SATU-SATUNYA SITUS RESMI AYAH EDY

SATU-SATUNYA SITUS RESMI AYAH EDY
Bagaimana caranya..? Gabung di FB: komunitas ayah edy, download talkshow di www.ayahedy.tk

Monday, October 21, 2013

LAUNCHING DAN BEDAH BUKU AYAH EDY PUNYA CERITA

Pastikan anda hadir dalam Launching buku yang akan di adalakan di Istora Senayan, Minggu tanggl 3 November 2013.  Info lengkap silahkan klik dan baca brosur berikut.

Kabar Gembira untuk Keluarga Indonesia yang tinggal Bali dan sekitarnya akan ada Bedah Buku Launching buku ayah edy punya cerita pada tanggal 9 dan 10 Nopember di Kuta dan Ubud informasi lengkap akan di berikan melalui face book Dr. Wayan Mustika, silahkan langsung bergabung di fb. https://www.facebook.com/mwayan?fref=ts

Pastikan anda copy darat dan berjumpa langsung dengan ayah untuk bersama2 terus MEMBANGUN INDONESIA YANG KUAT DARI KELUARGA.

Hormat kami,
AE Management

Monday, October 14, 2013

MENDIDIK ANAK UNTUK JADI CERDAS ATAU BIJAKSANA ?

SI CERDAS DAN SI BIJAK

Suatu hari disebuah desa dekat Hutan ada seorang anak muda yang cerdas, yang sering mengamati burung2 di hutan tersebut.

Saking cerdasnya hanya dengan kicauannya saja, anak tersebut selalu tepat menyebutkan jenis apa burung tersebut, dan bahkan tidak hanya itu dari kepakan sayap saja, dari kejauhan ia bisa menduga burung apa gerangan yang ada di atas pohon di hutan tsb.

Karena cerdasnya ia oleh penduduk desa di panggil sebagai "si Cerdas".

Namun demikian di desa itu juga terkenal ada seorang pertapa yang terkenal sangat bijak; dan karena pemikirannya yang bijak di panggilan pertapa tersebut "si Bijak."

Suatu ketika si anak ini ingin bahwa penduduk desa lebih menghormati dirinya dari pada si Bijak pertapa tadi, maka akhirnya ia mengajak penduduk desa untuk ramai2 mendatangi si bijak bersama anak tersebut untuk menguji pemikiran siapa yang lebih baik di antara mereka.

Pagi2 sekali si Cerdas sudah pergi ke hutan untuk menangkap seekor burung kecil, lalu burung di pegang dan di bawa ketempat tinggal sang pertapa.

Rupanya disana sudah banyak sekali penduduk dusun tersebut berkumpul untuk menunggu datangnya Si Cerdas untuk menunjukkan kebolehannya di depan Si Bijak, sang pertapa.

Wah senang sekali hati si anak cerdas ini;
"Sekaranglah saatnya penduduk kampung bisa melihat siapa diantara kita yang lebih hebat dan lebih patut di hormati di kampung ini". Pikirnya dalam batin.

Terlihat disana Sang pertapa sedang duduk santai memejamkan mata, sambil duduk bersila di atas pertapaanya dengan posisi teratai.

Tiba2 dari kejauhan di depan sang pertapa anak ini berteriak;
"Hai pertapa aku ingin mengujimu apakah memang benar jika kamu itu tahu segalanya? "

Mendengar teriakan yang sangat keras itu Sang Pertapa perlahan membuka matanya yang terpejam, dan tersenyum lembut sambil berkata; "Ada apa anakku ?"

Lalu sekali lagi anak itu berteriak: "Aku ingin membuktikan apakah memang benar kamu adalah orang yang bisa mengetahui segalanya ?"

Lalu Sang pertapa kembali tersenyum lembut.....tanpa berujar apapun.

"Kalau memang kamu tahu segalanya; ini di tanganku aku sedang memegang seekor burung kecil"
(tangan anak itu di sembunyikan di belakang pinggangnya hingga tak terlihat oleh Sang Pertapa).

"Coba kamu tebak apakah burung yang ada di genggaman tanganku ini dalam keadaan hidup atau mati ?"

Lalu pertapa itu kembali tersenyum lembut.....

"Ayo cepat tebak !", teriak si anak muda dengan tidak sabar.

"Ayo tebak, jangan hanya tersenyum2 saja, ayo segera buktikan jika memang tebakanmu kali ini benar, agar penduduk desa ini bisa segera mengetahui kamu atau aku yang lebih hebat."
Teriak si anak dengan lantangnya.

Sambil tersenyum lembut; Sang pertapa menjawab;
"Tentu saja burung yang ada di tanganmu itu dalam keadaan mati Nak"

"Ha...ha....ha...., anak itu tertawa dengan puas, lihatlah ternyata kali ini kamu salah!, dan betapa bodohnya kamu, tidak bisa menjawab pertanyaanku yang sangat mudah ini." Teriak anak si anak cerdas, sambil melepas burung kecil itu untuk terbang bebas ke angkasa.

Dan penduduk desa itupun segera saja bersorak2 mengelu-elukan si Anak cerdas ini.

"Dasar orang tua bodoh, menjawab masalah seperti ini saja kamu tidak bisa dan jalas2 salah." Teriak anak tersebut sambil melihat kepada penduduk desa yang menyaksikan unjuk kebolehan tersebut.

Sambil tersenyum Pertapa Bijak itu berkata;

"Anakku sayang; tidak apa nak, kali ini aku menjadi terlihat bodoh didepan semua orang yang hadir disini"

"Aku memilih terlihat bodoh untuk membuat burung itu tetap hidup di genggaman tanganmu, aku memilih menjadi terlihat bodoh agar burung tersebut bisa segera engkau lepaskan dan terbang kembli ke sarangnya di atas pohon sana agar bisa segera memberi makan anak-anaknya."

"Bukankah sejak pagi engkau telah menangkap burung itu, dan sejak pagi pula anak-anak burung itu menunggu orang tuanya kembali untuk memberinya makan?"

"Aku memilih terlihat bodoh karena aku sadar bahwa nasib burung kecil itu dan anaknya sangat tergantung dari jawabanku kepadamu."

Dan sejenak penduduk desa tertegun mendengar jawaban sang pertapa bijak tersebut, dan setelah memahami arti ucapan dari sang pertapa; maka serentak penduduk desa tersebut berbaris dan memberi hormat yang tulus pada sang pertapa bijak tersebut.

Begitu pula si anak cerdas tadi, perlahan2 iapun menyadari betapa hebatnya pemikiran si kakek tua ini.

Dan terlihat iapun membungkukkan badannya untuk memberi hormatnya pada Sang pertapa bijak tadi.

Nah... bagi anda sendiri pelajaran apakah yang bisa kita dapatkan dari kisah ini...?

- by ayah edy -
Awal Agustus 2013



Sunday, October 13, 2013

POTRET PENDIDIKAN DI NEGERI PARA KORUPTOR

Seorang koruptor tertangkap KPK berkata;  "lagi terkena Musibah"  ??????

BENAR2 MUSIBAH BAGI NEGERI INI JIKA ORANG TERTANGKAP MENCURI BERKATA DIA SEDANG TERKENA MUSIBAH !!!

POTRET DI NEGERINYA ORANG2 PINTAR TANPA AKHLAK


SEORANG GURU SEJATI PAHLAWAN PENDIDIKAN

JIKA SEORANG GURU BEGITU MENCINTAI PROFESI DAN MURID-MURIDNYA MAKA NYAWAPUN SIAP MENJADI TARUHANNYA.




This is Victoria Soto. She died a hero today. She hid her first graders in the cabinets and closets after hearing the gunfire. When the shooter came to her classroom, she told him that her students were in the gym. He then gunned her down and moved on. She saved the lives of all of her students. Please pass this on if you see it. She deserves to be remembered for her bravery.

Inilah sosok Vicotria Soto, Hari ini Dia wafat sebagai seorang pahlawan. Dia menyembunyikan para murid kelas satunya di lemari, kamar mandi setelah mendengar suara tembakan senjata. Ketika si penembak masuk ke kelasnya, dia mengatakan bahwa para muridnya sedang berada di Ruang Olah Raga. Kemudian Si pembunuh itu menembak mati dan meninggalkannya. Tolong sebarkan foto ini jika anda mendapatkannya. Victoria Soto; Sang guru sejati ini pantas untuk di kenang atas segala keberaniannya.

Here is a link to snopes, where they confirm that she did try to block the gunman, and I'm assuming the original report I read was from her cousin that they report him saying that Victoria was trying to get the children into the closets and cabinets.

Berikut ini adalah link/koneksi untuk bisa di akses, dimana mereka membenarkan bahwa Victoria Soto benar berusaha untuk menghalangi si Penembak, dan saya mendapatkan laporan asli yg saya baca dari sepupunya yg mengatakan bahwa Victoria berusaha untuk menyembunykan murid2nya kedalam lemari dan kamar mandi;

http://www.snopes.com/politics/guns/newtown.asp

And an interview with her cousin, with what is probably some of the most up to date information on Victoria!

Dan sebuah interview dengan sepupunya, yg mungkin menjadi informasi paling terkini mengenai Victoria !

http://abcnews.go.com/2020/video/tragedy-elementary-school-fallen-teachers-story-17980665

PENDIDIKAN YANG MENGUTAMAKAN ETIKA PRILAKU MORAL KOK ADANYA MALAH DI NEGARA BARAT ?



Wah...wah.... Indonesia masih sibuk terus mengganti2 Istilah mulai dari ujian UAS, UAN, SIPENMARU, SPMB, UMPTN, SMPTN trus apa lagi ya? padahal kontennya masih sama saja tak ada perubahan yg berarti.

Lanjut lagi dengan kebingungan membuat istilah dengan Status sekolah.... Unggulan... ter Akreditasi A.... RSBI dll sebagainya..... yang esensinya juga masih sama, ujian, tes, angka dan nilai-nilai.

Padahal intinya ya cuma sekolah yg bayarannya mahal dan murah saja tidak jauh beda isi kurikulumnya. Dan gak ada jaminan apapun...

Sudahlah.....
Lebih baik buat sekolah yg kembali ke AKHLAK, KARAKTER, BUDI PEKERTI DAN TATA KRAMA sebagai alat ukur utama keberhasilannya. Negeri ini sedang krisis akhlak dan moral dan bukan krisis kecerdasan.

FINLANDIA saja yg katanya negara "BARAT" sudah memulainya sejak 20 tahun yg lalu MENJADIKAN ETIKA PRILAKU MORAL SEBAGAI TARGET UTAMA HASIL PEMBELAJARANNYA. Masak kita negara Timur yg katanya agamis dan katanya penuh tatakrama dan sopan santun, adab dan etika malah belum juga menyadarinya....?

OBROLAN AYAH DENGAN CHANTALL SEPUTAR NEGARA DENGAN SISTEM PENDIDIKAN TERBAIK DI DUNIA



DIMANA LETAK PERBEDAANNYA ?????

Tadi malam setelah kami selesai siaran di Sindo TV, sempat berbincang2 dengan Chantall Della Concetta, presenter acara tsb melanjutkan obrolan kita.

Saya bercerita tentang sistem pendidikan di FINLANDIA pada Chantall, yang diakui menerapkan sistem Pendidikan (Sekolah) terbaik di dunia.

Tiba2 saja Chantall menimpali, katanya dulu ia semasa masih di Metro TV pernah dikirim meliput di Finlandia,

"Wah ayah...katanya..., penduduknya luar biasa.... santun ramah, dan yg menakjubkan katanya jika kita parkir mobil dimana saja tidak perlu di kunci, dan jika ada benda2 berharga bisa ditinggal di mobil tanpa perlu khawatir ada yg mencurinya...." Begitu katanya....

Jadi ternyata SISTEM PENDIDIKAN itu yg menentukan potret sebuah bangsa, jadi jika potret bangsanya Amburadul seperti ini, pasti sistem Pendidikan dan para penyelenggaranya juga amburadul

Begitulah kira-kira kesimpulan dari obrolan kami malam itu di Studio Sindo TV.

Lalu seperti apa sich SISTEM PENDIDIKAN TERBAIK DI DUNIA ITU ???

Berikut penuturan dari Syed Abdul Rahman Alsagoff
Foundar Arabic School in Singapore
Sekolah tertua yg didirikan oleh Swasta di Singapura; Sumber; Channel News Asia , 6 Mei 2009

Mengatakan bahwa ternyata di Finlandia itu tidak ada:

1. Akreditasi (Pemeringkatan) sekolah oleh pemerintah, yg ada akreditasi oleh Masyarakat; Jadi masyarakat melihat langsung apakah anak mereka yg didik di sekolah tersebut menjadi semakin baik, beretika dan cerdas atau malah sebaliknya. Jadi sekolah tidak dinilai oleh satu pihak saja, yakni Pemerintah, melalui Stnadar tunggal yg bisa saja keliru (dan jika keliru maka seluruh bangsa akan menganggung akibatnya) ; melainkan langsung oleh usernya yakni masyarakat. Jadi sekolah berusaha untuk menjadi yg terbaik dengan memberikan bukti langsung kepada masyarakat yg menilainya. Fungsi pemerintah lebih sebagai konselor atau Konsultan Pembimbing bagi sekolah dan mengembangkan sistem sekolahnya bukan Lembaga Akreditasi. Mencatat sekolah2 yg dianggap berhasil oleh masyarakat dan membantu sekolah2 yg belum dianggap berhasil.

2. Tidak ada kurikulum tunggal yg ditetapkan oleh Pemerintah pusat, Setiap sekolah diberikan kebebasan mengembangkan kurikulum sendiri sesuai dengan potensi unggul daerahnya masing2. Jadi sepertinya jika sekolah itu di terletak di Bali mungkin yg lebih di utamakan adalah kurikulum pengembangan Budaya, Seni Tari, Ukir, Pahat dan sejnisnya. Jika dikalimantan mungkin tentang Batuan berharga, Gambut, Batubara, dan Budidaya Hutan, Jika di Maluku mungkin Perikanan dan budidaya kelautan dan sejenisnya. Wow !!! Pastinya akan banyak para ahli lokal yg pandai memanfaatkan potensi daerahnya.

3. Tidak ada standar ujian negara, melain berbasiskan pada proses hasil pembelajaran dari hari ke hari dari masing-masing anak, tanpa dibandingkan melalui sistem Rangking. Jadi tujuan pembelajaran adalah untuk menjadikan anak yg terbaik sesuai bidang yg diminati dan kemampuannya sendiri-sendiri bukan untuk mengejar peringkat dalam satu kelas atau satu sekolah. (karena prinsip pendidikan adalah mencerdaskan semua anak bukan untuk Merangking mereka dari yg terpintar hingga yg terbodoh)

4. Dan yg paling mengesankan adalah tidak ada standar Nasional KECUKUPAN MINIMAL untuk Nilai masing2 pelajaran (karena tiap anak memiliki kecepatan belajar yg berbeda2 dan kemampuan berbeda untuk bidang pelajaran yg berbeda).

Yang ada justru STANDAR NASIONAL ETIKA MORAL ANAK. Jadi setiap sekolah wajib mendidik setiap murid mereka memenuhi STANDAR ETIKA MORAL NASIONAL sebagai Pondasi Dasar membantuk Bangsa Yang Kuat dan Cerdas.

Jadi meskipun sekolah mereka memiliki kurikulum yg berbeda2 dengan spesialisasi kecakapan Bidang yg berbeda di sesuaikan dengan potensi daerahnya masing2 Namun setiap sekolah harus bisa menjamin bahwa setiap muridnya memiliki ETIKA MORAL YG STANDAR SECARA NASIONAL.

Wah.... sepertinya kok tidak terlalu sulit ya untuk mengikuti dan menjadi Negara dengan Sistem Pendidikan Terbaik di Dunia. Tentunya jika kita mau !!
Saudara-saudara sebangsa dan setanah air,

Seandainya anak kita bersekolah dengan sistem seperti ini sudah kebayang ya akan menjadi sangat luar biasa !!!.

Bersekolah akan menjadi hal yg menarik, menyenangkan sekaligus menantang dan tidak lagi membosankan dan menekan kejiwaan anak.

Dengan adanya Etika Moral yg di Standardisasi secara Nasional pastinya tidak akan ada lagi TAWURAN MASAL PELAJAR, Genk Nero, Genk Motor, dan sejenisnya di Jalanan. Anak akan menjadi respect pada guru dan orang tua, lebih beretika di sekolah, di jalan dan dirumah.

Dengan adanya sistem yg mengedepankan kecakapan individual dan tidak ada lagi sistem ujian dengan standar soal dan jawaban yg sama pastinya tidak akan ada lagi contek mencontek.

Tiap siswa akan tampil menjadi terbaik pada bidang kecakapan masing-masing yg memang menjadi bakat dan kelebihannya dan bukan dipacu dan ditekan untuk meningkatkan nilai atau bidang yg menjadi kelemahanya dengan cara ikut Bimbll atau Les siang, malam, pagi, sore.

Sekaligus masing2 anak-anak, Guru dan Orang Tuanya gak Stress lagi oleh Momok Nasional yg bernama Ujian Nasional, karena mereka di nilai bukan dari Ujian Akhir melainkan melalui proses perkembangan belajar dan penguasaan dari hari ke hari, sekaligus mereka juga dikembangkan berdasarkan kemampuan dan kecakapan bidang masing-masing, tidak untuk di Rangking, yg bisa berakibat sangat memalukan jika mereka termasuk 10 besar dari bawah.

Berkaca pada Syed Abdul Rahman Alsagoff sang Founder Arabic School di Singapore yg mau dan bisa melakukan perubahan dengan memulainya dari dirisendiri dan sekolahnya sendiri, kitapun mestinya bisa melakukan hal yg sama di Indonesia.

Jika Singapura bisa Indonesia Pasti Bisa !!!

Jika kita mau pasti bisa !!! dan bukan sebaliknya, Jika bisa sich sebenarnya kita mau !!!!

Ya Persis memulai perubahan mulai dari diri sendiri dan sekolah kita sendiri !!!

RINTISAN SEKOLAH BERTARAF INTERNATIONAL perlukah ?

KEPUTUSAN MK MENGHAPUS (RSBI) SEKOLAH RINTISAN BERTARAF INTERNASIONAL ???

Ada pertanyaan yg di lontarkan oleh seoran ibu via inbox sbb:

Ibu Ngatini Laksana Wati

Ass,Ayah hr ni ada temen FB yg tulis status seperti ini :

Ayah,

UUD 1945 pasal 5 ayat 1:
Setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan yang bermutu.

Tapi kenapa ya koq kurikulum berbasis standard internasional koq dibubarin?...

Ayah Mohon ditulis jawabanya dengan sy pengen Share ...
Mohon maaf dan terimakasih..

Penjelasan Kami:

Penamaan sekolah unggulan belum tentu unggul.

Mengapa ?? karena sekolah yg unggul itu semestinya bisa mengubah SAMPAH MENJADI EMAS, tapi faktanya sekolah yang mengaku unggulan malah melakukan seleksi hanya mau menerima anak2 yg katanya PINTAR DAN UNGGUL SAJA ??

itu namanya bukan sekolah unggulan. Mengubah Emas menjadi Emas semua orang juga bisa; bahkan tukang emas di pasar2 tradisional pun sangat mahir melakukannya.

Jadi jika sekolah itu unggul dia akan mau menerima anak apa adanya dan mengubah mereka menjadi anak yg unggul di bidangnya masing2. SEMUANYA !! tidak hanya sebagian kecil saja itu baru sekolah UNGGULAN namanya.

Saya ingat sekolahnya pak Munif "Lazuardi" di sekolah ini satu2nya tes yg di wajibkan pada anak adalah TES DENYUT NADI. Jika seorang anak di tes NADINYA MASIH BERDENYUT, maka ia pasti akan diterima sebagai murid. Tidak ada seleksi lainnya. Tugas sekolah lah untuk membuat setiap anak itu unggul.

Begitu juga dengan penamaan sekolah Bertaraf International belum tentu bermutu International. Tapi hanya lebih kepada fasilitas dan kemewahan sekolahnya saja yg mirip sekolah di Luar Negeri.

Ambil contoh konkret;

Di Jepang sekolah itu ya namanya sekolah saja; tidak ada Sekolah Jepang yg menamakan dirinya "Sekolah Jepang Bertaraf International", bahkan orang Jepang sangat mempertahankan budaya lokalnya dan tidak mudah terpengaruh oleh trend International bagi sekolahnya; Kecuali untuk hal2 yg berhubungan dengan peningkatan kualitas guru dan pengajaran.

Di Finlandia; negara yg di akui dunia MEMILIKI SISTEM PENDIDIKAN TERBAIK DI DUNIA. Tidak ada satupun sekolahnya yg diberi nama Sekolah Berstandarkan International, Sekolah Favorit, Sekolah Unggulan. Di sana menurut informasi yg namanya Sekolah ya sekolah saja (titik).

Begitu pula di Inggris dan negara Eropa lainnya.

Mengapa harus ada sekolah unggulan dan bukan unggulan; sekolah International dan Lokal ???

Bukankah semua anak Finland, juga anak Indonesia SEMUANYA harus Unggul dan mampu bersaing secara International ?

Itulah mengapa di Finland tidak ada sekolah Unggulan; karena semua sekolahnya Harus Unggul tidak boleh ada sekolah yg tidak unggul dan setiap sekolah harus mampu Menjadikan Anak2 Finland Unggulan.

Disana juga tidak ada pemeringkatan sekoah terakreditasi A, B, C Bermutu atau tidak bermutu. Mengapa ?? Karena semua sekolah harus bermutu dan Negara akan berjuang mati-matian untuk meningkatkan dan menjaga mutu setiap sekolah disana.

Bahkan di Finland, ada kebijakan bahwa masing2 daerah di berikan kepercayaan untuk mengembangkan kurikulum sesuai potensi unggul daerahnya masing-masing.

Tapi toh tanpa Embel2 Unggul atau Bertaraf International Finland tetap menjadi negara penyelenggara sekolah terbaik didunia.

Begitu pula dengan di negara maju lainnya Jerman, Prancis, Inggris dsb.

Pertanyaan besar buat kita ide apa kira dibalik Klaim2 Unggulan, Favorite, Berstandar International, Bi Lingual dsb..... tersebut ????

Usut punya usut, ternyata status tersebut dibuat lebih berhubungan dengan Faktor Biaya yg tinggi saja; yang menurut MK lebih mengarah pada mohon maaf mengutip berita di koran, "Pengkastaan Si Miskin dan Si Kaya Saja" ketimbang menyediakan pendidikan bermutu.

Jika dibiarkan ini akan menyesatkan masyarakat dan menciptakan GAP kecemburuan sosial yg semakin besar. Bayangkan negara secara resmi menciptakan generasi pintar dan bodoh bagi bangsanya. ?

Mari kita tengok kembali sejarah besar bangsa ini;

Dulu Bung Karno hanya bersekolah di Sekolah Rakyat (tanpa embel2 unggulan atau bertaraf International) namun malah menjadi TOKOH INTERNATIONAL YG DIKAGUMI DUNIA, demikian juga dengan Bung Hatta dan teman2.

Bahkan KH Agus Salim pada Zamannya, tercatat sebagai salah satu Tokoh Indonesia yg paling di kagumi oleh Ratu Juliana dari Belanda karena kecerdasan dan keberaniannya.

Jadi MUTU PENDIDIKAN ITU TIDAK ADA HUBUNGANNYA DENGAN PENAMAAN melainkan berhubungan erat dengan PARA ALUMNUSNYA.

Jadi jika ternyata kita lihat di TELEVISI generasi saat ini penuh dengan masalah kekerasan dan kasus, Korup, Fitnah, manipulasi, Narkoba, selingkuh dsb itu berarti SISTEM PENDIDIKAN YG TELAH MENCETAK MEREKA DULU BERMASALAH dan sama sekali tidak unggul.

Mohon maaf bu Jika penjelasannya sedikit agak terpengaruh oleh rasa gemas....atau mungkin lebih tepatnya "geram" dengan keadaan ini.

Dan semoga melalui diskusi2 kita disini, jadi semakin banyak orang tua yg tersadarkan bahwa memang benar ada yg salah dengan "Penyelenggaraan SISTEM PENDIDIKAN di negeri ini"

Tapi InsyaAllah melalui Indonesian Strong from Home setidaknya kita mulai bisa menciptakan pendidikan yg berkualitas di rumah kita sendiri.

InsyaAllah !!!! Jika kita mau PASTI BISA !!!!


SUDAHKAH MENTERI PENDIDIKAN KITA MENGETAHUINYA ?



Anak saya bersekolah di salah satu Sekolah Dasar Negeri (SDN) kota Tokyo, Jepang. Pekan lalu, saya diundang untuk menghadiri acara “open school” di sekolah tersebut. Kalau di Indonesia, sekolah ini mungkin seperti SD Negeri yang banyak tersebar di pelosok nusantara. Biaya sekolahnya gratis dan lokasinya di sekitar perumahan.

Pada kesempatan itu, orang tua diajak melihat bagaimana anak-anak di Jepang belajar. Kami diperbolehkan masuk ke dalam kelas, dan melihat proses belajar mengajar mereka. Saya bersemangat untuk hadir, karena saya meyakini bahwa kemajuan suatu bangsa tidak bisa dilepaskan dari bagaimana bangsa tersebut mendidik anak-anaknya.

Melihat bagaimana ketangguhan masyarakat Jepang saat gempa bumi lalu, bagaimana mereka tetap memerhatikan kepentingan orang lain di saat kritis, dan bagaimana mereka memelihara keteraturan dalam berbagai aspek kehidupan, tidaklah mungkin terjadi tanpa ada kesengajaan. Fenomena itu bukan sesuatu yang terjadi “by default”, namun pastilah “by design”. Ada satu proses pembelajaran dan pembentukan karakter yang dilakukan terus menerus di masyarakat.

Dan saat saya melihat bagaimana anak-anak SD di Jepang, proses pembelajaran itu terlihat nyata. Fokus pendidikan dasar di sekolah Jepang lebih menitikberatkan pada pentingnya “Moral”. Moral menjadi fondasi yang ditanamkan “secara sengaja” pada anak-anak di Jepang. Ada satu mata pelajaran khusus yang mengajarkan anak tentang moral. Namun nilai moral diserap pada seluruh mata pelajaran dan kehidupan.

Sejak masa lampau, tiga agama utama di Jepang, Shinto, Buddha, dan Confusianisme, serta spirit samurai dan bushido, memberi landasan bagi pembentukan moral bangsa Jepang. Filosofi yang diajarkan adalah bagaimana menaklukan diri sendiri demi kepentingan yang lebih luas. Dan filosofi ini sangat memengaruhi serta menjadi inti dari sistem nilai di Jepang.

Anak-anak diajarkan untuk memiliki harga diri, rasa malu, dan jujur. Mereka juga dididik untuk menghargai sistem nilai, bukan materi atau harta.

Di sekolah dasar, anak-anak diajarkan sistem nilai moral melalui empat aspek, yaitu Menghargai Diri Sendiri (Regarding Self), Menghargai Orang Lain (Relation to Others), Menghargai Lingkungan dan Keindahan (Relation to Nature & the Sublime), serta menghargai kelompok dan komunitas (Relation to Group & Society). Keempatnya diajarkan dan ditanamkan pada setiap anak sehingga membentuk perilaku mereka.

Pendidikan di SD Jepang selalu menanamkan pada anak-anak bahwa hidup tidak bisa semaunya sendiri, terutama dalam bermasyarakat. Mereka perlu memerhatikan orang lain, lingkungan, dan kelompok sosial. Tak heran kalau kita melihat dalam realitanya, masyarakat di Jepang saling menghargai. Di kendaraan umum, jalan raya, maupun bermasyarakat, mereka saling memperhatikan kepentingan orang lain. Rupanya hal ini telah ditanamkan sejak mereka berada di tingkat pendidikan dasar.

Empat kali dalam seminggu, anak saya kebagian melakukan pekerjaan-pekerjaan rumah tangga. Ia harus membersihkan dan menyikat WC, menyapu dapur, dan mengepel lantai. Setiap anak di Jepang, tanpa kecuali, harus melakukan pekerjaan-pekerjaan itu. Akibatnya mereka bisa lebih mandiri dan menghormati orang lain.
Kebersahajaan juga diajarkan dan ditanamkan pada anak-anak sejak dini. Nilai moral jauh lebih penting dari nilai materi. Mereka hampir tidak pernah menunjukkan atau bicara tentang materi.

Anak-anak di SD Jepang tidak ada yang membawa handphone, ataupun barang berharga. Berbicara tentang materi adalah hal yang memalukan dan dianggap rendah di Jepang.

Keselarasan antara pendidikan di sekolah dengan nilai-nilai yang ditanamkan di rumah dan masyarakat juga penting. Apabila anak di sekolah membersihkan WC, maka otomatis itu juga dikerjakan di rumah. Apabila anak di sekolah bersahaja, maka orang tua di rumah juga mencontohkan kebersahajaan. Hal ini menjadikan moral lebih mudah tertanam dan terpateri di anak.

Dengan kata lain, orang tua tidak “membongkar” apa yang diajarkan di sekolah oleh guru. Mereka justru mempertajam nilai-nilai itu dalam keseharian sang anak.

Saat makan siang tiba, anak-anak merapikan meja untuk digunakan makan siang bersama di kelas. Yang mengagetkan saya adalah, makan siang itu dilayani oleh mereka sendiri secara bergiliran. Beberapa anak pergi ke dapur umum sekolah untuk mengambil trolley makanan dan minuman. Kemudian mereka melayani teman-temannya dengan mengambilkan makanan dan menyajikan minuman.

Hal seperti ini menanamkan nilai pada anak tentang pentingnya melayani orang lain. Saya yakin, apabila anak-anak terbiasa melayani, sekiranya nanti menjadi pejabat publik, pasti nalurinya melayani masyarakat, bukan malah minta dilayani.

Saya sendiri bukan seorang ahli pendidikan ataupun seorang pendidik. Namun sebagai orang tua yang kemarin kebetulan melihat sistem pendidikan dasar di SD Negeri Jepang, saya tercenung. Mata pelajaran yang menurut saya “berat” dan kerap di-“paksa” harus hafal di SD kita, tidak terlihat di sini. Satu-satunya hafalan yang saya pikir cukup berat hanyalah huruf Kanji.
Sementara, selebihnya adalah penanaman nilai.

Besarnya kekuatan industri Jepang, majunya perekonomian, teknologi canggih, hanyalah ujung yang terlihat dari negeri Jepang. Di balik itu semua ada sebuah perjuangan panjang dalam membentuk budaya dan karakter. Ibarat pohon besar yang dahan dan rantingnya banyak, asalnya tetap dari satu petak akar. Dan akar itu, saya pikir adalah pendidikan dasar.

Sistem pendidikan Jepang seperti di atas tadi, berlaku seragam di seluruh sekolah. Apa yang ditanamkan, apa yang diajarkan, merata di semua sekolah hingga pelosok negeri. Mungkin di negeri kita banyak juga sekolah yang mengajarkan pembentukan karakter. Ada sekolah mahal yang bagus. Namun selama dilakukan terpisah-terpisah, bukan sebagai sistem nasional, anak akan mengalami kebingungan dalam kehidupan nyata. Apalagi kalau sekolah mahal sudah menjadi bagian dari mencari gengsi, maka satu nilai moral sudah berkurang di sana.

Di Jepang, masalah pendidikan ditangani oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Olah Raga, dan Ilmu Pengetahuan Jepang (MEXT) atau disebut dengan Monkasho. Pemerintah Jepang mensentralisir pendidikan dan mengatur proses didik anak-anak di Jepang. MEXT menyadari bahwa pendidikan tak dapat dipisahkan dari kebudayaan, karena dalam proses pendidikan, anak diajarkan budaya dan nilai-nilai moral.

Mudah-mudahan dikeluarkannya kata “Budaya” dari Departemen “Pendidikan dan Kebudayaan” sehingga “hanya” menjadi Departemen “Pendidikan Nasional” di negeri kita, bukan berarti bahwa pendidikan kita mulai melupakan “Budaya”, yang di dalamnya mencakup moral dan budi pekerti.

Hakikat pendidikan dasar adalah juga membentuk budaya, moral, dan budi pekerti, bukan sekedar menjadikan anak-anak kita pintar dan otaknya menguasai ilmu teknologi. Apabila halnya demikian, kita tak perlu heran kalau masih melihat banyak orang pintar dan otaknya cerdas, namun miskin moral dan budi pekerti. Mungkin kita terlewat untuk menginternalisasi nilai-nilai moral saat SD dulu. Mungkin waktu kita saat itu tersita untuk menghafal ilmu-ilmu “penting” lainnya.

Demikian sekedar catatan saya dari menghadiri pertemuan orang tua di SD Jepang.
Salam.

Sumber: edukasi.kompasiana.com

Bandingkan dengan SD kita yg masih saja meributkan ANAK-ANAK SD HARUS SUDAH BISA CALISTUNG, Nilai Kecukupan Minimal atau KKM, REMEDIAL, TES dan UAN.

Mari kita renungkan dan mari kita bagikan ke sebanyak2 orang yg semestinya mengetahui hal ini terutama di Kementrian Pendidikan Nasional agar mengetahui hal ini sebagai bahan pembelajaran dan segera melakukan perubahan yg mendasar terhadap sistem persekolahan di Indonesia.

JANGAN AJARKAN ATAU BERIKAN HADIAH YANG MEMBAHAYAKAN JIWANYA

Ass. Wr.Wb
Semangat Pagi Keluarga Indonesia yg berbahagia !!!

Jika kita sungguh2 sayang pada anak kita terutama anak seusia SD dan SMP maka jangan pernah belikan ia motor, tapi dukunglah ia untuk mengikuti kursus sesuai minat dan bakat terkuatnya agar memiliki kesibukan yg positif dan tidak bergaul untuk kebut-kebutan di jalan.

Karena kami sering sekali melihat anak2 kecil usia SD, membawa motor dan kebut2an bersama teman2 sebayanya di komplek dan di jalan raya, nyaris celaka dan mencelakakan orang lain, bahkan beberapa di antaranya sudah ada yg meninggal dunia. Terutama terjadi di hari libur atau Sabtu malam.

Sayangnya saat kejadiannya orang tuanya entah kemana dan pasti tidak mengetahuinya.

Menyayangi anak bukan berarti harus menuruti semua keinginannya, seleksilah keinginan yg sehat dan bermanfaatlah yg mestinya kita penuhi.

Happy Holiday...
Selamat berlibur bersama keluarga tercinta.


SUKSES DI SEKOLAH "TIDAK SAMA" DENGAN SUKSES DI KEHIDUPAN NYATA



Menurut Carnegie Institute orang2 yg hidupnya sangat sukses di dunia ini adalah orang-orang yang Kreatif, Logikanya kuat dan Berkarakter bagus.

Ternyata anak yg dibilang cerdas disekolah justru sering kali TIDAK KREATIF.

Ternyata anak yg Nilai Pelajaran Eksaktanya bagus belum tentu memiliki LOGIKA BERPIKIR yg bagus.

Dan ternyata anak yg juara belum tentu BERKARAKTER.


Mengapa ?

Ternyata pemaham Cerdas di sekolah itu diterjemahkan; apa bila seorang anak berhasil menjawab semua soal dengan benar sesuai kunci jawaban. Sementara Kreatif adalah menemukan cara baru yang cerdik dan tepat dalam memecahkan persoalan yang belum pernah dibuat kunci jawabannya.

Ternyata Pelajaran Eksakta disekolah adalah Menghapalkan Rumus dan menggunakannya untuk menjawab soal yang sudah ada rumus jawabannya, sementara Logika adalah kemampuan analisis hukum sebab akibat hingga akhirnya ia bisa membuat kesimpulan atau rumusan pemecahan masalah yg belum pernah ditemukan oleh orang lain.

Ternyata yg disebut Juara Umum disekolah itu adalah anak yg nilai rata-rata hasil ujiannya paling tinggi Sementara Karakter adalah anak yg memiliki nilai-nilai Kehidupan paling mulia di lingkungan rumah dan masyarakatnya.

Jadi sepertinya kita perlu hati2 dalam memahami sukses di sekolah dan sukses di kehidupan nyata. Agar anak2 kita sepertinya terlihat sukses di sekolah namun justru gagal di kehidupan nyata.

by Ayah Edy

ANAK YG DIPAKSA TUMBUH DIPERCEPAT DAN MATANG DINI


“The hurried child; growing up to fast and too soon”

TANYA:

Halo Ayah Edy,
Nama saya Sherly.Saya memiliki 2 anak yang kini berusia 3,7 th dan 1 th.Anak saya yang berusia 3,7th sudah sekolah Preschool dari usia 2,5th.Yang membuat saya khawatir,sampai saat ini anak saya masih bingung membedakan warna-warna dasar ( red,blue,yellow,green).

Hampir setiap hari saya stimulasi tanya jawab warna,kadang dijawab dengan benar kadang salah.dan bila jawab benar kemudian .beberapa saat ditanya lagi bisa salah jawabnya.

Apakah anak saya punya kecenderungan buta warna.Bagaimana perkembangan anak diusia tersebut?Bagaimana pendapat Ayah?

JAWAB:

Bu Sherly yang baik hati,

Saya bisa memahami apa yang ibu khawatirkan tentang kemampuan buah hati ibu. Saya sering kali bertemu dengan para orang tua yang sering mengalami kekhawatiran yang serupa akan kemampuan anaknya.

Hal ini sangat wajar terjadi, fenemoena ini tidak hanya terjadi di Indonesia, bahkan pada tahun 1989 Seorang pemerhati anak dari Amerika Serikat yang bernama David Elkind menuturkan dalam bukunya yang berjudul “The hurried child; growing up to fast and too soon” katanya, banyak sekali para orang tua Amerika pada zaman itu yang memiliki kecenderungan ingin anaknya serba bisa di usia yang belum waktunya.

Para orang tua berpikir apa bila semakin dini usia anaknya menguasai banyak hal termasuk membaca, menulis dan berhitung maka anaknya kelak akan jauh lebih sukses dari anak lainnya, bahkan ada pula sebagian orang tua yang mangajarkan hal ini pada anaknya sebenarnya hanya ingin memamerkan kemampuan anaknya pada orang lain, tetangga atau sanak saudaranya.

David Elkind juga mengatakan bahwa akibat dari hal ini banyak anak-anak yang kemudian tumbuh bermasalah, sehingga belakangan para ilmuan mulai sepakat untuk mengembalikan tumbuh kembang anak pada proses alamiah sebagaimana yang diinginkan Tuhannya dan bukan yang diinginkan oleh orang tuanya.

Satu contoh yang pernah dimaksudkan oleh David Alkind.tersebut adalah kasus Baby Walker, yang pernah dibuat dan dipasarkan untuk membantu balita bisa lebih dini berjalan, namun kemudian diketahui bahwa proses merangkak pada bayi adalah fase alamiah yang sangat vital dan tidak boleh terlewati, yang diciptakan Tuhan untuk melatih otot dan syaraf motorik wicara. Apa bila fase ini dipercepat atau mungkin di lewatkan maka banyak anak-anak yang mengalami kesulitan berbahasa. Hingga pada akhirnya baby walkerpun tidak lagi di anjurkan digunakan untuk melatih balita agar lebih cepat bisa berjalan.

Begitu pula orang tua yang berlomba-lomba memasukkan anaknya ke Sekolah Dasar dengan usia yang di bawah 7 tahun atau bahkan mungkin kurang dari 6 tahun, kelak sebagian dari mereka bisa mengalami Drop Syndrom atau Sindrom Mogok Sekolah atau Bosan Belajar.

Itulah sebabnya mengapa pemerintah Jerman menetapkan bahwa usia minimal anak masuk SD adalah 7 tahun persis, kurang 1 bulan saja tidak diperbolehkan. Jauh lebih baik masuk SD di usia 7 tahun lebih dari pada kurang, begitulah cerita sahabat saya yang tinggal di Jerman.

Setelah kami mempelajari banyak referensi mengenai perkembangan pendidikan dan tumbuh kembang anak akhirnya kamipun ikut sepakat bahwa akan jauh lebih baik kita mendidik anak sesuai dengan keinginan Tuhannya melalui proses tumbuh kembang alaminya masing-masing, karena antara satu anak dengan anak lainnya akan berbeda-beda. Tugas kita sebaiknya hanya sebatas merangsang dan menstimulasi saja dan bukan untuk memaksakan sesuai keinginan kita.

Saya menduga apa yang terjadi pada buah hati ibu adalah fenomena yang dulu pernah di jelaskan oleh David Elkind dalam bukunnya. Saya juga menduga bahwa apa yang dialami buah hati ibu adalah bukan gejala buta warna seperti yang ibu khawatirkan melainkan sebuah jawaban kebosanan seorang anak balita yang di tanya tentang hal sama berulang-ulang, itu lagi dan itu lagi. Persis seperti orang tua yg sering bertanya adek anak siapa? awalnya anak senang menjawab; "anak mama", tapi lama kelamaan ia bosan juga dengan pertanyaan yg berulang hampir setiap hari tsb.

Salah sebut warna tidak sama dengan buta warna, bahkan mungkin kita orang dewasa pun pernah sekali-sekali mengalami salah sebut warna misalnya lampu hijau dengan biru pada lampu lalu lintas.

Mari kita tunggu saja jika sudah tiba waktunya anak kita akan bisa mengetahui warna. Ada memang anak2 yg mengalami buta warna tapi itu sangat kecil sekali jumlahnya, jadi bersabarlah dan tenang-tenang saja. Jika seandainya terjadi buta warna sekalipun, anak2 kita masih besar sekali kemungkinannya untuk bisa menjadi orang sukses ketimbang apa bila ia mengalami buta hati.

Jadi mari kita berfokus untuk mendidik anak2 kita agar tidak menjadi orang yg buta hati dan mari kita dampingi tumbuh kembang anak kita sesuai proses alami yang di ciptakan oleh Tuhannya dan bukan atas ambisi keinginan kita orang tuanya.

MENGAPA SEBAGIAN BESAR ORANG-ORANG TUA SUKSES TIDAK MAMPU MELAHIRKAN ANAK SUKSES



Apakah fenomena ini juga sepertinya akan terjadi di keluarga kita?

Apakah faktor penyebab utamanya ?

Seringkali orang tua memiliki niat yg baik, namun sering kali juga niat baik tersebut ditempuh dengan cara yg kurang tepat sehingga hasilnyapun mungkin tidak seuai yg diharapkan.

Salah satu penyebab mengapa ORANG TUA SUKSES TIDAK MELAHIRKAN ANAK-ANAK SUKSES adalah karena adanya pandangan orang tua sukses yg mengatakan;

"Nanti jika saya sudah menjadi orang sukses, maka saya tidak ingin pengalaman2 pahit/getir yg dulu pernah saya alami dan rasakan disepanjang masa kecil saya dialami/dirasakan kembali oleh anak-anak saya."

Sepintas niat ini memang baik, sepintas kelihatannya sepertinya benar sebagai wujud cinta kasih orang tua pada anak, padahal karena pandangan semacam inilah justru kebanyakan orang tua pada akhirnya tak mampu melahirkan anak-anak yg sukses seperti dirinya atau bahkan lebih sukses lagi.

Mengapa ?

Coba perhatikan baik-baik kalimat; "SAYA TIDAK INGIN ANAK SAYA MERASAKAN KEMBALI PENGALAMAN2 PAHIT/GETIR YG DULU PERNAH SAYA RASAKAN/ALAMI DISEPANJANG MASA KECIL SAYA".

Sadarkah kita bahwa Sesungguhnya justru PENGALAMAN DEMI PENGALAMAN PAHIT/GETIR YG KITA RASAKAN INILAH YG SESUNGGUHNYA TELAH MENEMPA DAN MENGGEMBLENG KITA MENJADI ORANG YG TANGGUH DAN TEGAR HINGGA AKHIRNYA BISA MENCAPAI SUKSES SEPERTI YG KITA RAIH SEKARANG INI.

Jadi jika anak kita tidak lagi kita izinkan untuk bisa merasakan pengalaman demi pengalaman pahit yg dulu pernah kita alami dan rasakan, jelas saja dia akan menjadi anak yg lemah,tidak mandiri dan tangguh seperti kita dulu, padahal rata2 orang sukses adalah orang-orang yg berhasil mengatasi kesulitan demi kesulitan hidup dan bukan orang yg banyak diberikan kemudahan dan fasilitas oleh orang tuanya.

Sejarah telah membuktikan bahwa semua orang sukses adalah orang2 yg hidupnya penuh tantangan dan cobaan dan bukannya penuh fasilitas dan kemudahan.

Semua cobaan, tantangan, pengalaman getir dan pahit itulah sesungguhnya sebuah KURIKULUM yg telah dirancang TUHAN untuk membuat seseorang menjadi manusia sukses dan unggul apa bila bisa mengatasinya.

Itulah mengapa Jendral Besar Douglas MC Arthur, dalam surat yg ditulis untuk keluarganya yg dikirim dari Medan Tempur di Asia Timur, yang berjudul Doa untuk Puteraku.

Sang Jendral tidak mengijinkan puteranya untuk mendapatkan kemudahan dan fasilitas sebagaimana kebanyakan doa para orang tua yg selalu meminta pada Tuhan agar anaknya selalu diberikan KEMUDAHAN dalam mengarungi hidupnya.

Berikut adalah Doa untuk Puteraku dari Sang Jendral Besar yg luar biasa itu.


Tuhanku...

Bentuklah puteraku menjadi manusia yang cukup kuat untuk mengetahui kelemahannya. Dan, berani menghadapi dirinya sendiri saat dalam ketakutan.

Manusia yang bangga dan tabah dalam kekalahan.
Tetap Jujur dan rendah hati dalam kemenangan.

Bentuklah puteraku menjadi manusia yang berhasrat mewujudkan cita-citanya dan tidak hanya tenggelam dalam angan-angannya saja.

Seorang Putera yang sadar bahwa mengenal Engkau dan dirinya sendiri adalah landasan segala ilmu pengetahuan.


Tuhanku...

Aku mohon, janganlah pimpin puteraku di jalan yang mudah dan lunak. Namun, tuntunlah dia di jalan yang penuh hambatan dan godaan, kesulitan dan tantangan.

Biarkan puteraku belajar untuk tetap berdiri di tengah badai dan senantiasa belajar
untuk mengasihi mereka yang tidak berdaya.

Ajarilah dia berhati tulus dan bercita-cita tinggi, sanggup memimpin dirinya sendiri, sebelum mempunyai kesempatan untuk memimpin orang lain.

Tuhanku...

Berikanlah hamba seorang putra yang mengerti makna tawa ceria tanpa melupakan makna tangis duka.

Putera yang berhasrat untuk menggapai masa depan yang cerah
namun tak pernah melupakan masa lampau.

Dan, setelah semua menjadi miliknya...

Berikan dia cukup rasa humor sehingga ia dapat bersikap sungguh-sungguh
namun tetap mampu menikmati hidupnya.


Tuhanku...

Berilah ia kerendahan hati...
Agar ia ingat akan kesederhanaan dan keagungan yang hakiki...
Pada sumber kearifan, kelemahlembutan, dan kekuatan yang sempurna...

Dan, pada akhirnya bila semua itu terwujud, hamba, ayahnya, dengan berani berkata " Tuhan sungguh hidupku tidaklah sia-sia"

by ayah edy

MENGAPA YA ANAKKU PADAHAL SUDAH BESAR KOK SANGAT TIDAK MANDIRI ??




Selama lebih dari 9 tahun berkecimpung di dunia anak, saya selalu mendapati pola penyebab yg hampir sama pada orangtua mengeluh anaknya tidak mandiri.

Pola-pola yg muncul biasanya anaknya bertipe sensitif, pendiam, melankolis sementara orang tuanya bertipe dasar Sanguin Koleris atau Koleris Sanguin (tipe suka bicara dan keras hati atau keras kemauannya jika tidak ingin disebut keras kepala).

Orang tuanya yg bertipe keras hati tersebut memiliki pola asuh yg dominan pada anaknya, banyak melarang, sering memarahi anak jika melakukan sesuatu yg tidak sesuai keinginannya, tanpa memberikan kesempatan pada anak untuk menjelaskan alasannya. "Sudah gak usah banyak alesan dech, mama gak mau denger..."

Sering mengancam dan menakut-takuti anak, sering mempermalukan anak di depan orang lain atau sering mencela kekurangannya didepan umum "Kamu ini bikin malu mama aja, disuruh begitu saja gak becus".

Sangat kurang memuji anak, terutama apa bila anak berhasil berbuat benar atau berhasil memperbaiki kesalahnnya, sering meremehkan upaya anak. "ah cuma segitu doang bisanya gak ada yg hebat "

Hasil dari semua ini baru terasa saat ia mulai usia SD atau SMP bahkan setelah SMA dan hingga remaja. Ada yg bahkan hingga dewasa dan sudah berumahtangga.

Jadi sebenarnya anak yg tidak mandiri bukanlah bawaan lahir tapi lebih disebabkan oleh pola asuh orang tuanya; karena pada saat balita anak kita itu sangat mandiri dan hampir selalu berusaha melawan jika dilarang, selalu berusaha keras mencapai apa yg di inginkannya tanpa mau dibantu alias sangat2 mandiri.

Namun karena orang tuanya terlalu dominan, sering mengatur dan memaksa anaknya untuk selalu mengikuti keinginan orang tuanya, maka lama-kelamaan si anak menjadi pasif, takut dipersalahkan, takut dicela dan selalu bergantung pada keputusan orang tuanya; kata2 yg kerap keluar jika ditanya pendapatnya adalah "TERSERAH MAMA SAJA" .

Proses yg membuat anak tidak mandiri ini sebenarnya sudah berlangsung sejak anak balita; semisal saja dulu waktu anak kita belajar untuk menyuapkan makanan kemulutnya banyak orang tua yg meng-intervensi dengan melarangnya karena alasan takut kotor dan makanannya tumpah; Akhirnya orang tuanyalah yg menyuapinya, dan ketika anaknya terus minta disuapi orang tuanya malah marah-marah. Lupa bahwa dirinyalah yg telah mengajarinya.

Sayang sekali kita telah membandingkan proses makan anak balita dengan kita yg sudah dewasa dan terlatih selama puluhan tahun, tentu saja wajar jika anak balita yg baru berlajar makan masih sering belepotan dan tumpah disana-sini.

Saat anak belajar makan sebenarnya saat itu seorang anak balita secara alami sedang berusaha belajar mengkordinasikan otot tangan dengan mata agar pelan2 makanan yg ada di sendok tepat mendarat di mulutnya.

Kemudian contoh lain setelah agak besar, ketika anak balita kita ingin minum air mineral gelas dan kesulitan untuk menusukkan sedotannya, alih2 orang tua memotivasi anaknya untuk mencoba dan mencoba lagi hingga berhasil, maka kebanyakan orang tua justru akan berkata "sini nak biar mama bantu" kemudian orang tuanya menusukkan sedotannya dan anak terima beres tinggal meminumnya.

Selanjutnya setiap kali si anak ingin minum air mineral gelas ia akan teriak memanggil mamanya. Dan saat anaknya sudah besar dan orang tuanya merasa tidak lagi mau membantu anaknya, anaknya malah di marahi dan lupa bahwa dialah yg selama ini telah mengajarinya.

Setelah menginjak usia SD atau SMP, biasanya dengan dalih rasa sayang pada anak, maka si anak diberikan segala macam kemudahan dan fasilitas, sehingga ia sudah terbiasa dilayani, dibantu dan merasa nyaman tanpa harus berusaha apapun. Segala tinggal minta dan tinggal suruh orang lain akan mengerjakan untuknya. Bak Bos besar dalam satu perusahaan.

Dan ketika giliran orang tua merasa anaknya sekarang sudah besar dan tidak mandiri; Orang tua anak tersebut malah dengan enaknya berkata; "Ini loh ayah anakku ini sangat tidak mandiri padahal sudah besar sudah mau kuliah lho Yah..."

Sungguh memprihatinkan bahwa si orang tua menyalahkan anaknya dan tidak pernah menyadari dan tidak pernah merasa bahwa sebenarnya selama ini dirinyalah yang menjadi sumber penyebab utama seorang anak menjadi tidak mandiri.

Lalu bagaimana cara mengembalikannya agar ia kembali mandiri....?

Tentu saja sayarat utamanya adalah perubahan sikap orang tua dalam mendidik dan mengasuhnya. lalu perlu kesabaran yg amat sangat karena lebih mudah membuat rumah baru daripada merenovasi atau memperbaiki rumah yg sudah terlanjur jadi.

Pelajarilah pola asuh yg benar melalui buku2 parenting, agar kita bisa memperbaiki diri, sekali lagi kuncinya adalah niat, action dan bersabar menunggu proses perbaikan.

Berikan waktu bagi diri kita dan anak kita untuk bisa berproses dan berubah. Mengapa ? karena proses yg membuat anak tidak mandiri tersebut juga sudah berlangsung bertahun-tahun sejak ia balita hingga usianya yg sekarang ini.

Mari kita terus berlajar, membaca, mendengar, ikut seminar parenting dan terus berusaha untuk menjadi orang tua yg lebih baik dari waktu ke waktu.

Kalau bukan kita yg mau berubah lantas mau berharap pada siapa lagi?
Kalau bukan sekarang memulainya mau kapan lagi ?

KISAH NYATA : Hidup Bocah Polos Zhang Ta Menginspirasi Banyak Orang





Zhang Da harus menanggung beban hidup yang berat ketika usianya masih sangat belia. Tahun 2001, ketika usianya menjelang 10 tahun, Zhang Da harus menerima kenyataan ibunya lari dari rumah. Sang ibu kabur karena tak tahan dengan kemiskinan yang mendera keluarganya. Yang lebih tragis, si ibu pergi karena merasa tak sanggup lagi mengurus suaminya yang lumpuh, tak berdaya, dan tanpa harta. Dan ia tak mau menafkahi keluarganya.

Maka Zhang Da yang tinggal berdua dengan ayahnya yang lumpuh, harus mengambil-alih semua pekerjaan keluarga. Ia harus mengurus ayahnya, mencari nafkah, mencari makanan, memasaknya, memandikan sang ayah, mencuci pakaian, mengobatinya, dan sebagainya.

Yang patut dihargai, ia tak mau putus sekolah. Setelah mengurus ayahnya, ia pergi ke sekolah berjalan kaki melewati hutan kecil dengan mengikuti jalan menuju tempatnya mencari ilmu. Selama dalam perjalanan, ia memakan apa saja yang bisa mengenyangkan perutnya, mulai dari memakan rumput, dedaunan, dan jamur-jamur untuk berhemat. Tak semua bisa jadi bahan makanannya, ia menyeleksinya berdasarkan pengalaman. Ketika satu tumbuhan merasa tak cocok dengan lidahnya, ia tinggalkan dan beralih ke tanaman berikut. Sangat beruntung karena ia tak memakan dedaunan atau jamur yang beracun.

Usai sekolah, agar dirinya bisa membeli makanan dan obat untuk sang ayah, Zhang Da bekerja sebagai tukang batu. Ia membawa keranjang di punggung dan pergi menjadi pemecah batu. Upahnya ia gunakan untuk membeli aneka kebutuhan seperti obat-obatan untuk ayahnya, bahan makanan untuk berdua, dan sejumlah buku untuk ia pejalari.

Zhang Da ternyata cerdas. Ia tahu ayahnya tak hanya membutuhkan obat yang harus diminum, tetapi diperlukan obat yang harus disuntikkan. Karena tak mampu membawa sang ayah ke dokter atau ke klinik terdekat, Zhang Da justru mempelajari bagaimana cara menyuntik. Ia beli bukunya untuk ia pelajari caranya. Setelah bisa ia membeli jarum suntik dan obatnya lalu menyuntikkannya secara rutin pada sang ayah.

Kegiatan merawat ayahnya terus dijalaninya hingga sampai lima tahun. Rupanya kegigihan Zhang Da yang tinggal di Nanjing, Provinsi Zhejiang, menarik pemerintahan setempat. Pada Januari 2006 pemerintah China menyelenggarakan penghargaan nasional pada tokoh-tokoh inspiratif nasional. Dari 10 nama pemenang, satu di antaranya terselip nama Zhang Da. Ternyata ia menjadi pemenang termuda.

Acara pengukuhan dilakukan melalui siaran langsung televisi secara nasional. Zhang Da si pemenang diminta tampil ke depan panggung. Seorang pemandu acara menanyakan kenapa ia mau berkorban seperti itu padahal dirinya masih anak-anak. "Hidup harus terus berjalan. Tidak boleh menyerah, tidak boleh melakukan kejahatan. Harus menjalani hidup dengan penuh tanggung jawab," katanya.

Setelah itu suara gemuruh penonton memberinya applaus. Pembawa acara menanyainya lagi. "Zhang Da, sebut saja apa yang kamu mau, sekolah di mana, dan apa yang kamu inginkan. Berapa uang yang kamu butuhkan sampai kamu selesai kuliah dan mau kuliah di mana. Pokoknya apa yang kamu idam-idamkan sebutkan saja. Di sini ada banyak pejabat, pengusaha, dan orang terkenal yang hadir. Saat ini juga ada ratusan juta orang yang sedang melihat kamu melalui layar televisi, mereka bisa membantumu!" papar pembawa acara.

Zhang Da terdiam. Keheningan pun menunggu ucapannya. Pembawa acara harus mengingatkannya lagi. "Sebut saja!" katanya menegaskan.

Zhang Da yang saat itu sudah berusaha 15 tahun pun mulai membuka mulutnya dengan bergetar. Semua hadirin di ruangan itu, dan juga jutaan orang yang menyaksikannya langsung melalui televisi, terdiam menunggu apa keinginan Zhang Da. "Saya mau mama kembali. Mama kembalilah ke rumah, aku bisa membantu papa, aku bisa cari makan sendiri. Mama kembalilah!" kata Zhang Da yang disambut tetesan air mata haru para penonton.

Zhang Da tak meminta hadiah uang atau materi atas ketulusannya berbakti kepada orangtuanya. Padahal saat itu semua yang hadir bisa membantu mewujudkannya. Di mata Zhang Da, mungkin materi bisa dicari sesuai dengan kebutuhannya, tetapi seorang ibu dan kasih sayangnya, itu tak ternilai.

Pelajaran moral yang tampak sederhana, tetapi amat bermakna. Setuju kan?

Kalau SETUJU ayo LIKE dan SHARE ke teman - teman kita agar bisa meniru sikap luar biasa Zhang Da...

Copas dari copasan...

AKANKAH AKU MENUNGGU HINGGA SEPERTI DIA ?



Mr. Mc Laren bintang iklan MARLBORO MAN, mengidap kanker paru2 dan akhirnya menjadi seorang ANTI ROKOK, dan meninggal usia 51.

Kata akhir sebelum meninggal:
"Take care of the children. Tobacco will kill you, and I am living proof of it"

(Jagalah anak-anak. Tembakau/Rokok akan membunuhmu dan aku adalah saksi hidup akan hal itu)

Ayo tunggu apa lagi, Berhenti sekarang juga !

http://articles.latimes.com/1992-07-23/local/me-4356_1_lung-cancer

UJIAN AKHIR NASIONAL SI UDIN VS MAS BEJO TUKANG SOTO DI PASAR JATI ASIH



Apa kabar keluarga Indonesia ? Jangan stress yg jika anaknya sedang ikut UJIAN AKHIR NASIONAL . Karena hari ini ada cerita menarik dari si Udin.

Masih ingatkan dengan si Udin kan ya? anak yg kritis tapi sering di anggap bermasalah oleh para gurunya disekolah ???

Yuk kita simak kisah si Udin kali ini....

Hari ini di tempat tinggal si Udin lagi ramai, karena Mas Bejo pemilik beberapa jaringan lapak Soto Lamongan yang biasa mangkal di Pasar Jati Asih Bekasi, baru saja beli mobil Toyota Fortuner

Ramai para tetangga termasuk emaknya Udin minta untuk di ajak jalan2, wah senangnya Mas Bejo melihat para tetangganya yg ingin di ajak untuk jalan2 mencoba mobil barunya.

Namun sayangnya si Udin tidak bisa ikutan, karena hari ini di sekolah Udin ada Ujian Akhir Nasional. Jadi pagi2 sekali Udin sudah siap2 berangkat kesekolahnya.

Dirumah, orang tua Udin kelihatan cemas dan tegang sekali melepas anaknya ikut ujian; terlihat di wajahnya raut wajah ketakutan anaknya menghadapi ujian, ya takut si Udin gak bisa jawab soal2 ujiannya.

Setelah sampai disekolah, Udin seperti biasa menyapa ibu gurunya dengan riang, tapi hari ini ibu guru yg biasanya selalu tersenyum tidak lagi tersenyum dan hanya mengangguk menyambut sapaan si Udin. Ada apa gerangan kok bu guru gak senyum seperti biasanya; trus wajahnya kok tegang dan kayak lagi stress pikir si Udin.

Tanpa sengaja ia juga berpapasan dengan kepala sekolah; lalu Udin mengucapkan salam seperti biasa, tapi kali ini salamnya juga tidak di jawab, kepala sekolah hanya sedikit melirik dan menganggukkan kepala. Udin melihat wajah kepala sekolah lebih stress lagi.

Akhirnya sampailah ia di kelas tempat ujian di selenggarakan;

Teman2 yg biasa ceria terlihat tegang sekali; ada sebagian yg sedang baca buku, ada sebagian lagi yg sedang mempersiapkan catatan2 di kertas kecil dan di selipkan di sela2 baju dan sakunya, ada juga yg buat oret2an di atas meja.

Begitu tiba bu Guru masuk membawa soal2 UAN tiba2 saja Udin bertanya.

“Bu Guru kenapa ya hari ini Udin lihat semua orang ketakutan dan stress; mulai Emak dirumah, Bapak Kepala Sekolah dan Ibu Guru Sendiri, juga teman2 Udin di kelas”.

Sebentar ibu guru terdiam lalu berkata, “Mungkin semua orang stress karena Hari ini ada Ujian dan takut jika ujiannya pada gagal”. Nanti kalau ujiannya gagal maka anaknya yg kena, kemudian gurunya dipersalahkan, dan kepala sekolahnya akan kena sangsi.”

Lalu udin bertanya lagi, “Lalu apa gunanya UJIAN kalo cuma bikin orang2 pada Stress dan saling salah-salahan begitu.”

”Bu guru tahu gak?”, Lanjut si Udin bicara, ”itu Mas Bejo tetangga Udin Tukang Soto di Pasar, dia gak pernah ikut UJIAN segala kayak kita gini, tapi hidupnya gak pernah stress, eh kemarin malah baru saja beli Mobil Fortuner dan mau ajak tetangga dan emak Udin jalan-jalan”.

”Mendingan gak usah Ada Ujian aja bu.... belajarnya jadi lebih enak, ibu juga lebih banyak senyum trus Bapak Kepala sekolah juga gak Cemberut dan Emak Udin gak stess dan bisa tidur nyenyak dirumah.”

” Iya bu Guru !!!” tiba2 teman si Udin serempak menimpali.

Lalu Udin berkata lagi, ”Apa lagi kalo Udin lihat di TV soal2 ujian banyak yang jawabannya pada dibocorin; katanya biar nilai semua muridnya pada bagus2 dan pada lulus semua supaya guru dan kepala sekolahnya bisa selamet gak kena sangsi.”

”Jadi untuk apa kita Ujian... kalo cuma biar bisa Selamet? Mendingan kita buat SELAMETAN aja pake nasi tumpeng biar bu guru dan kepala sekolah selamet dan kita bisa makan2 enak, iya kan ?” ”Bagaimana menurut ibu ???

Serempak teman2 Udin teriak ”SETUJUUUU..... !!!”

* Berdasarkan True Story Juragan Lapak Soto Lamongan beli Toyota Fortuner.

UAN (UJIAN AKHIR NASIONAL) DIMATA SEORANG SENIMAN KARIKATURIS DUNIA


Apa pesan yang terselip dari sebuah gambar jenius ini ????

" Biar Adil jadi kamu semua akan mengikuti ujian yang sama"
"ya.. sekarang silahkan panjat pohon itu !"


SEPERTI APA SICH SEBUAH NEGERI TANPA ADANYA EBTA, UAN ATAU UNAS BAGI PARA SISWANYA ?????


Yang di ubah hanya istilahnya saja SMA JADI SMU, JADI SMA LAGI, kemudian EBTA JADI UN, JADI UAN, JADI USBN.. dan JADI MAKIN HANCUR SAJA NEGERI INI...

.... tawuran pelajar membawa maut.... nyontek berjamaah.... bocoran soal Ujian Nasional Berjamaah, Pergi ke dukun rame-rame sebelum ujian .....Perkosaan anak2 kelas 4 sekolah dasar...., Pelecehan guru pada siswa....Pemukulan siswa pada gurunya, Bulliying kakak kelas pada adik kelas..... dan masih segudang masalah lainnya !!!!

Ada apa sich dengan sistem pendidikan di Indonesia ???
kok bukannya bertambah baik, tetap semakih hancur saja dari waktu ke waktu...???

-----------------------------------------------------------------------------------------------

Keluarga Indonesia yang kami cintai dan peduli pendidikan anak2 bangsa,

Kemarin malam setelah kami selesai siaran di TV, sempat berbincang2 dengan presenter acara tsb melanjutkan obrolan kita.

Saya bercerita tentang sistem pendidikan di FINLANDIA padanya, yang diakui menerapkan sistem Pendidikan (Sekolah) terbaik di dunia.

Tiba2 saja sang Presenter menimpali, katanya dulu ia semasa masih di Metro TV pernah dikirim meliput di Finlandia,

"Wah ayah...katanya..., penduduknya luar biasa.... santun ramah, dan yg menakjubkan katanya jika kita parkir mobil dimana saja tidak perlu di kunci, dan jika ada benda2 berharga bisa ditinggal di mobil tanpa perlu khawatir ada yg mencurinya...." Begitu katanya....

Jadi ternyata SISTEM PENDIDIKAN itu yg menentukan potret sebuah bangsa, jadi jika potret bangsanya Amburadul seperti ini, pasti sistem Pendidikan dan para penyelenggaranya juga amburadul

Begitulah kira-kira kesimpulan dari obrolan kami malam itu di Studio Sindo TV.

Lalu seperti apa sich SISTEM PENDIDIKAN TERBAIK DI DUNIA ITU ???

Berikut penuturan dari Syed Abdul Rahman Alsagoff
Foundar Arabic School in Singapore
Sekolah tertua yg didirikan oleh Swasta di Singapura; Sumber; Channel News Asia , 6 Mei 2009

Mengatakan bahwa ternyata di Finlandia itu tidak ada:

1. Akreditasi (Pemeringkatan) sekolah oleh pemerintah, yg ada akreditasi oleh Masyarakat; Jadi masyarakat melihat langsung apakah anak mereka yg didik di sekolah tersebut menjadi semakin baik, beretika dan cerdas atau malah sebaliknya. Jadi sekolah tidak dinilai oleh satu pihak saja, yakni Pemerintah, melalui Stnadar tunggal yg bisa saja keliru (dan jika keliru maka seluruh bangsa akan menganggung akibatnya) ; melainkan langsung oleh usernya yakni masyarakat. Jadi sekolah berusaha untuk menjadi yg terbaik dengan memberikan bukti langsung kepada masyarakat yg menilainya. Fungsi pemerintah lebih sebagai konselor atau Konsultan Pembimbing bagi sekolah dan mengembangkan sistem sekolahnya bukan Lembaga Akreditasi. Mencatat sekolah2 yg dianggap berhasil oleh masyarakat dan membantu sekolah2 yg belum dianggap berhasil.

2. Tidak ada kurikulum tunggal yg ditetapkan oleh Pemerintah pusat, Setiap sekolah diberikan kebebasan mengembangkan kurikulum sendiri sesuai dengan potensi unggul daerahnya masing2. Jadi sepertinya jika sekolah itu di terletak di Bali mungkin yg lebih di utamakan adalah kurikulum pengembangan Budaya, Seni Tari, Ukir, Pahat dan sejnisnya. Jika dikalimantan mungkin tentang Batuan berharga, Gambut, Batubara, dan Budidaya Hutan, Jika di Maluku mungkin Perikanan dan budidaya kelautan dan sejenisnya. Wow !!! Pastinya akan banyak para ahli lokal yg pandai memanfaatkan potensi daerahnya.

3. Tidak ada standar ujian negara, melain berbasiskan pada proses hasil pembelajaran dari hari ke hari dari masing-masing anak, tanpa dibandingkan melalui sistem Rangking. Jadi tujuan pembelajaran adalah untuk menjadikan anak yg terbaik sesuai bidang yg diminati dan kemampuannya sendiri-sendiri bukan untuk mengejar peringkat dalam satu kelas atau satu sekolah. (karena prinsip pendidikan adalah mencerdaskan semua anak bukan untuk Merangking mereka dari yg terpintar hingga yg terbodoh)

4. Dan yg paling mengesankan adalah tidak ada standar Nasional KECUKUPAN MINIMAL untuk Nilai masing2 pelajaran (karena tiap anak memiliki kecepatan belajar yg berbeda2 dan kemampuan berbeda untuk bidang pelajaran yg berbeda).

Yang ada justru STANDAR NASIONAL ETIKA MORAL ANAK. Jadi setiap sekolah wajib mendidik setiap murid mereka memenuhi STANDAR ETIKA MORAL NASIONAL sebagai Pondasi Dasar membantuk Bangsa Yang Kuat dan Cerdas.

Jadi meskipun sekolah mereka memiliki kurikulum yg berbeda2 dengan spesialisasi kecakapan Bidang yg berbeda di sesuaikan dengan potensi daerahnya masing2 Namun setiap sekolah harus bisa menjamin bahwa setiap muridnya memiliki ETIKA MORAL YG STANDAR SECARA NASIONAL.

Wah.... sepertinya kok tidak terlalu sulit ya untuk mengikuti dan menjadi Negara dengan Sistem Pendidikan Terbaik di Dunia. Tentunya jika kita mau !!
Saudara-saudara sebangsa dan setanah air,

Seandainya anak kita bersekolah dengan sistem seperti ini sudah kebayang ya akan menjadi sangat luar biasa !!!.

Bersekolah akan menjadi hal yg menarik, menyenangkan sekaligus menantang dan tidak lagi membosankan dan menekan kejiwaan anak.

Dengan adanya Etika Moral yg di Standardisasi secara Nasional pastinya tidak akan ada lagi TAWURAN MASAL PELAJAR, Genk Nero, Genk Motor, dan sejenisnya di Jalanan. Anak akan menjadi respect pada guru dan orang tua, lebih beretika di sekolah, di jalan dan dirumah.

Dengan adanya sistem yg mengedepankan kecakapan individual dan tidak ada lagi sistem ujian dengan standar soal dan jawaban yg sama pastinya tidak akan ada lagi contek mencontek.

Tiap siswa akan tampil menjadi terbaik pada bidang kecakapan masing-masing yg memang menjadi bakat dan kelebihannya dan bukan dipacu dan ditekan untuk meningkatkan nilai atau bidang yg menjadi kelemahanya dengan cara ikut Bimbll atau Les siang, malam, pagi, sore.

Sekaligus masing2 anak-anak, Guru dan Orang Tuanya gak Stress lagi oleh Momok Nasional yg bernama Ujian Nasional, karena mereka di nilai bukan dari Ujian Akhir melainkan melalui proses perkembangan belajar dan penguasaan dari hari ke hari, sekaligus mereka juga dikembangkan berdasarkan kemampuan dan kecakapan bidang masing-masing, tidak untuk di Rangking, yg bisa berakibat sangat memalukan jika mereka termasuk 10 besar dari bawah.

Berkaca pada Syed Abdul Rahman Alsagoff sang Founder Arabic School di Singapore yg mau dan bisa melakukan perubahan dengan memulainya dari dirisendiri dan sekolahnya sendiri, kitapun mestinya bisa melakukan hal yg sama di Indonesia.

Jika Singapura bisa Indonesia Pasti Bisa !!!

Jika kita mau pasti bisa !!! dan bukan sebaliknya, Jika bisa sich sebenarnya kita mau !!!!

Ya Persis memulai perubahan mulai dari diri sendiri dan sekolah kita sendiri !!!

RENUNGAN AKHIR PEKAN BAGI PARA PELAJAR, ORANG TUA, GURU DAN PENYELENGGARA PENDIDIKAN.




SEANDAINYA ....

ya seandainya saja sistem pendidikan kita bisa mencetak lulusan SMA yg bisa berpikir seperti ini; berpidato seperti ini

dan bukan seperti di gambar ini sebagai perayaan bagi kelulusannya...

Mungkin negeri ini bisa segera sembuh dari penyakitnya....

BERIKUT PIDATO ANAK SMA DALAM ACARA KELULUSANNYA:

Pidato Kelulusan Pelajar SMA yang menggetarkan dan menggugat kesadaran kita atas makna sistem pendidikan, pidato ini diucapkan oleh Erica Goldson, pelajar di Coxsackie-Athens High School, New York, tahun 2010.

“Saya lulus, Seharusnya saya menganggapnya sebagai sebuah pengalaman yang menyenangkan, terutama karena saya adalah lulusan terbaik di kelas saya.

Namun, setelah direnungkan, saya tidak bisa mengatakan kalau saya memang lebih pintar dibandingkan dengan teman-teman saya.

Yang bisa saya katakan adalah kalau saya memang adalah yang terbaik dalam MELAKUKAN APA YG DIPERINTAHKAN GURU kepada saya dan juga dalam hal MENGIKUTI SISTEM YANG ADA.

Di sini saya berdiri, dan seharusnya bangga bahwa saya telah selesai mengikuti periode indoktrinasi ini.

Saya akan pergi, di musim dingin ini dan menuju tahap rencana berikut yang akan datang kepada saya, setelah mendapatkan sebuah dokumen kertas yang mensertifikasikan bahwa saya telah sanggup bekerja.

Tetapi saya adalah seorang manusia, seorang pemikir, pencari pengalaman hidup – BUKAN SEORANG PEKERJA. Pekerja adalah orang yang terjebak dalam pengulangan, seorang budak di dalam sistem yang mengurung dirinya.

Sekarang, saya telah berhasil menunjukkan kalau saya adalah budak terpintar. Saya melakukan apa yang disuruh kepadaku secara sangat baik.

Di saat orang lain duduk melamun di kelas dan kemudian menjadi seniman yang hebat, saya duduk di dalam kelas rajin membuat catatan dan menjadi pengikut ujian yang terhebat.

Saat anak-anak lain masuk ke kelas lupa mengerjakan PR mereka karena asyik membaca hobi-hobi mereka, saya sendiri tidak pernah lalai untuk selalu mengerjakan PR saya. Saat yang lain menciptakan musik dan lirik, saya justru mengambil ekstra SKS, walaupun saya tidak membutuhkan itu.

Jadi, saya penasaran, apakah benar saya ingin menjadi lulusan terbaik? Tentu, saya pantas menerimanya, saya telah bekerja keras untuk mendapatkannya, tetapi apa yang akan saya terima nantinya? Saat saya meninggalkan institusi pendidikan, akankah saya menjadi sukses atau saya akan tersesat dalam kehidupan saya?

Saya tidak tahu apa yang saya inginkan dalam hidup ini. Saya tidak memiliki hobi dan tujuan yg jelas, karena semua mata pelajaran hanyalah sebuah pekerjaan dan kewajiban untuk belajar, dan saya lulus dengan nilai terbaik di setiap subjek hanya demi untuk lulus, memenuhi keinginan orang lain, sekolah dan mungkin orang tua saya, bukan untuk belajar dalam arti yg sesungguhnya.

Dan jujur saja, sekarang saya mulai ketakutan…….”

sumber: http://americaviaerica.blogspot.com/p/speech.html
 
Bandingkan dengan kebanyakan lulusan di Indonesia 
 
 

RENUNGAN BAGI KITA YANG INGIN MENJADI LEBIH SABAR




Suatu ketika ada sepasang orang tua yang bersifat pemarah yang datang pada orang bijak agar ia bisa menjadi orang tua yang lebih sabar dalam mendidik anak-anak mereka.

Singkat cerita untuk mengurangi kebiasaan marah mereka, orang bijak memberikan sekantong paku dan mengatakan pada kedua orang itu untuk memakukan sebuah paku di pagar belakang setiap kali dia marah pada anaknya...

Hari pertama kedua orang tua itu telah memakukan 30 paku ke pagar setiap kali dia marah....

Lalu secara bertahap jumlah itu berkurang.... Dia mendapati bahwa ternyata lebih mudah menahan amarahnya daripada memakukan paku ke pagar...

Akhirnya tibalah hari dimana kedua orang tua tersebut merasa sama sekali bisa mengendalikan amarahnya dan tidak cepat kehilangan kesabarannya...

Dia memberitahukan hal ini kepada orang bijak, yang kemudian orang bijak tersebut memintanya pulang dan mengusulkan agar dia mencabut satu paku untuk setiap hari dimana dia tidak marah....

Hari-hari berlalu dan kedua orang tua itu akhirnya memberitahu sang guru bijak bahwa semua paku telah tercabut olehnya...

Lalu sang Bijak datang kerumahnya dan menuntun kedua orang tua itu ke pagar..…….

"Hmm....? Kamu telah berhasil dengan baik anakku...,..tapi, lihatlah lubang-lubang di pagar ini, pagar ini ,tidak akan pernah bisa sama seperti sebelumnya,

ketika kamu mengatakan sesuatu dalam kemarahan pada anakmu.…..
Kata-katamu meninggalkan bekas seperti lubang ini... di hatinya".

"Kamu dapat menusukkan paku pada pagar ini, lalu mencabut paku itu satu demi satu... tetapi tidak peduli beberapa kali kamu minta maaf.... Luka itu akan tetap ada di sana.……

dan luka karena kata-kata adalah sama buruknya dengan luka fisik bahkan lebih sakit lagi dan tidak pernah bisa benar2 hilang dari memori ingatan anak-anak kita...."

Mari ambilah semenit saja dari waktu kita hari ini untuk merenungkan hal ini ..

www.ayahkita.com - ayah edy parenting

ANAK YANG SUKA TANTRUM (Marah dan Mengamuk) terutama di tempat2 umum.



TANYA:

Ayah, Please Help...me...

Nama saya Indah Laksmi, bunda dari 1 orang anak laki-laki kini 18 bulan. Anak saya ini aktif sekali, benar-benar tidak bisa diam. Seringkali saya terus mengingatkan diri saya bahwa dia aktif berarti dia sehat dan cerdas, dan dia sedang proses eksplorasi.

Yang mengkhawatirkan adalah lebih ke emosinya. Ketika anak saya marah atau tidak mendapatkan apa yg dia inginkan, apakah dilarang atau dia tidak berhasil melakukan sesuatu, dia selalu berteriak-teriak. Saya masih berpikir mungkin karena dia belum bisa bicara/komunikasi, jadi dia mengekspresikannya dengan teriak-teriak.

Tapi, lama-lama mengkhawatirkan juga Ayah padahal ketika dia berteriak pun saya dan ayahnya tidak menuruti kemauannya, karena bisa lama sekali dia nangis plus teriak-teriak.

Pertanyaan saya lebih pada, apa ya yg bisa saya lakukan lagi (kegiatan/aktifitas) untuk anak saya yg aktif dan juga apa yg bisa saya lakukan agar anak saya tidak perlu berteriak-teriak ketika ngambek/marah?

Terima Kasih.
Indah Laksmi

Bu Indah yang baik hati,

Anak kita membawa kesempurnaan dari Tuhan dalam setiap prilakunya, dan sebenarnya Tuhan memberikan tanda-tanda akan potensi yang tersimpan dalam diri buah hati kita. Apa yang ibu lakukan dalam melihat prilakunya yang aktif sebagai pertanda anak ibu sehat dan cerdas sungguh sangat baik sekali, begitu juga dengan emosinya yang meledak-ledak serta suka teriak itu juga sesungguhnya sebuah pertanda bahwa anak ibu adalah tipe anak yang verbal dan memiliki tekad yang kuat sebagai sorang pemimpin yang selayaknya kita syukuri.

Namun demikian buah hati kita juga perlu kita ajari bagaimana mewujudkan prilakunya sebagai calon pemimpin masa depan dengan cara yang lebih positif.

Anak yang aktif pada dasarnya adalah anak yang memiliki energi fisik diatas anak rata-rata, yang dia butuhkan adalah bukannya larangan demi larangan dari kita orang tuanya, melainkan ide-ide kreatif untuk menyalurka energi kreatifnya tersebut, oleh karena itu mari setiap saat kita cari ide-ide kreatif apa yang cocok untuk menyalurkan energi anak kita, supaya aktifitas pembelajarannya menjadi jauh lebih positif dan sehat. Saya memberikan kesemptan kepada anak saya untuk melakukannya di rumah.

Apa yang saya lakukan dirumah adalah membuat kesepakatan bersama istri bahwa rumah kita akan kita jadikan sebagai lahan ekplorasi bagi anak-anak, dan saya juga mengajak istri untuk tidak berharap hidup “normal” seperti umumnya standar normal orang dewasa yang penuh dengan keindahan dan kerapihan hingga anak-anak berusia 8-12 tahun. Oleh karena itu kami untuk sementara ini berusaha untuk tidak memiliki barang atau pernik-pernik yang “antik” yang menyebabkan kami melarang anak-anak kami untuk memainkannya.

Benda apa saja yang tersisa dirumah adalah yang boleh untuk di eksplorasi, bahkan rumahnya pun kami pilih yang boleh di eksplorasi, kami sudah Ikhlas rumah kami di jadikan penyaluran energi kreatif anak-anak kami mulai dari bangun pagi hingga tidur malam hari.

Cara berikutnya adalah dengan membawanya ke tempat “Kids Play Ground” yang belakangan ini marak di sediakan di pusat-pusat perbelanjaan dsb.

Sedangkan masalah emosinya yang sering meledak-ledak dengan teriakan, pada dasarnya berkaitan dengan tipe sifat dasarnya yakni Verbal & Keras (Watak Seorang Pemimpin), yang biasanya diwarisi dari salah satu orang tuanya. Oleh karena itu cara kita mendidikpun harus di sesuaikan dengan tipenya yang pemimpin tsb. yakni; Bicara singkat, tidak perlu panjang lebar, gunakan metoda reward and punishment. Lebih lengkapnya ibu bisa membaca buku kami yang berjudul 37 kebiasaan ortu yang menghasilkan prilaku buruk anak, diterbitkan oleh Grasindo.

Namun demikian melihat usianya yang baru 18 bulan, sebenarnya apa yang terjadi pada buah hati ibu adalah proses yang sangat alamiah yang dialami setiap anak yang sedang berada di fase Ego Sentris, dimana dia merasa bahwa dirinya adalah pusat kehidupan sehingga orang-orang disekitarnya harus mengikutinya.

Pada fase ini anak juga belum begitu jelas memahami komunikasi, dia sedang dalam upaya mempelajari lingkungannya dan berusaha untuk menyesuaikan diri dengan respon yang diterima dari lingkungannya. Oleh karena itu cara mendidik kita terhadap prilakunya akan membuat dia memilih apakah akan mengulangi lagi prilaku yang sama atau menggantinya dengan prilaku baru. Ambil contoh pada saat ia teriak-teriak akan sesuatu apakah kita segera terpancing untuk memenuhinya..? jika “Ya” maka ia akan belajar bahwa cara itu efektif dan akan diulanginya lagi.

Kemudian pada saat ia teriak-teriak sementara ibu berusaha tidak memenuhinya dengan tujuan untuk mendidiknya, namun sayangnya lama kelamaan karena tidak tega akhirnya ibu mengalah. Apa kira-kira yang di pelajarinya..... ya persis..! dia berpikir..., jadi kalo kemauanya tidak dipenuhi maka aku harus menangis dan kalo menangis juga belum di kabulkan maka aku tambah dengan berteriak-teriak yang keras. Dan bisa sampai disini ibu tidak tega dan mengalah maka ia akan berfikir bahwa cara ini ternyata sangat efektif. Tentu saja ia akan mengulanginya lagi di lebih banyak kesempatan.

Begitulah cara anak kita belajar pada fase-fase pertama kehidupannya. Jadi apa bila ibu sudah mengambil sikap untuk tidak menuritinya maka tetaplah konsisten, biarkan ia menangis hingga akhirnya berhenti sendiri dan mulai menunjukkan tanda-tanda berdamai dengan kita. Katakan padanya jika kamu seperti ini lagi kamu tidak akan mendapat apa yang kamu inginkan tapi jika kamu mau bicara baik-baik maka ibu akan pertimbangkannya. Arahkan selalu anak kita yang berteriak-teriak untuk bicara dan mau menyampaikan secara baik.

Nah jika kita tidak cepat mengetahui cara mendidik kita yang tanpa sadar ternyata keliru , maka prilaku buruk ini akan terus terbawa oleh anak hingga besar, dan semakin bertambah usianya akan semakin sulit untuk mengubahnya, untuk itulah saya menuliskan dalam buku tersebut satu persatu apa saja cara mendidik kita yang keliru dan hal-hal yang perlu kita lakukan untuk mendidik secara tepat. Mengingat banyaknya poin-poin yang perlu di pelajari, paling tidak ada 37 poin, sepertinya kami tidak mungkin menuliskannya pada kolom in satu demi satu maka kami anjurkan ibu untuk memiliki, mempelajari dan mempraktekkan apa yang ada di buku tersebut.

Banyak orang tua yang telah berhasil dalam waktu yang relatif singkat, kuncinya adalah jika kita mau pasti bisa, betapapun sulitnya ternyata mengubah prilaku kita sendiri dalam mendidik anak.

Mari kita bangun Indonesia yang Kuat dari keluarga melalui anak-anak kita tercinta !

Selamat mencoba !

Ayah Edy
www.ayahkita.com

Wednesday, October 9, 2013

BELAJAR DARI SEJARAH PARA ILMUAN DUNIA

 

BENARKAH JIKA ANAK SEJAK KECIL SUDAH DI JEJALI ILMU SAINS /ILMU PASTI ALAM, (Di sekolah, rumah, les, bimbel dsb) KELAK JIKA SUDAH BESAR AKAN MENJADI SEORANG ILMUAN ATAU SCIENTIST ?

Melanjutkan dari ulasan kami mengenai ucapan para guru di Australia mengenai Budaya Mengantri jauh lebih penting dari pelajaran Sains bagi murid2nya. Saya ingin berbagi sedikit mengenai pengalaman kami dalam membaca berbagai buku yang menurut kami baik dan berguna.

Terlepas kita nanti akan setuju, sepaham atau sama sekali tidak setuju itu adalah masalah pilihan kita masing-masing, tapi alangkah indahnya jika kita membuka diri terlebih dahulu dan membaca uraian ini; Terimakasih untuk kesedianya.

Saya yakin bukanlah sebuah kebetulan bahwa saat ini anda membaca artikel ini, saya yakin ada tangan Tuhan yang telah menuntun jari jemari kita untuk bisa sampai disini. Tidak ada yang kebetulan dalam hidup ini.

Keluarga Indonesia yang berbahagia,

Selalu tertarik membaca sejarah bagaimana Ilmuan2 besar dari Barat dan Timur di lahirkan. Apakah mereka mendapatkan pelatihan khusus tentang ilmu sains sejak kecil atau dengan cara apa mereka bisa seperti ini.

Dibarat kita bisa melihat bahwa Seorang Socrates yang di juluki Bapaknya Para Filusuf Barat melahirkan Pemikir Besar yang bernama PLato dan Bagaimana seorang Plato bisa melahirkan Aristoteles yang mendapat julukan Bapaknya Ilmu Pengetahuan ( The Father of Sciences).

Saya juga kagum bangaimana dunia Islam bisa melahirkan ilmuan terkenal seperti Ibnu Abdul Jabbar, Ibnu Sina, Ibnu Al Qindi pada zamannya.

Sebelum membaca sejarah saya berpikir bahwa mungkin Tokoh tokoh ilmuan besar ini dulu sejak kecil di didik untuk sebanyak belajar ilmu Sains hingga akhrinya mereka berhasil menjadi para Scientist Hebat yang Mendunia.

Pemikiran inilah yang mungkin banyak diyakini orang saat ini; itulah sebabnya mengapa orang begitu berlomba2 menekan anaknya untuk belajar sebanyak2nya tentang Ilmu Science. Meskipun sering kali bukan membuahkan hasil yang di inginkan melainkan hanya membuat stress anaknya dan akhirnya malah mogok sekolah atau lebih buruk lagi mengalami penyimpangan prilaku remaja.

Setelah saya mempelajari sejarah, ternyata justru yang terjadi malah kebalikannya; Socrates pada zamannya mendapat julukan sebagai Filusuf Etika Moral dan bukan Filusuf Sains, dan ternyata yang di ajarkan terlebih dahulu pada muridnya Plato adalah filsafat Etika Moral dan bukan ilmu Sains... dan Plato selalu di ajarkan tentang apa maksud baik Tuhan menciptakan alam semesta ini berikut kita sebagai manusia.

Melalui hal tersebut maka terbukalah pertanyaan2 alam semesta yang pada akhirnya menjadikan Plato sebagai pemikir besar alam semesta pada zamannya.

Cara yang sama inilah yang di kembangkan oleh Plato pada muridnya yang bernama Aristoteles, mengajarkan Filsafat Etika Moral untuk membongkar rahasia alam semesta; dan cara ini juga yang telah menjadikan Aristoteles mendapatkan Gelar Bapaknya Ilmu Pengetahuan Barat.

Nah... jadi semakin menarik bukan...,

Lalu bagaimana dengan Tokoh2 seperti Ibnu Al Qindy ? Beliau sama juga seperti Ibnu Sina dan Ibnu Abdul Jabbar, beliau terlebih dulu membedah Al Qur'an sebagai pijakan Akhlak dan Moral untuk menuntun beliau membedah rahasia Alam Semesta Raya juga Rahasia Alam Semesta kecil yang ada dalam tubuh manusia. Hingga menjadikan beliau Tokoh Ilmuan Kedokteran, Matematika dan Ilmu Falaq yang di segani dunia pada zamannya.

Sejak saat itulah akhirnya saya menyadari bahwa dasar dari semua ilmu dan rahasia alam semesta ini adalah Akhlak dan Etika Moral yang kita bisa pelajari dan kembangkan melalui ajaran agama atau kitab suci kita masing-masing.

Ah sayangnya mungkin tidak banyak diantara kita yang membaca sejarah ini, dan mengambil pelajaran berharga didalamnya.

Kebanyakan kita, termasuk saya juga berpikir bahwa jika ingin anak kita menjadi orang hebat maka ajarilah sebanyak2nya ilmu sains sejak dini. Ya Tuhan ternyata selama ini saya salah menduga, dan Alhamdullilah Engkau telah menunjukkan jalan kesadaran bagiku.

Semoga ini bisa memberikan pelajaran bagi kita semua, jika pun tidak, kami tetap bersyukur bahwa setidaknya saya sebagai orang tua dari anak-anak saya telah di ijinkan oleh Tuhan untuk mengetahui sejarah pendidikan orang-orang hebat pada zamannya.

Mari kita renungkan bersama.