeda, wassalam

    ReplyDelete
  3. Saya tertarik untuk mengajak mereka yang sudah pensiun, umumnya berusia sekitar 55-60 mereka masih sangat prima kesehatanya, pengetahuan oke mereka membutuhkan suatu kegiatan untuk mengisi waktu, dan membantu orang lain, Mereka ini sebetulnya dapat dimanfaatkan untuk mengajar di SD, SMP yang lokasinya dekat dengan mereka tingga untuk berbagai pelajaran. Bila ada suatu lembaga, misalnya LSM yg dapat mewadahi mereka tentu akan banyak yg bisa dibuat untuk siswa SD, SMP Minimal seminggu 1-2 kali mereka memberi pelajaran tentang motivasi, tentang autobiografi dll bahkan pelajaran resmi sekalipun. Dengan demikian Pensiunan merasa dibutuhkan , dan sekolah makin akrab dengan mesyarakat sekitarnya syukur-syukur bila mereka justru bila membantu sekolah maupun siswa kearah yg lebih jauh, terimakasih

    ReplyDelete
  4. Mari kita mulai dari diri kita sendiri, dari hal-hal yang kita bisa kerjakan dan mulai hari ini juga... Mengapa tidak...?

    ReplyDelete
  5. Sebetulnya profeso Guru, sam dengan profesi lainya, juga seperti Dokter, Insinyur, polisi jadi tidak perlu guru iru di besar=besarkan seolah paling berjasa, dasarnya adalah sama-sama mencari gaji, pangkat dan kedudukan, malah belakangan ini Guru adalah pilihan terakhir setelah tidak diterima diberbagai kesempatan, khususnya guru semacam ini yang jumlahnya terbanyak, tapi guru yang karena pannglan jiwa danpengabdianya seperti juga mereka uyg mengabdi ditempat lain mereka itu juga perlu dihargai sama,

    Dan yang perlu diperhatikan lagi organisasi PGRI itu secara turun temurun di pegang orang tertentu, sehingga yg diperjuangkan hanya guru sekolah negeri, sedangkan Guru sekolah swasta bahkan Guru Honorer tidak menjadi perhatian PGRI ini menyedihkan
    terimakasih

    ReplyDelete
  6. selamat kepada guru . guru adalah setetes kesejukan. saya adalah guru yang bangga, sedih dan kecewa pada guru sendiri. melalui aku bisa jadi guru dan melalui guru aku ingin menitipkan pesan guru sejati.

    ditengah sorotan berbagi media dan berita guru seolah olah selalu dijadikan bahan target utama untuk mencari cari salah pada wajah pendidikan kita.

    ketika melihat kemajuan teknologi yang sedemikian canggih saya sedih melihat guru guru Khususnya guru negeri yang masih gaptek. tidak berusaha mengembangkan diri, sementara peerintah telah berusaha untuk meningkatkan kesejahteraan mereka.

    bener kata ayah edi mari kita mulai dari diri kita. mungkin itu yang bisa saya lakukan.

    Apalagi kalau melihat kondisi murid murid aduh betapa sedihnya hatiku . di Jakarta ini ternyata masih banyak sekali anak -anak yang sangat minim akan fasilitas pendidikan.

    sekali lagi saya setuju ,kata ayah edi mari kita mulai dari diri kita.
    di sekolah saya guru gurunya tidak seperti yang selalu diberitakan dikoran menarik sumbangan ini , itu.Tapi guru - guru kami justeru seringnya mengeluarkan santunan dan sumbangan kepada anak -anak yang yatim, miskin dan kurang mampu. Tidak sedikit yang menyisihkan setiap bulannya untuk sekedar kasih uang jajan ke anak - anak atau sumbangan buku, pakaian dengan kesadaran sendiri. jadi saya sangat sedih mendengar sekolah menarik pungutan ini, itu aduh sedih rasanya.

    ReplyDelete