"Padahal aku begitu ikhlas dan tulus membantunya selama ini. Tapi kenapa bisa begitu tega dia melupakan semua kebaikan yang pernah kulakukan padanya?"
Dengan kesal anak muda itu membanting sisa-sisa nasi yang tertinggal di piringnya. Teringat ia pada sahabat yang selama ini selalu dibantunya.
Ayam betina yang mengais sisa-sisa nasi yang berhamburan di tanah itu pun berkotek seakan ingin menimpali kekesalannya.
"Hai manusia, keikhlasan dan ketulusan seperti apa yang kau maksudkan dalam sebuah kebaikan, bila ternyata kau sendiri masih mengharap suatu balasan, entah dalam wujud apa pun atas kebaikan yang pernah kau lakukan itu apakah itu ke ikhlasan?"
"Kebaikan itu seperti melunasi hutang atas kebaikan seseorang di ruang dan waktu yang lain di masa lalu. Bila kau masih mengharap balasan, berarti kau tak sungguh-sungguh ikhlas."
"Lihatlah nasi yang kau makan tadi. Usai ia melenyapkan rasa laparmu, kau sendiri bahkan membanting sisa-sisanya yang tak kau perlukan lagi, itukah bentuk keikhlasan?"
" Aku pun pasti akan bernasib sama kelak. Usai tugasku memberimu telur, membersihkan sisa-sisa nasi yang kau hamburkan di tanah, kau akan membunuhku pula."
Kotek ayam betina itu terdengar kian samar, meninggalkan Manu dalam perenungannya sendiri.
by Dr. Mustika Wayan
Bakung Sari, Kuta
No comments:
Post a Comment