SATU-SATUNYA SITUS RESMI AYAH EDY

SATU-SATUNYA SITUS RESMI AYAH EDY
Bagaimana caranya..? Gabung di FB: komunitas ayah edy, download talkshow di www.ayahedy.tk

Friday, March 30, 2018

ATHEIS


Dalam sebuah perkuliahan terjadi dialog antara seorang professor sebagai dosen dan mahasiswanya,

Professor bertanya “Apakah Tuhan menciptakan segala yang ada?”
“Apakah kejahatan itu ada?”
“Apakah Tuhan menciptakan kejahatan?”

Seorang Professor dari sebuah universitas terkenal menantang mahasiswa-mahasiswa nya dengan pertanyaan ini.

“Apakah Tuhan menciptakan segala yang ada?”

Seorang mahasiswa dengan berani menjawab,

“Betul, Beliau yang menciptakan semuanya”.

“Tuhan menciptakan semuanya?” Tanya sang professor sekali lagi.

“Ya, Pak, semuanya” kata mahasiswa tersebut.

Professor itu menjawab,

“Jika Tuhan menciptakan segalanya, berarti Tuhan menciptakan Kejahatan. Karena kejahatan itu ada, dan menurut prinsip agama bahwa Tuhan ada dalam diri setiap kita, jadi kita bisa berasumsi bahwa Tuhan itu adalah kejahatan?”

Mahasiswa itu terdiam dan tidak bisa menjawab hipotesis professor tersebut.

Professor itu merasa menang dan menyombongkan diri bahwa sekali lagi dia telah membuktikan kalau agama itu adalah sebuah mitos.

Mahasiswa lain mengangkat tangan dan berkata, “Professor, boleh saya bertanya sesuatu?”

“Tentu saja,” jawab si Professor

Mahasiswa itu berdiri dan bertanya,

“Professor, apakah dingin itu ada?”

“Pertanyaan macam apa itu? Tentu saja dingin itu ada.
Apakah kamu tidak pernah sakit flu?” Tanya si professor diiringi tawa mahasiswa lainnya.

Mahasiswa itu menjawab,

“Kenyataannya, Pak, dingin itu tidak ada.
Menurut hukum fisika, yang kita anggap dingin itu adalah ketiadaan panas.

Suhu -460F (0 derajad Celcius) adalah ketiadaan panas sama sekali.
Dan semua partikel menjadi diam dan tidak bisa bereaksi pada suhu tersebut.

"Kita menciptakan kata dingin untuk mendeskripsikan ketiadaan panas tsb.”

Mahasiswa itu melanjutkan,

“Professor, apakah gelap itu ada?”

Professor itu menjawab, “Tentu saja gelap itu ada.”

Mahasiswa itu menjawab,

“Sekali lagi anda salah.  Gelap itu juga tidak ada.
Gelap adalah keadaan dimana tidak ada cahaya.
Cahaya bisa kita pelajari namun gelap tidak bisa kita pelajari.”

“Kita bisa menggunakan prisma Newton untuk memecahkan cahaya menjadi beberapa warna dan mempelajari berbagai panjang gelombang setiap warna.”

“Tapi Anda tidak bisa mengukur gelap."

"Seberapa gelap suatu ruangan diukur dengan berapa intensitas cahaya di ruangan tersebut. Kata gelap sesungguhnya dipakai manusia untuk mendeskripsikan ketiadaan cahaya.”

Akhirnya mahasiswa itu bertanya,

“Professor, apakah kejahatan itu ada?”

Dengan bimbang professor itu menjawab,

“Tentu saja, seperti yang telah kukatakan sebelumnya. Kita melihat setiap hari di Koran dan TV. Banyak perkara kriminal dan kekerasan di antara manusia. Perkara-perkara tersebut adalah manifestasi dari kejahatan.”

Dengan penuh keyakinan mahasiswa tadi kembali menjawab.

“Sekali lagi Anda salah, Professor !!!"

"Kejahatan itu tidak ada !!"

"Seperti juga GELAP, Kejahatan sesungguhnya terjadi karena ketiadaan Cahaya Tuhan dalam diri kita"

"Seperti juga dingin atau gelap, kejahatan adalah kata yang dipakai manusia untuk mendeskripsikan ketiadaan Tuhan dalam dirinya.”

“Tuhan tidak menciptakan kejahatan. Kejahatan adalah hasil dari tidak hadirnya Tuhan di hati manusia. Seperti dingin yang timbul dari ketiadaan panas dan gelap yang timbul dari ketiadaan cahaya.”

Professor itupun terdiam tanpa bisa berkata apapun.

Dan perlahan terdengar tepuk tangan dari seisi kelas tersebut.


Saturday, March 24, 2018

TANDA-TANDA KEMUNDURAN SEBUAH BANGSA


Jika kita peduli pada nasib anak kita, maka bacalah dengan sabar dan seksama sampai akhir artikel ini. 

Suatu ketika di bulan Juli tahun 90-an, di negara bagian Massachusetts, Amerika Serikat tengah berlangsung sebuah konfrensi besar pendidikan, dihadiri oleh sebagian besar kalangan pendidikan, mulai dari pengamat, praktisi, pakar hingga penentu kebijakan dibidang pendidikan.

Tema yang diambil. kali itu adalah mengenai “Evaluasi Sistem Pendidikan dalam Menghasilkan Generasi Unggul”

Tema ini sengaja diangkat, karena ternyata berdasarkan penelitian, selama 60 terakhir sistem pendidikan lebih banyak menghasilkan generasi yang gagal dan bahkan cenderung bermasah ketimbang yang unggul

Banyak sekali tokoh-tokoh yang diminta bicara menyampaikan pikiran, pandangan juga hasil penelitian mereka.

Dari semua pembicara, ada salah seorang yang pemaparannya begitu dahsyat, tajam dan mengena, hingga mendapatkan simpati dan dukungan yang luar biasa dari hampir semua peserta konferensi tersebut.

Tepuk tangan yang riuh serta dukungan antusiasme terus mengalir hingga sang pembicara ini turun. Apa saja yang di paparkan oleh si pembicara ini...? marilah kita simak cuplikan utama dari pemaparannya;

“Saudara-saudaraku tercinta sebangsa dan setanah air, saya sungguh prihatin melihat perkembangan generasi kita dari tahun ke tahun, sehingga saya begitu tertantang untuk membuat suatu pengamatan untuk mengetahui akar pemasalahannya.”

“Lebih dari 30 tahun saya melakukan pengamatan terhadap para pelajar dan para lulusan sekolah di tiap jenjang mulai dari pendidikan dasar hingga pendidikan tinggi. dan ternyata dari tahun-ke tahun menunjukkan suatu peningkatan grafik jumlah anak-anak yang bermasalah ketimbang anak-anak yang berhasil.”

Salah satu yang membuat saya menangis adalah ketika saya mengunjungi beberapa Lembaga Pemasyarakatan yang ada di beberapa negara bagian; yang dulu pada tahun 60an mayoritas di huni oleh orang-orang yang berusia antara 40-60an, namun apa yang terjadi pada tahun 90, penjara-penjara kita penuh di isi oleh anak remaja antara usia 14 s/d 25 tahun. Jumlah peningkatan yang drastis juga terjadi pada penjara anak dan remaja.

Fenomena apakah gerangan yang sedang terjadi di negara kita......? Akan jadi apakah kelak negara ini jika kita semua tidak mengambil peduli dan merasa bertanggung jawab...?

Saudara-saudaraku sebangsa dan setanah air....., Dari pengamatan panjang yang saya lakukan akhirnya saya mengetahui bahwa sumber dari semua masalah ini ada pada Harmonisasi hubungan Keluarga dan Sistem Pendidikan kita.

Sebagian besar anak-anak yang bermasalah ternyata juga memiliki orang tua yang bermasalah atau keluarga yang berantakan dan yang memperparah ini semua adalah bahwa Lembaga yang kita agung-agungkan selama ini, yang kita sebut sekolah ternyata sama sekali tidak mampu menjadi jalan keluar bagi anak-anak yang mengalami permasalahan di rumah.

Sekolah yang mestinya bertanggung jawab pada pendidikan anak (kerena mengklaim sebagai lembaga pendidikan) ternyata sama sekali tidak melakukan proses pendidikan, melainkan hanya menjadi lembaga yang memaksa anak untuk mengikuti kurikulum yang kaku dan sudah ketinggalan zaman. Guru-guru yang diharapkan menjadi pengganti orang tua yang bermasalah tapi ternyata tidaklah lebih baik dari pada orang tua si anak yang bermasalah tadi. Guru lebih suka memberikan pelajaran dari pada mendidik dan melakukan pendekatan psikologis untuk bisa membantu memecahkan masalah anak-anak muridnya. Guru-guru juga lebih suka saling melempar tanggungjawab ketimbang merasa ikut bertanggung jawab sebagai seorang pendidik.

Dan yang sungguh menyakitkan adalah ternyata Pemerintah kita khusunya yang bertanggung jawab pada bidang pendidikan hanya mementingkan masalah nilai, angka-angka dan Ujian-Ujian Tulis. Pemerintah seolah menutup mata terhadap menurunya prilaku moral, rusaknya anak-anak sekolah dan meningkatnya prilaku kekerasan di kalangan remaja.

Ukuran keberhasilan pendidikan lebih diletakkan pada menjawab soal-soal ujian dan target-target perolehan nilai, bukan pada Indikator Moral dan Pengembangan Karakter Anak. Sehingga pada akhirnya kita mendapati banyaknya anak-anak yang mendapat nilai tinggi namun moralnya justru begitu rendah.

Inilah saya pikir yang menjadi biangkeladi dari permasalahan meningkatnya jumlah anak-anak yang menjadi penghuni penjara di hampir seluruh negara bagian di negara kita.

Saya melihat bahwa sesunguhnya jauh lebih penting mengajarakan anak kita Nilai Kejujuran dari pada Nilai matematika, Fisika dan sejinisnya, yang pada umumnya telah membuat anak kita stress dan mulai membeci sekolahnya. Sungguh jauh lebih penting mengajarkan pada mereka tentang kerjasama dan saling tolong menolong ketimbang persaingan merebut posisi juara di kelas. Sekolah kita hanya mampu membuat 3 anak sebagai juara ketimbang membuat mereka semua menjadi juara. Sekolah kita memang tanpa sadar telah dirancang untuk mencetak anak yang gagal jauh lebih banyak dari yang berhasil.  Sekolah kita juga telah dirancang untuk lebih banyak memberi lebel anak yang bermasalah ketimbang memberi lebel anak yang berpotensi unggul di bidangnya.

Lihatlah fakta di lapangan, betapa banyaknya anak-anak yang dinyatakan oleh sekolah sebagai anak lambat belajar, tidak bisa berkonsentrasi, Diseleksia, Hiperaktif dsb.  Hingga ada seorang pengamat pendidikan yang pernah menyindir "sesungguhnya anaknya yang hiperaktif atau sekolahnya yang "Hiper Pasif".  Bayangkan anak-anak kita telah di paksa untuk duduk di kursi yang keras selama berjam-jam dari pagi hingga petang, tanpa adanya pergerakan sedikitpun.  Yang sesungguhnya tidak hanya membahayakan mental mereka bahkan juga fisik mereka.  Berapa banyak anak-anak kita yang katanya termasuk golongan anak-anak pandai harus menderita "bungkuk" di usia mereka yang masih relatif muda karena proses belajar yang hiper pasif ini.

Saya pikir sudah saatnya kita sadar akan hal ini semua. Saudara-saudaraku tercinta, sungguh berdasarkan penelitian yang saya lakukan telah menunjukkan bahwa jauh lebih penting mengajari anak kita tentang moral, attitude, dan Character Building dari pada hanya mementingkan nilai-nilai yang tinggi. Karena kehidupan lebih mengharapkan orang-orang yang bermoral dan berkarakter untuk membangun tatanan kehidupan yang jauh lebih baik. Orang-orang yang mencintai sesama, menolong sesama dan menjaga kelestarian lingkungan tempat mereka hidup.

Berdasarkan penelitian saya terhadap sejarah bangsa-bangsa yang mengalami kemunduran atau kehancuran, saya telah menemukan ciri-ciri yang sangat jelas untuk bisa kita jadi kan Indikator dan petunjuk bagi kita apakah negara kita juga sedang menuju ke titik kemajuan atau justru ke hancuran.

Paling tidak saya telah menemukan ada 10 tanda-tanda dari suatu bangsa yang akan mengalami kemunduran dan bahkan kehancuran; dan jika ternyata ke sepuluh tanda ini muncul di negara kita maka sudah saatnyalah kita untuk melakukan perubahan besar-besaran terhadap sistem pendidikan bagi anak-anak kita.

Mari kita teliti bersama kesepuluh tanda-tanda tersebut, apakah telah muncul dinegara kita;

1. Peningkatnya prilaku kekerasan dan merusak dikalangan remaja, Pelajar
2. Penggunaan kata atau bahasa yang cenderung memburuk (seperti ejekan, Makian, celaan, bhs slank dll)
3. Pengaruh Teman Jauh lebih kuat dari pada orang tua dan guru.
4. Meningkatnya prilaku penyalahgunaan sex, merokok dan obat-obat telarang dikalangan pelajar dan remaja.
5. Merosotnya prilaku moral dan meningkatnya egoisme pribadi/mementingkan dirisendiri.
6. Menurunya rasa bangga, cinta bangsa dan tanah air (Patriotisme).
7. Rendahnya rasa hormat pada orang lain, orang tua dan guru.
8. Meningkatnya prilaku merusah kepentingan Publik.
9. Ketidak Jujuran terjadi dimana-mana
10. Berkembangnya rasa saling curiga, membenci dan memusuhi diantara sesama warga negara (kekerasan SARA)

Bagaimana kesimpulan kita....? Apakah kita melihat ke 10 tanda tersebut telah muncul di negeri tercinta kita ini...? atau mungkin malah sudah muncul pada anak-anak kita tercinta dirumah...?

Saudaraku...., dengan melihat fakta dan kenyataan yang ada, wahai para pendidik dan pengambil kebijakan di bidang pendidikan serta segenap kita semua; Apakah kita masih akan mementingkankan angka-angka sebagai Indikator kesuksesan Pendidikan di sekolah-sekolah..? 

Semoga logika dan nurani kita masih mampu bicara untuk mendobrak sistem pendidikan yang selama ini terbukti telah menghasilkan lebih banyak kegagalan bagi anak-anak tercinta.

Saudara-saudaraku sebangsa dan setanah air...., Jika kita tidak juga mau bertindak...., maka saya tidak tahu berapa banyak lagi penjara-penjara yang harus kita bangun bagi anak-anak kita tercinta, yang semestinya ini semua bisa kita cegah dari sekarang..!

Thomas Lickona.

Saudara-saudaraku sebangsa-dan setanah air di Indonesia....., Mari kita renungkan cerita ini.

Lebih dari18 Tahun yang lalu mereka sudah menyadari kesalahan besar yang terjadi pada sistem pendidikan di negaranya, lalu bagaimana dengan sistem pendidikan kita di Indonesia....?

Kejadian kekerasan Genk pelajar putri di Salatiga dan Kalimantan mestinya menjadi cambuk keras buat kita para pendidik dan penentu kebijakan pendidikan di Tanah Air, untuk berani mengambil langkah besar dalam mengevaluasi dan membenahi kembali Sistem Pendidikan yang telah mendidik mereka.

Akankah peristiwa tragis yang terjadi di Amerika akan kita biarkan untuk terjadi lagi pada anak-anak kita di Indonesia..?

BERSAMA-SAMA.., MARI KITA BANGUN INDONESIA YANG KUAT MELALUI ANAK-ANAK KITA TERCINTA !

ayah edy
Pendiri Gerakan Indonesian Strong from Home 
Guru Parenting Indonesia
Pendiri dan Pengelola Komunitas Parenting terbesar di Indonesia. 

Sunday, March 18, 2018

JANGAN BILANG JANGAN PADA ANAK

MENGAPA KATA "JANGAN" SEBAIKNYA DIHINDARI DALAM PARENTING DAN MENDIDIK ANAK ?

(Sebaiknya baca sampai selesai dan saksikan videonya sebelum berkomentar)

Salah satu alasan utama adalah apa bila kata jangan tidak di ikuti dengan alasan yang jelas dan masuk akal maka justru membuat orang penasaran dan ingin mencobanya.

Berikut sebuah video yang mengujicoba efek kata jangan pada "rasa penasaran" orang  silahkan Copy Paste link ini : https://www.youtube.com/watch?v=YSBAnb1Fanc

Sisi lain adalah, apa bila kata jangan di gunakan dalam keadaan darurat maka otak kita hampir tidak bisa meresponsnya.

Jika tidak percaya, cobalah ikuti perintah saya ini:

"Jangan bayangkan ibu anda !!"

Coba rasakan apa yang sedang anda bayangkan setelah membaca perintah itu ?

"Mari kita coba sekali lagi "Jangan bayangkan Jeruk Lemon yang asam dan kecut"

Apa yang anda rasakan ?

Apakah anjuran untuk menghindari kata jangan itu bertentangan dengan ajaran agama ?  Ada sebagian orang yang bilang begitu, tapi apakah benar demikian.



Nah ini menarik sekali untuk di ketahui...

Berikut salah satu ulasan lengkapnya mengenai hal tersebut.

http://ayahkita.blogspot.com/2014/09/benarkah-parenting-bertentangan-dengan.html


SALAH PILIH PROFESI


(THE RIGHT MAN IN THE WRONG PLACE)
SALAH PILIH PROFESI..?

APAKAH ANDA SALAH SATUNYA...?

 apa kabar.... ayah bunda tercinta,

Pernahkah anda merasa bosan di tempat kerja, atau mungkin merasa bahwa pikiran anda makin hari kok makin buntu dan sebagainya.... berikut ini mari kita dengarkan cuplikan pembicaraan dari dua orang karyawan yang berhasil kami  rekam.....

A:  Hei..! kamu kenapa.. kok dari tadi aku lihat mukanya ditekuk gitu..?

B:   Iya nich, aku lagi gak mood aja...,  dah bosen kerja disini, begini-begini aja gak ada kemajuan.!

A:  Emangnya kamu mau kemana..?  dah punya rencana..?

B:  Enggak juga sich.. gak tau aku juga bingung,  padahal aku juga dah pindah-pindah kerja melulu tapi gak pernah nemuin tempat yang cocok.  Pindah-pindah terus juga gak enak, capek...!

A:  Ya udah kalo gitu ya dinikmatin aja,  apa lagi sekarang lagi jaman susah gini; mau apa lagi....

B:  Gak tau ah... aku jadi serba salah...

Ayah bunda yang baik....
Ketidakpuasan ditempat kerja adalah hal yang sangat fenomenal dalam kehidupan para pekerja dan eksekutif.   Memang benar banyak faktor yang menyulut munculnya rasa tidak puas ditempat kerja;  seperti,  gaji yang kecil, bos yang otoriter, suasana saling sikut dan lain sebagainya. 

Akan tetapi terkadang meskipun segalanya sudah kita dapatkan, masih banyak juga para pekerja atau eksekutif yang  belum merasa puas dan bahagia ditempat kerjanya.  Mengapa hal ini bisa terjadi...?  Tentu saja tidak hanya anda yang bingung, orang lainpun sering kali dibuat bingung oleh fenomena semacam ini.

Yang menyedihkan sering kali rasa tidak puas ini menular dari tempat kerja dan menjalar sampai kerumah. Tidak jarang hal ini menjadi pemicu rusaknya hubungan keluarga yang sebenarnya tidak perlu terjadi dan bisa diatasi.

Apa sebenarnya akar permasalahannya..?

Seorang ahli Pendidikan sering menyebut fenomena ini sebagai penyimpangan Multiple Intelligence.  Apa maksudnya...?

Mulple Intelligence mengajarkan pada anak sejak dini untuk mencari dan menggali keunggulan spesifik dari dirinya.  Keunggulan ini biasanya ditandai dengan beberapa hal pokok;

1. Rasa ketertarikan yang tinggi dan terus-menerus terhadap satu bidang tertentu.

2. Rasa bahagia yang amat sangat untuk mengerjakannya, meskipun harus dilakukan berulang-ulang dan dalam waktu yang cukup lama.

3. Kemampuan belajar yang cepat dan penguasaan yang tinggi dalam bidang tersebut.

4. Totalitas dalam melakukannya.

Ayah bunda yang baik....
Cobalah kita perhatikan dan perhatikan lagi lebih teliti  anak-anak kita; mereka pasti punya ketertarikan yang kuat pada satu bidang terntu, dan ketertarikan itu biasanya berlainan antara satu anak dengan anak lainnya. 

Ayah bunda yang baik....
Coba ingat-ingat lagi apakah anak anda juga cepat sekali menguasai bidang yang menjadi ketertarikannya tadi.....?  Dan perhatikan apa bila dia sudah asik dengan kegiatannya, dia bisa tahan berjam-jam melakukannya.  Inilah yang oleh ahli Multiple Intelligence disebut sebagai tanda-tanda awal Potensi Dasar Anak.  Apa bila kita sudah dapat melihat tanda-tanda ini maka mestinya kita terus berusaha menggali dan mendukungnya.

Sementara sistem pendidikan yang ada di negeri kita hingga saat ini belum beberbasiskan pada penggalian potensi diri untuk mencari dan mengembangkan keunggulan spesifik anak.

Sehingga setiap anak mulai sejak awal pendidikan sampai menentukan profesinya tidak didasarkan pada potensi yang unggul dari dirinya melainkan ditentukan oleh faktor-faktor lain.  Apa saja faktor-faktor tersebut pada umumnya....
1. Keinginan orang tuanya
2. Pengaruh teman-teman dan lingkungan
3. Bidang kerja/Profesi yang dinilai baik secara financial
4. atau malah “apa sajalah yang penting bekerja.”

Ya....... inilah yang terburuk jika kita sudah berpikiran “yang penting bisa bekerja”.   Maka jangan kaget atau kecewa jika pada akhirnya anda tidak puas ditempat kerja.

Karena anda memang belum berada ditempat yang tepat, tempat anda saat ini bukanlah tempat yang seharusnya anda berada.

Jadi apa yang sesungguhnya terjadi pada anda adalah The Right Person in the wrong place !  ya...Anda adalah orang hebat, hanya anda berada ditempat yang tidak tepat !



Ayah bunda yang baik....
Anda harus segera menjadi The Right Person in The Right Place !

Maka segeralah mencari kembali siapa diri anda, apa keunggulan anda, apa sesungguhnya yang membuat anda bahagia, temukanlah itu semua dan mulailah kembali dengan sebuat totalitas, meskipun anda harus memulainya dari nol besar,  jadilah yang terbaik, sesungguhnya uang, karir, dan ketenaran hanyalah efek positif dari “menjadi yang terbaik”

Lihatlah tokoh-tokoh kelas dunia sebut saja, Maradona sang pemain bola legendaris dari Argentina, Rudi Hartono sang juara bertahan 8 kali All England,  The Beatles sang Band Legendaris dari Liverpool, Leonardo Da Vinci sang Jenius legendaris dari Italia.

Perhatikanlah dengan seksama;  betapa meraka begitu bahagia melakukan profesinya; betapa mereka memiliki kemampuan yang sangat tinggi dibidangnya, betapa mereka memiliki totalitas yang luar biasa, dan betapa mereka memiliki ketenaran yang tak habis oleh zaman. Tanpa perlu mereka minta, tentu saja kesuksesan financial akan juga mengikuti dengan setia.

Ayah bunda yang baik.....
Ayo temukanlah kembali siapa diri anda, mulailah hidup baru anda dengan melakukannya secara benar.  Hidup ini adalah pilihan dan pilihan itu sepenuhnya ditangan anda.

Saya sudah melakukannya... bagamana dengan anda..?

ayah edy guru parenting Indonesia
www.ayahkita.blogspot.com

BERDEBAT VS BERDISKUSI

ORANG YANG TIDAK MAMPU MENGAMBIL HIKMAH DARI MASALAH, MAKA HIDUPNYA AKAN TERUS DIRUNDUNG MASALAH.
Dan sebaliknya......

Teruslah membaca....

"BELAJAR MENGAMBIL HIKMAH DARI SETIAP KEJADIAN"

Seorang guru bijak pernah memberi pesan, bahwa sesungguhnya kehidupan ini hanyalah berisikan pelajaran yang harus di cerna oleh pikirin sehat kita dan bukan dengan ego dan kepentingan kita.

Barang siapa yang tak mampu mengambil pelajaran dari kehidupan ini maka hidupnya akan selalu dipenuhi persoalan dan dirundung masalah.

Dan mengingat pesan bijak dari beliau, saya jadi sering merenungkan setiap kejadian dan mengambil hikmah pelajarannya. Agar bisa hidup lebih baik dan tidak selalu dirundung masalah.

Seperti misalnya, akhir-akhir ini di media sering kali kita semua melihat perdebatan demi perdebatan, lalu sy merenung dan dari renungan apa pelajaran dari orang-orang yang gemar berdebat ini?

Dan akhirnya saya bisa mengambil sebuah pelajaran berharga dari sebuah perdebatan.

Orang yang sedang berdebat sering kali mengaku dirinya sedang berdiskusi, padahal jelas sekali perbedaan dari keduanya, diskusi adalah untuk mencari sebuah solusi yang lebih baik dan membangun win-win solution, sementara berdebat adalah untuk tujuan saling menjatuhkan.

Dan Diskusi itu lebih mirip seperti orang yang sedang Belajar sementara berdebat itu lebih dekat pada BERTENGKAR.

Hikmah lain yang juga saya dapat adalah:

Orang yang sedang berdebat itu sesungguhnya bukan sedang memperjuangkan KEBENARAN, melainkan sedang memperjuangkan Ego dan kepentingan pribadinya. dengan berbagai argumen PEMBENARAN yang seolah-olah jika tidak dicerna oleh akal sehat mirip sebuah KEBENARAN.

Salah dan benar yang mereka perdebatkan sesungguhnya sangat tergantung dari kepentingan pribadi mereka masing-masing, mirip seperti Penjual Es Buah dan Penjual Payung yang memperdebatkan soal HUJAN.

Jika kita ingin mendapatkan kebenaran bagaimana caranya?

Sesungguhnya kebenaran itu baru datang pada saat kita yang berdebat berhenti berdebat dan ganti untuk MERENUNG dan berani melepaskan semua kepentingan ego dan pribadinya, mirip seperti Tukang Es yang akhirnya tersadarkan, "Ah dari pada ia terus berdebat dengan Penjual Payung lebih baik ia ganti berjualan Payung di musim hujan dan sebaliknya juga dengan Tukang payung yang ganti menjual Es dimusim panas." Dan akhirnya mereka telepas dari masalah mereka masing-masing dan mendapatkan hasil yang lebih menguntungkan.

Masihkah kita ingin berdebat atau segera merenungkan setiap masalah utuk mendapatkan hikmah positifnya.

Suit memang untuk melakukannya, karena memang sejak kecil kita tidak pernah dilatih untuk merenung dan lebih banyak melihat orang tua kita saling berdebat setiap harinya.

Tapi saya yakin jika kita mau pasti bisa !

www.ayahedy.tk
www.ayahkita.com

GURU KEHIDUPAN

PARA GURU KEHIDUPAN DI SEKITAR KITA, 
YANG TIDAK KITA SADARI.....?

Sahabatku,

Bayangkanlah jika semua orang yang ada di bumi ini "ternyata" adalah GURU yang dikirim Tuhan pada kita dan kita adalah satu-satunya murid yang harus belajar dari mereka, maka akan damailah hidup kita. Dan terbebaslah kita dari rasa marah dan sakit hati.

Orang yang suka memarahi dan menghina kita adalah Guru yang sedang di Tugasi Tuhan untuk melatih kesabaran kita agar kita menjadi rendah hati serendah-rendahnya hingga tidak ada lagi orang yang bisa merendahkan kita.

Orang yang sulit sekali meminjami kita uang sebagai guru yang dikirim Tuhan untuk melatih kita agar menjadi lebih kreatif dan mandiri untuk berusaha lebih keras mendapatkan income.

Orang yang kikirnya minta ampun adalah guru yang sedang dikirim Tuhan untuk melatih kita agar kita bisa bermurah hati pada orang lain yang membutuhkannya.

Orang yang entah kenapa benci sekali dengan kita adalah guru yang sedang dikirim Tuhan untuk mengajari kita agar kita bisa memberikan cinta pada orang lain.

Orang yang mengomel dan ngoceh terus di samping kita adalah guru yang sedang dikirim Tuhan untuk mengajari kita agar menjadi orang yang lebih mau mendengarkan dan tidak banyak bicara.

Orang yang pinjam uang dan membawa lari uang kita adalah guru yang dikirim Tuhan untuk mengajari kita tentang arti Ikhlas yang sesungguhnya dan sekaligus mengajari kita untuk selalu berhati-hati dengan orang yang baru kita kenal.

Maling yang masuk kerumah kita adalah guru yang sedang dikirim Tuhan untuk menyadarkan kita agar kita berbenah diri sebagai orang tua dalam mendidik anak-anak kita agar kelak anak kita tidak menjadi maling seperti dia.

Silahkan di lanjutkan.... dan silahkan temukan dan tulis di kolom komentar Siapakah guru-guru kita yang lainya yang berada di sekitar kehidupan kita saat ini yang mungkin belum sempat kita sadari bahwa sesungguhnya Dia adalah guru yang di kirim Tuhan untuk melatih kita agar bisa bertumbuh dan menjadi lebih baik dari waktu ke waktu.

Nah... mari coba kita bangun kebiasaan berpikir seperti ini...., agar apapun yang terjadi pada kita akan menjadi sebuah pelajaran berharga dan siapapun yang melakukan pada kita adalah PARA GURU yang dikirim Tuhan bagi kita untuk melatih kita agar selalu bertumbuh menjadi orang yang lebih baik dan bijaksana.


Semoga Tuhan Alam Semesta selalu menuntun dan membimbing setiap langkah kita dalam menyelesaikan misi hidup kita di bumi ini dengan sebaik-baiknya.

Selamat berakhir pekan bersama keluarga tercinta

Salam syukur,
-ayah edy-
www.ayahkita.com

Silahkan Share ke sebanyak-banyaknya orang yang kita cintai jika artikel ini berguna dan bermanfaat bagi kita semua.

SALAH MEMILIH JURUSAN KULIAH


ANAK YANG MERASA SALAH MEMILIH JURUSAN KULIAHNYA..?

Ayah bunda, tulisan saya ini memang agak panjang, dan hanya diperuntukkan bagi para orang tua yang tidak ingin anaknya tersesat mengambil jurusan sekolah, sebagaimana yang ditulis dalam kisah nyata ini.
Jadi jika ingin dapat manfaatnya silahkan baca perlahan-lahan sampai akhir...

Selamat membaca,

Beberapa waktu lalu, sepasang suami-istri datang menemui saya. Begitu kami duduk berhadap-hadapan, saya bisa melihat kegundahan yang terbayang jelas di wajah mereka.

“Kami bingung, Ayah Edy,” kata sang istri.

Nah, kalimat itu lagi. Selama delapan tahun ini, menghadapi orangtua-orangtua yang bingung memang menjadi makanan saya sehari-hari. Ada yang bingung karena anaknya dianggap bermasalah di sekolah, ada yang bingung karena anaknya mogok belajar, ada yang bingung karena anaknya susah diatur.

Benak saya mulai mereka-reka, kebingungan yang mana yang sedang dialami pasangan suami-istri ini.

“Anak kami (sebut saja bernama Intan) saat ini sudah kuliah tingkat akhir di Fakultas Hukum. Seharusnya ini semester terakhirnya.

Seharusnya dia sedang dalam proses menyelesaikan skripsi. Tapi boro-boro menyelesaikan skripsi, anak kami malah tidak mau meneruskan kuliahnya.

Dia tidak mau bekerja di bidang hukum. Padahal, kampusnya sudah memberi ultimatum, kalau semester ini skripsinya tidak selesai juga, dia harus drop out,” sang istri bercerita agak tersendat, menahan emosi.

Ah, rupanya kebingungan jenis ini yang sedang mereka alami. Kebingungan yang dirasakan oleh anak-anak—dan orangtua—yang ‘tersesat’.

Suaminya melanjutkan. “Kami sudah coba membujuknya dengan segala cara, Ayah. Kami sudah katakan, tanggung kalau dia berhenti sekarang. Toh tinggal sedikit lagi, dia bisa mendapat gelar Sarjana Hukum.

Dia cuma perlu bertahan sebentar lagi saja. Kalau dia keluar sekarang, berarti waktu bertahun-tahun yang dia habiskan di Fakultas Hukum, ya, sia-sia. Percuma saja. Belum lagi biaya yang kami keluarkan. Sia-sia semua.”

Saya mengangguk-angguk. Masih belum berkata sepatah pun. Biar mereka mengeluarkan seluruh unek-unek yang mengganjal selama ini.“Tapi anak kami itu susah dibujuk.

Katanya, dia tidak cocok di Fakultas Hukum. Kalau pun dia bisa lulus, dia tidak akan mau bekerja di bidang itu. Dia tidak suka. Itu bukan bidangnya,” tutur sang suami, menambahkan. Wajahnya terlihat semakin gundah.

Istrinya kembali angkat bicara. “Kalau dia tidak cocok kuliah di sana, kenapa baru sekarang sih, dia memberitahu kami? Kenapa tidak dari dulu? Kalau sudah begini, kan serba salah. Serba nanggung. Kalau pun dia keluar, terus dia mau sekolah di mana? Nanti kalau sudah kuliah di tempat lain, lalu dia merasa tidak cocok lagi, apa mau mogok lagi? Drop out lagi? Berarti kami harus keluar biaya lagi. Dia harus membuang waktu lagi. Lah kapan kerjanya?”

Ibu ini sudah tak bisa menyembunyikan emosinya lagi.
***

Ayah-Bunda tercinta ....

Bila saya diibaratkan seorang dokter, kasus yang saya hadapi ini mungkin sudah stadium lanjut.

Bayangkan, si anak sudah menghabiskan bertahun-tahun waktu hidupnya untuk mempelajari bidang yang tak ia sukai. Ia sudah tersiksa selama ratusan, bahkan ribuan jam dalam kelas-kelas yang tidak diminatinya. Ia belajar tanpa tahu akan jadi apa ia kelak.

Dan di ujung masa kuliahnya, ketika ia seharusnya tinggal selangkah lagi menyambut gerbang kelulusan, kesadaran mengentaknya. Ia tak suka, tak mau, dan tak cocok belajar dan bekerja dalam bidang itu.

Atau jangan-jangan, ia sudah lama memendam rasa tidak suka itu. Mungkin ia sudah lama menyadari kalau bidang itu memang bukan untuknya. Namun bisa jadi, ia sungkan memberitahu orangtuanya.

Takut melihat reaksi mereka. Atau mungkin ia tak tahu, bidang apa sebenarnya yang ia minati. Ia tak tahu apa sebenarnya cita-citanya.

Izinkan saya bertanya, akrabkah Anda dengan kisah nyata ini?



Saya tak heran bila Anda menjawab ‘ya’. Kasus semacam ini memang bukan hanya satu atau dua.

Kasus ini sangat banyak terjadi di antara kita. Ini mungkin terjadi pada anak Anda, keponakan, anak kawan, anak tetangga, atau ... jangan-jangan pada diri Anda sendiri?

Saya yakin kita sering melihat seorang anak yang didorong untuk belajar, belajar, belajar terus. Sejak SD sampai SMA, ia dituntut memperoleh nilai baik dalam semua ulangan dan mata pelajaran.

Karena, walaupun nilai bahasa Indonesianya delapan, jika matematikanya lima, ia bisa terancam tidak naik kelas. Ia akan dianggap lemah dalam bidang itu. Dan karena nilai matematikanya belum memenuhi standar, ia akan digempur oleh les tambahan untuk mendongkrak nilainya.

Menjelang kelulusan SMA, ketika semua anak harus menentukan universitas dan jurusan apa yang akan mereka pilih, ia kebingungan. Ia tak tahu apa cita-citanya. Ia juga tak tahu bidang apa sebenarnya yang ia minati.

Ketika ia bertanya kepada orangtuanya, jawaban mereka hanya, “Pilih dong, Nak, jurusan-jurusan favorit. Pilih fakultas yang begitu lulus, kamu bisa gampang mencari kerja, punya gaji tinggi. Jadi kamu bisa hidup senang.” Lalu orangtuanya menyebutkan beberapa jurusan.

Bukannya tertarik, si anak malah semakin bingung karena tak satu pun jurusan tadi yang benar-benar memikatnya.

Si anak lalu bertanya kepada teman-temannya. Ternyata banyak teman ‘segengnya’ yang memilih Jurusan X. “Kamu pilih Jurusan X juga, dong. Supaya kita bisa terus bareng-bareng pas kuliah nanti.”

Akhirnya, si anak memilih mengikuti teman-temannya. Atau, ia mungkin mengikuti saran orangtuanya. Namun, apa pun yang dipilih, ia tak memilih sesuai kata hatinya. Ia tak memilih bidang yang paling sesuai dengan potensi terunggulnya—yang hingga saat itu masih terpendam.

Di tengah-tengah masa kuliah, si anak semakin menyadari bahwa ini bukan jalannya, tetapi nasi sudah jadi bubur. Apa yang bisa ia lakukan?

Sebagian anak—seperti contoh kasus tadi—akhirnya mungkin tak tahan dan berterus terang kepada orangtuanya. Ia mogok melanjutkan kuliahnya.

Namun sebagian lagi mungkin memilih untuk melanjutkan kuliahnya walaupun tak meminati bidangnya. Bisa jadi, ia tak mau merepotkan orangtuanya yang telah mengeluarkan banyak biaya untuk studinya. Atau kemungkinan lain, kalaupun ia mundur dari kuliahnya saat ini, ia tak tahu bidang apa yang cocok baginya.
***

INGATLAH SELALU bahwa Perilaku anak sehari-hari adalah petunjuk tentang potensinya.

Tanpa Pemetaan, Sekolah adalah Expenses

Ayah dan Bunda terkasih, mengapa kerumitan ini bisa terjadi?
Jawaban satu-satunya adalah karena kita luput atau abai mengenali potensi terunggul anak-anak kita. Perilaku anak sehari-hari adalah petunjuk tentang potensinya. Tapi orangtua terkadang lebih sibuk mengkursuskan anak ini-itu atau bertanya, “Ada PR atau enggak?”, “Ujian sudah siap atau belum?”

(seorang anak kecil lelaki yang manjat pohon. Ibunya cemas di bawah pohon dan bilang ke suaminya,”Owala, anak kita tiap hari manjat pohon jadi apa gedenya nanti, Pak? Masa jadi spiderman?”)

Padahal setiap anak terlahir sesuai fitrahnya. Masing-masing anak menyimpan potensi unggul yang bila dikembangkan akan menjadi penghidupan sekaligus kehidupan yang ia jalani kelak.

Berapa banyak anak-anak yang hanya sibuk sekolah dan mengejar nilai, tanpa tahu apa minat dan cita-citanya, serta tak tahu harus kuliah di bidang apa? Lalu ketika ia bingung, orangtua hanya menasihati agar ia mengambil bidang favorit sehingga kelak mudah mencari pekerjaan bergaji tinggi?

Akhirnya, tanpa mengetahui sedikit pun tentang potensi terunggul anak, kita cemplungkan anak ke dalam bidang, entah apa yang kita pikir terbaik baginya. Syukur-syukur kalau si anak ternyata memang cocok dengan bidang itu. Bagaimana bila tidak? Yang terjadi adalah kasus di atas.

Lalu, bagaimana sebaiknya?
Bagaimana seharusnya Ayah dan Bunda meminimalisir kesalahan macam itu?

Mudah saja. Seharusnya, proses ini dibalik. Kita cari tahu dulu minat si anak, apa potensi terunggulnya, dan cita-citanya yang paling spesifik. Setelah itu, barulah bisa ditentukan sekolah atau jurusan apa yang paling tepat sesuai potensi dan cita-citanya itu.

Pertanyaannya sekarang, bagaimana kita mengetahui potensi terunggul anak? Mungkin selama di sekolah, hampir semua nilai anak kita tinggi. Bahasa Inggris bagus, matematika bagus, IPA bagus, IPS bagus. Jadi, yang mana potensi unggulnya? Atau sebaliknya, mungkin selama ini ia hanya anak ‘rata-rata’. Anak yang setiap tahun selalu naik kelas, nilai-nilainya tak pernah merah, tetapi juga tak ada yang benar-benar menonjol.

Bingung?

Tenang saja. Ada cara yang terbukti efektif untuk mengetahui potensi buah hati kita, yaitu dengan “Pemetaan Potensi Unggul Anak”.

Tanpa pemetaan potensi, sedikitnya ada tiga akibat yang bisa terjadi. Antara lain, seperti digambarkan oleh kasus tadi: Sekolah menjadi expenses alias biaya. Biaya yang dimaksud salah satunya tentu bisa berarti uang.

Bayangkan berapa puluh juta—atau bahkan ratusan juta—yang telah keluar untuk menyekolahkan seorang anak bertahun-tahun, mengkursuskan ini itu, belum lagi ongkos transportasi sehari-hari.

Lalu bagaimana kalau kasus Intan terjadi pada anak Anda? Umumnya, orangtua hanya punya satu anggaran pendidikan untuk satu anak. Ketika terjadi hal di luar dugaan seperti ini, sanggupkah Anda menganggarkan biaya pendidikan lagi untuk anak?

Syukur-syukur kalau Anda menjawab ‘sanggup’. Syukur-syukur kalau anak Anda cuma satu, sehingga Anda tak perlu memikirkan biaya pendidikan adik-adiknya.

Bila seseorang bersekolah sesuai potensi, biaya yang dikeluarkan akan menjadi INVESTASI, tetapi bila tidak, akan menjadi EXPENSES.

Namun bagaimana kalau Anda tak sanggup?Apakah itu berarti Anda akan memaksa anak untuk menyelesaikan kuliahnya—walaupun itu berarti menyiksanya lebih lama lagi?

Lalu setelah kelulusan yang ‘dipaksakan’, anak Anda akan kebingungan mencari pekerjaan (karena ia tak menyukai bidang studinya), lalu akhirnya terdampar dalam jenis pekerjaan lain yang jauh berbeda dari bidangnya selama ini?

Berapa banyak lulusan Teknik Arsitektur yang bekerja di media?
Berapa banyak lulusan Biologi yang bekerja di bank?

Berapa banyak lulusan Pertanian yang bekerja sebagai Public Relation? Atau bisa jadi, ia memilih pekerjaan sesuai bidang studinya.

Tentu mungkin saja. Namun bagaimana pun, bila bidang itu bukanlah potensi unggulnya dan ia tak menyukainya, ia hanya akan menjadi pekerja yang pas-pasan.

Intinya, bila seseorang bersekolah atau mengambil kursus sesuai potensi, biaya yang dikeluarkan akan menjadi INVESTASI, tetapi bila tidak, akan menjadi EXPENSES.

Selain materi, expenses juga berarti waktu. Bila ditimbang-timbang, kerugian karena hilangnya waktu bertahun-tahun mungkin bahkan lebih berat daripada kehilangan uang.

Ada ungkapan, ‘It’s never too late to follow your passion’. Tak pernah terlambat untuk mengikuti passion Anda. Kita selalu bisa memulai di usia berapa pun.

Namun bayangkan apa jadinya bila potensi terunggul dipupuk sejak kecil?

Baca lanjutannya di buku Rahasia Ayah Edy Memetakan Potensi Unggul Anak Sejak Dini.

Bisa di baca2 dulu saat kita mampir ke Gramedia atau toko buku lainnya.



Atau kita bisa menolong anak kita dengan ikut Program Pemetaan Potensi Anak di Bali info lengkap lihat kolom komentar

by ayah edy
web resmi: www.ayahkita.blogspot.com

HOAX DI SOSIAL MEDIA


Dulu saya pikir setiap berita yang dibuat di media dan di share di sosmed itu benar,  oleh karena itu dulu saya sering menshare berita tanpa mencari dulu kebenarannya.

Lalu dari komen-komen yang masuk ternyata banyak sekali berita yang dibuatu itu tidak benar, bohong bahkan fitnah.

Perlahan saya belajar bahwa ketika kita teliti sebuah berita atau gambar yang dishare, ternyata lebih banyak yang bohong dan fitnah ketimbang yang benar.

Dasar pembuatan berita bohong itu motifnya bermacam-macam mulai dari kebencian hingga profesi yang di bayar (ternyata)

Bahkan setelah saya banyak browsing, ternyata model berita bohong, fitnah atau Hoax (dalam istilah sosmed) tidak hanya terjadi di Indonesia bahkan terjadi di hampir seluruh dunia.

Bahkan ini sudah menjadi Industri yang memberi penghasilan yang konon katanya sangat besar sekali.

Dan tidak hanya berkembang sebagai Industri, bahkan sebagian sudah di jadikan alat pengganti peralatan PERANG untuk menghancurkan negara lain.

Lalu siapakah yang menyuburkan Industri mereka ini...?

Yang paling utama adalah kita yang telah ikut-ikutan menyebarkannya tanpa sadar atau melakukan cek and re cek kebenaran berita tersebut.

Ketika kita menyebarkan berita bohong, fitnah atau Hoax yang disengaja maka sesungguhnya kita sudah menjadi bagian Marketing atau sales bagi mereka.

Mereka sangat senang sekali dengan orang-orang yang seperti ini.  Mereka dibayar mahal, sementara kita menjadi marketing dan sales gratis bagi mereka. Belum lagi dosa yang kita tanggung akibat menebarkan kebohongan dan fitnah.

Penyebab utama dari berkembangnya Industri ini adalah disebabkan karena banyaknya orang yang malas membaca dan orang yang memiliki cara berpkir yang sempat hingga gampang sekali diajak untuk melakukan kebencian.



Karena kurangnya minat baca dan wawasan yang sempit mereka berpikir bahwa dengan membantu menyebarkan kebohongan dan fitnah itu akan membantu, padahal justru akan mengadu-domba anak bangsa yang pada akhirnya akan menghancurkan negeri kita sendiri.

Sudah banyak contoh negara yang hancur karena masyarakatnya tanpa sadar menyuburkan industri Hoax ini. Apakah negeri kita mau hancur seperti negeri-negeri yang hancur tersebut.

Renungkanlah dengan hati yang jernih agar tidak gampang emosi....

Ingat kita adalah orang tua yang dicontoh oleh anak kita, teladan bagi anak kita, apa jadinya jika orang tuanya saja gemar menyebar berita bohong, fitnah dan kebencian.

Silahkan pilih mau terus menjadi marketing Industri kebohongan dan fitnah atau berhenti sekarang juga.

Perhatikan gambar Mie dibawah ini, begitu halusnya kebohongan itu bisa di buat...

KAK DILAH MENEMBUS UNIVERSITAS TERBAIK DI PERANCIS


Sahabat ayah bunda yang dimuliakan Tuhan.

Alhamdullilah, hari ini saya dapat kabar dari salah satu orang tua yang pernah mengikuti bimbingan Pemetaan Potensi Emas Anak, yang bertemu saya karena tidak suka sekolah.

Hari ini anaknya diterima disalah satu universitas terbaik di Eropa.

Bahagia rasanya hati saya, semoga kelak akan ada lebih banyak anak-anak Indonesia yang bisa mewujudkan mimpi terbesarnya melalui pendidikan terbaik yang bisa diraihnya.

Dilla telah 3 kali bertemu mengikuti bimbingan sejak SMP kelas 3, dan terakhir bertemu kira-kira 3 bulan yang lalu.

Berikut SMS yang dikirim oleh Bunda Lala pada kami.

اَلسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللّهِ وَبَرَكَاتُهُ

Ayah edi saya ibu lala, orang tua dari fadillah putri ( dilla) , mau memberi kabar kalau dilla anak saya di terima kuliah di université Lyon 2 lumière

Terima kasih advice dan supportnya buat dila khususnya , dan pencerahannya buat kami sbg orang tua .

Semoga ini menjadi yg terbaik buat dilla meraih cita citanya
آمِيْنَ يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ

JANGAN SOMBONG


Jangan merasa Paling Tinggi karena selalu ada yang lebih Tinggi dari kita
-Dweyne Johnson -



Amitabh Bacchan a bollywood actor says “At the peak of my career, I was once travelling by plane. 

The passenger next to me was elderly gentleman dressed in a simple shirt  and pants. He appeared to be middle class, and well educated. 

Other passengers perhaps recognising who I was, but this gentleman appeared to be unconcerned of my presence. He was reading his paper, looking out of the window, and when tea was served, he sipped it quietly. 

Trying to strike a conversation with him I smiled. The man courteously smiled back and said 'Hello'. 

We got talking and I brought up the subject of cinema and movies and asked, 'Do you watch films?' 

The man replied, 'Oh, very few. I did see one many years ago.' 

I mentioned that I worked in the movie industry.

 The man replied.." oh, that’s nice. What do you do?'  

I replied, 'I am an actor ' 

The man nodded, 'Ooh that's wonderful!' And that was it...  

When we landed, I held out my hand and said, " It was good to travel with you. By the way, my name is Amitabh Bacchan !' 

The man shook my hand and smiled, "Thank you... nice to have met you..I am J. R. D. Tata!"

(Mr TATA is a billionaire industrialist that owns TATA Group of Companies).

I learned on that day that no matter how big you think you are, there is always someone bigger than you.

Because In Life There Are Many Situations Where Knowledge Fails, But Behavior Can Handle almost everything.

Show Respect Stay Humble... 🙏

Shared from Mr Radhea

KISAH KAKAK YEFTA


Sahabat ayah bunda yang dimuliakan Tuhan,

Bulan November tahun lalu kami menemani seorang anak yang dulu mogok sekolah (usia kelas 6 SD) ke New Zealand untuk mengunjungi kampus pilihannya Lincoln University salah satu sekolah Khusus Peternakan dan Pertanian terbaik diwilayah selatan New Zealand.



Alasan kenapa orang tuanya dulu (saat kelas 6 SD) membawa untuk bertemu saya adalah karena anak ini mogok sekolah, padahal ia sudah disekolahkan di sekolah terbaik yang ada di Kotanya.

Setelah mengikuti bimbingan Pemetaan Potensi Anak secara intensif sejak SD kelas 6, akhirnya anaknya mau bersekolah kembali setelah mengetahui minat, bakat dan bidang yang dicintainya.



Bulan November 2017 yang lalu kami melakukan survey kunjungan ke beberapa Universitas di New Zealand untuk melihat langsung kampus-kampus dan jurusan yang sesuai dengan si anak.

Tahun ini ia genap berusia 17 tahun, Dan InysaAllah bulan Januari Tahun 2019 mendatang, ia akan berangkat untuk Studi di Lincoln University, bidang studi Peternakan dan Nutrisi.



Wah betapa bahagianya ya....,  anaknya, juga orang tuanya termasuk kakek neneknya.



Semoga kelak ada lebih banyak anak-anak yang "katanya bermasalah" dengan sekolahnya justru memiliki akhir cerita yang membahagiakan seperti ini.

Disney Dreams....

Amin, InsyaAllah.

Ayah Edy
Konselor Pemetaan, Penempatan, Potensi Emas Anak
Passion Talent Mapping & Placement Counselor

ISI FACEBOOKMU CERMIN SIAPA DIRIMU



Saya sering penasaran jika ada orang yang berkomentar negatif terhadap postingan yang positif atau setidaknya netral.

Ternyata sering kali ketika kita lihat isi face booknya, bisa ditebak.... deh.  mayoritas share postingannya isinya hal-hal yang negatif. Kebencian dan hujat menghujat.

Berhati-hatilah dengan pikiran kita, karena pikiran akan menjadi perkataan "komentar" dan perkataan akan menjadi perbuatan, perbuatan akan menarik pengalaman.

Jadi jika kita terbiasa berpikir dan berkomentar negatif, maka hidup kita akan selalu dipenuhi oleh pengalaman-pengalaman yang negatif.

Dan sebaliknya...
Mau pilih yang mana..?

teruslah membaca......



=============================

Berikut adalah contoh kasus nyatanya:

Suatu hari seorang lelaki menemui Buya Hamka...

Kepada beliau, dengan menggebu dia bercerita...

 "Subhanallah Buya", sungguh saya tidak menyangka, ternyata di Makkah itu ada pelacur juga, kok bisa yaa..???"

sahut Buya "ohh yaa, saya baru saja pulang dari Los Angeles dan New York dan masyaa' Allah, ternyata di sana tidak ada pelacur.”

“Ah, mana mungkin Buya!!! di Makkah saja ada kok, apalagi di Amerika pasti jauh lebih banyak lagi”

“Kita memang hanya akan dipertemukan, dengan apa-apa yang kita cari”,  tukas Buya dengan senyum lembutnya...

"Meskipun kita pergi ke Makkah, tapi jika yang diburu oleh kita adalah hal-hal buruk, syaithan dari golongan jin maupun manusia takkan kekurangan cara untuk membantu kita mendapatkannya".

"Dan meski safarnya (perjalanannya) ke Los Angeles dan New York, tapi jika yang dicarinya adalah kebajikan dan kebijakan, maka segala kejelekan tidak akan kita temui dan seolah bersembunyi dari kita."

"Maka mari mulai saat ini kita isi hati kita dengan prasangka baik, harapan baik, keinginan baik, dan tekad untuk menjadi lebih baik."

"Sebab jika hati senantiasa berniat baik, Allah akan pertemukan kita dengan hal yang baik, orang-orang baik, tempat yang baik, atau setidaknya peluang dan kesempatan untuk bisa berbuat baik."

Sahabatku,

Jika kita merasa terinspirasi, bagikanlah pada saiapa saja, barang kali kisah ini juga bisa memberikan inspirasi baginya.

Salam syukur penuh berkah,
ayah edy
guru parenting Indonesia
081218184712

Sumber cerita dari sahabat saya Ayu dari Bali yg kagum setelah membaca penuturan Buya Hamka dan mengirimkan kisah ini pada saya.

MEDIA SOSIAL


JANGAN MUDAH PERCAYA PADA BERITA ATAU STATUS POSTING YANG MEMBUAT KITA MARAH DAN EMOSI

JANGAN MUDAH IKUTAN SHARE STATUS YANG MEMPROVOKASI

KARENA SERING KALI ISINYA HANYA FITNAH UNTUK MEMECAH BELAH PERSATUAN UMAT DAN BANGSA.

JADIKAN MEDIA SOSIAL UNTUK KEBAIKAN, MEMBANGUN PERSAHABATAN DAN PERSAUDARAAN

Menanggapi berbagai kasus saling hujat, saling bully dan kekerasan kata-kata di banyak media sosial dan face book, sy sempat diminta komentarnya oleh wartawan salah satu Media.

Tanya:
Apakah Media Sosial itu lebih banyak manfaatnya atau lebih banyak mudharatnya bagi anda Ayah Edy ?

Jawab: Kalau bagi saya lebih banyak manfaatnya.

Tanya:
Mengapa kok bisa padahal kami lihat begitu banyak mudharatnya ? Media sosial saat ini lebih banyak menjadi ajang saling fitnah, laing kritik, saling hujat dan saling bully ?

Jawab:
Oh iya seumpama MEDIA SOSIAL itu adalah sebuah pisau, pisau itu bisa kita gunakan untuk melakukan kekerasan pada orang lain, tapi juga bisa juga kita gunakan untuk mengupas buah2an yang bermanfaat bagi kesehatan kita dan orang lain.

Jadi tergantung fungsi mana yang kita pilih. Dan itu tergantung dari kebiasaan berpikir kita masing-masing.

Saya pribadi merasa bersyukur, bahwa sejak sy menggunakan fb kira-kira sejak April 2003 sebagai sarana komunikasi jarak jauh, sy menjadi banyak mendapat sahabat, dan "keluarga" baru, sekarang ini sy jadi punya sahabat di hampir setiap kota yang saya kunjungi, bahkan terkadang sahabat baru yang baru saja kita kenal (kopi darat) kebaikannya sudah seperti sahabat yang sudah kenal lama dan bahkan mirip seperti keluarga sendiri.

Jika saya ke Medan, disana pasti ketemu banyak sahabat, ke Pekan Baru, Dumai, Duri, Rumbai, Padang, Palembang, Serang, Bandung, Solo, Semarang, Yogya, Salatiga, Surabaya apa lagi, Malang juga, Balikpapan bukan main, Banjarmasin wah, Palangka, Pontianak, Makasar Luar Biasa ! Bali juga luar biasa, Bahkan sampai ke Malili, Kendari, Manado kami memiliki para sahabat yang seperti keluarga sendiri.

Belum pernah hidup saya terasa seindah ini memiliki sahabat di hampir setiap kota di Indonesia. Dan ini tidak mungkin bisa terjadi tanpa alat yang bernama MEDIA SOSIAL.

Tanya:
Tapi kan banyak media sosial diisi oleh komen2 saling hujat, saling bully ?
mengapa anda kok malah mengalami hal yang sebaliknya? Bagimana anda mengelolanya ?

Jawab:
Oh iya itu semua kembali lagi tergantung dari niat si pengguna sekali lagi tolong di garis bawahi TERGANTUNG PADA NIAT SI PENGGUNANYA.

Apakah ia ingin menggunakan Media sosial sebagai sarana untuk mengHUJAT orang lain dan mengkritik sana sini agar terlihat lebih Eksis atau sebagai sarana membangun ikatan persahabatan dan persaudaraan.

Saya tidak mengingkari di Media sosial yang kami gunakan saat ini pun ada orang-orang yang suka berkomentar miring, mengejek, mengkritik, menghujat atau membuli satu sama lain, dan kalau diperhatikan orangnya itu-itu juga dan memiliki tipe yang tak jauh berbeda satu sama lainnya.

Tapi kembali lagi kepada tujuan kita masing-masing. Bagi yang suka menghujat dan membully maka ia akan lebih banyak mendapatkan hujatan balik dan permusuhan.

Dan bagi yang niatnya ingin membangun persaudaraan seperti saya dan teman-teman lainnya, maka InsyaAllah akan mendapatkan banyak sahabat dan saudara dimana-mana, para sahabat kami bahkan tidak hanya di Indonesia lho.... saat kami ke Luar Negeri pun kami di sambut hangat oleh para sahabat yang awalnya hanya bertemu melalui Media Sosial. Dengan orang yang berbeda bangsa pun kita ternyata bisa membangun persahabatan lho.

Sungguh Indah bukan ??

Jadi silahkan pilih, apakah kita akan menabur persahabatan dan persaudaraan melalui media sosial yang kita gunakan atau malah sebaliknya.

Hukum Tuhan tidak akan pernah keliru, siapa yang menabur persahabatan maka ia akan mendapatkan lebih banyak sahabat dan bagi siapa yang menabur permusuhan dan kebencian maka ia akan mendapatkan lebih banyak musuh.

Bagi saya pribadi Media sosial itu sungguh sebuah keajaiban abad 21, yang bisa membantu saya mendapatkan lebih banyak sahabat di seluruh nusantara bahkan kelak di seluruh dunia. Dan sy benar-benar banyak mendapat manfaatnya.

Tanya :
Jadi kesimpulan anda tentang Media sosial ? Lebih banyak manfaat atau Mudharatnya ?

Jawab:
Bagaimana menurut anda sendiri ?

Dan tanyalah diri kita sendiri, kita termasuk jenis orang yang seperti apa dalam bersosial media, apakah kita termasuk orang yang banyak memberikan manfaat atau mudharat ?

by Ayah Edy
www.ayahkita.com
Pendiri Gerakan Membangun Indonesia yang kuat dari Keluarga.

ORANG GAGAL VS SUKSES


KISAH NYATA ORANG INDONESIA YANG TINGGAL DI JERMAN

-----------------------------------------------------
TUHAN MENGAPA AKU MENJADI ORANG YANG MISKIN DAN SELALU MENGALAMI KESULITAN HIDUP, SEMENTARA ORANG LAIN TIDAK ?
-----------------------------------------------------------------

Ada seorang yang miskin dan papa bertanya pada Sang guru bijak

"Mengapa aku menjadi orang yang sangat miskin dan selalu mengalami kesulitan hidup?

Sang guru menjawab;
"Karena engkau tidak pernah berusaha untuk memberi pada orang lain"

Orang Miskin:
"Tapi saya tidak punya apapun untuk di berikan pada orang lain?

Sang guru bijak;
"Sebenarnya kamu masih punya banyak untuk kamu berikan pada orang lain"

Orang Miskin:
"Apakah itu hai guru bijak ?"

Sang guru bijak:
1. Dengan mulut yg kamu punya kamu bisa berikan senyuman dan pujian

2. Dengan mata yg kamu punya kamu bisa memberikan tatapan yang lembut

3. Dengan telinga yang kamu punya kamu bisa memberikan perhatian

4. Dengan Wajah yang kamu punya kamu bisa memberikan keramahan

5. Dengan Tangan yang kamu punya kamu bisa memberikan bantuan dan pertolongan pd orang lain yang membutuhkan, dan masih banyak lagi.

"Jadi sesungguhnya kamu bukanlah miskin hanya saja tidak pernah mau memberi pada orang lain."

"Itulah yang menyebabkan orang lain dan alam semesta juga tidak pernah mau memberikan apapun pada dirimu"

"Engkau akan terus seperti ini jika engkau tidak mau memberi dan berbagi pada orang lain dan siapapun"

"Pulanglah dan berbagilah pada orang lain dari apa yang masih kamu punya agar orang lain dan alam semesta juga mau berbagi padamu."

----------------------------------------------------------------------------
Jika anda tidak percaya pada nasihat di atas cobalah simak sebuah kisah nyata berikut ini:
--------------------------------------------------------------------------


Dulu ada sebuah kisah pelaut Indonesia yang bekerja di kapal kargo, saat kapalnya sedang bersandar di pelabuhan Jerman, ia coba berjalan-jalan di kota Jerman, sayangnya ia tersasar di tengah kota Jerman hingga ia tertinggal oleh kapal tempat dia bekerja, dan tidak punya apa-apa lagi tidak punya uang, makan, tempat berteduh dan sebagainya, tidak juga bisa bahasa Jerman, tak seorangpun dia kenal dan mengenalnya, belum ada hp seperti sekarang. Satu2nya yang dia ingat adalah sepatah kata bahasa Jerman “Helfen” atau yang berarti bantu.

Nah singkat cerita dia cuma punya badan yang bisa dia gunakan untuk membantu orang, akhirnya setiap ada nenek2 kesusahan bawa belanjaan barang berat di datangi dan bilang Helfen...helfen...sambil memberikan senyuman ramah.dan si nenek Jermanpun paham maksudnya, akhirnya ia di beri upah oleh si Nenek dan mulai ia bisa membeli makan untuk mengisi perutnya yang keroncongan.

Kemudian juga ada kakek dan nenek2 lainnya, dan terus itu dia lakukan hingga suatu ketika ia diminta untuk membawa barang sampai di rumah, mulai dari sana si Kakek meminta bantuan dia untuk mengurusi rumahnya, dan kemudian kebunnya.... dan dari sanalah semuanya bermula hingga akhirnya ia menjadi warga Jerman yang memiliki usaha di Jerman dan hidup berkecukupan.

Nasib kita itu adalah buah dari perbuatan kita sendiri.
Seandainya si pelaut ini memilih untuk terus mengeluh dan bukannya mencari akal dan terus berusaha untuk memberikan apa yang bisa ia berikan pada orang lain mungkin ia hanya akan menjadi pengemis dan peminta2 di Jerman.

Ditulis oleh KS

ANAK SUKA BERTENGKAR ?



KETIKA DULU ANAKKU MASIH SUKA BERTENGKAR, INILAH YANG AKU LAKUKAN...

Dulu ketika anak kami masih sering bertengkar, saya sering cerita bahwa jika kakak adik bertengkar nanti bisa seperti kerajaan atau negara-negara yang kemudian hancur karena saling bertengkar sesama saudara.

Lalu kami bacakan kisah2 sejarah tentang kerajaan-kerajaan di Nusantara yang hancur satu persatu akibat perang sesama saudara, hingga akhirnya Indonesia menjadi bangsa yang terjajah.

"Jangan sampai ini terjadi lagi ya nak... ingat baik-baik pesan ayah ini." dan merekapun mengangguk tanda mengerti.

"Tapi jika kakak adik berhenti bertengkar dan bekerjasama maka ia akan bisa menjadi seperti para ilmuan pencipta." kata saya pada kedua anak saya.

"Contohnya adalah Wright & Wilbur bersaudara, karena mereka akur dan bekerjasama akhirnya mereka bisa menciptakan pesawat terbang pertama di dunia."

"Dan banyak sekali para penemu dunia yang juga dilakukan karena mereka saling bekerja sama."

"Jadi berhentilah bertengkar, karena apapun alasannya hanya akan menghasilkan kehancuran bagi siapapun." anak saya mengangguk lagi tanda ia mengerti apa yang saya sampaikan.

Sampai sekarang kisah itu terus di ingat oleh anak saya, dan alhamdullilah anak-anak kami laki-laki meskipun selisih usia hanya 1,5 tahun, sekarang hampir tidak pernah bertengkar sama sekali, dan bahkan mereka tidak bisa dipisahkan jika pergi kemanapun selalu ingin bersama-sama.

by ayah edy
guru parenting Indonesia
www.ayahkita.com
fb. https://web.facebook.com/AYAH-EDY-Parenting-141694892568287/

PROGRAM PEMETAAN UNGGUL POTENSI ANAK

FOTO KAKAK HAIKAL BERSAMA KELUARGA

ANAK-ANAK INDONESIA YANG MENEMBUS DUNIA

Bagaimana ayah Edy membimbing anak-anak Indonesia menembus Pasar Bebas dunia, baik dengan biaya sendiri atau beasiswa ?  Melalui Workshop MEMETAKAN POTENSI EMAS ANAK DAN REMAJA.

Ikuti Workshopnya di Denpasar, Bali Minggu 8 April 2018 Mendatang.  full 1 hari penuh.

informasi selengkapnya PIC dan pendaftaran silahkan klik:  https://agapesyayasan.wordpress.com/tag/agapes-yayasan-bali/

atau langsung menghubungi PIC:
Irene Roos Zakaria
Silahkan Wa / Tlp Irene 081999483941 / 085243415508

---------------------------
baca selengkapnya kisah berikut ini :

SETELAH STELLA KE AUSY, DONNY KE BELANDA, CANTIKA KE JEPANG, NIKKI KE SWISS, NIA MENJADI DIRECTOR OF CHOREOGRAPHY DI LA, ANDRI MENDAPAT BEA SISWA DI JEPANG, KINI GILIRAN HAIKAL DAPAT BEA SISWA DI INGGRIS.

Haikal dan kedua orang tuanya baru bertemu bebarapa bulan lalu dengan kami untuk menetapkan tujuan dan mimpi hidupnya.

Alhamdulillah baru saja tadi pagi kami dapat kabar dari Pekanbaru bahwa Haikal mendapat beasiswa di salah satu perguruan tinggi di Inggris.

Kami predisikan masih akan ada banyak lagi anak2 Indonesia yang mendunia seperti Mas Alung dari Bondowoso, Mas Fajar dari Bekasi, Valerie, Anza, Zafran dari Jakarta, Yefta dari Solo dan lainya yang tidak bisa kami sebutkan satu per satu, menyusul sukses sahabat2 mereka terdahulu yang sudah dengan dada tegak dan pandangan lurus terfokus mengejar mimpi tertinggi mereka.

Tentu saja kunci sukses ini berpulang pada peran kedua orang tua untuk sepenuh hati mendukung mimpi besar anaknya dan menjalankan prosesnya secara tepat.

Meskipun bukanlah orang tuanya, sungguh saya merasa amat bersyukur dan bahagia yang tak terkirakan mendengarkan berita demi berita kesuksesan anak-anak kita, yang awalnya datang pada kami dalam kegalauan, keraguan dan bahkan MOGOK SEKOLAH, sebagian besar mereka datang karena ragu akan masa depan mereka, ragu akan pilihan jalan hidup yang paling tepat. Ya Tuhan, betapa bahagianya menjadi seorang ayah bagi anak2 yang berhasil meraih mimpi besarnya.

Semoga Allah SWT yang Maha Kuasa selalu membimbing setiap langkah kita sebagai orang tua untuk bisa mewujudkan mimpi-mimpi tertingi dari putera-puteri kita tercinta.

Selamat ya Mas Haikal semoga Tuhan selalu membimbing setiap langkahmu Nak...

Salam syukur dan bahagia dari ayah.

Jika kita mau pasti bisa !!!
Bukan jika kita bisa sih pasti mau

ANAK-ANAK HEBAT INDONESIA, KISAH VIE


IZINKAN SAYA BERBAGI CERITA TENTANG HEBATNYA ANAK INDONESIA

Vie adalah anak yang fenomenal, ditemani keluarganya berjumpa saya untuk berkonsultasi dan menurut orang tuanya ia "mengindah" Syndrom Sinestesia.

Waktu itu ia masih berusia kelas 3 SMP.

Tapi menurut saya dia bukan "Mengindap" tapi mendapat berkah yang disebut Sinestesia.

Apa itu Sinestesia...?

Sinestesia adalah sebuah kelebihan otak anak yang bisa mengabungkan kemampuan otak kanan dan otak kirinya sekaligus.  Bagi kebanyakan orang ini dianggap sebagai kelainan, tapi bagi saya ini adalah keistimewaan.

Cirinya adalah ketika ia medengar sesuatu maka ia bisa juga melihat sesuatu.  Misalnya ketika ia mendengarkan musik tertentu maka ia juga bisa melihat warna tertentu dari alunan musik tersebut.

Banyak artis dan seniman yang memiliki kemampuan ini, semisal     Yanni seniman musik dari Eropa.

Cirilainnya adalah dia bisa membayangkan sebuah benda atau bentuk secara 3 dimensi sebelum ia bisa membuatnya dalam wujud nyata.

Waktu itu Vie masih sekolah di salah satu Sekolah Katholik di Jakarta.

Saya melihat bibit Jenius dalam dirinya, hanya sayangnya sistem sekolah pada umumnya di Indonesia terlalu banyak pelajaran, terlalu banyak tugas dan terlalu banyak PR yang tidak berhubungan dengan kelebihan dan potensi emas si anak.

Akibatnya kejeniusan yang dimiliki anak perlahan-lahan akan tenggelam oleh banyaknya tugas2 tersebut.



Sebenarnya ceritanya panjang sekali.

Tapi singkat cerita, saya minta orang tuanya untuk mencarikan sekolah yang tidak banyak pelajaran, dan fokus pada bakat dan potensi emas anak,  dan karena orang tuanya tidak juga mau melakukan hal ini,  maka akhirnya saya ultimatum bahwa saya tidak mau lagi membimbing Vie jika ia masih bersekolah dengan sistem kurikulum yang konvensional.

Tak lama setelah saya Ultimatum akhirnya orang tuanya menelpon saya bahwa anaknya sekarang sekolahnya sudah di pindahkan ke sekolah yang sesuai permintaan Ayah Edy.

Dan bimbinganpun di lanjutkan;

Hasilnya;  setelah 1 tahun bersekolah tersebut Vie berhasil meraih gelar best desainer disekolah tersebut, padahal teman2nya kebanyakan orang Asing dan Vie itu anak Indonesia.   Wah bangganya....

Tak lama kemudian saya dapat kabar lagi, hasil karyanya terpilih untuk di pamerkan di Galery Seni yang ada di Singapura.

Setelah itu ia mengikuti semacam Test Kemampuan Bakat di AS,  dan ia meraih nilai tertinggi.

Setelah 2 tahun berselang saya dapat kabar bahwa ia mengikuti kontes Desain yang diselenggarakan oleh Salah satu Perusahan Home Appliance dari Eropa,  dan kembali salah satu desainnya menang dalam kontes tersebut.

Dan terakhir saya dapat kabar ia mendapat Bea Siswa Penuh di sekolah Desain yang ada di New York.

salah satu hasil karya desain Vie

Saya benar-benar takjub dengan kemampuan anak Indonesia yang tak kalah dengan anak-anak Asing, jika ia mendapat bimbingan yang tepat.

Selamat ya Nak,  semoga ada lebih banyak anak-anak Indonesia yang bisa mencapai prestasi terbaiknya seperti kamu ya Nak.

GBU Vie and Family.
by ayah edy
Parenting Konselor
www.ayahkita.com

PENTINGNYA MEMETAKAN POTENSI UNGGUL ANAK


Siapa yang tidak ingin anaknya GAGAL bersaing di PASAR BEBAS TENAGA KERJA INTERNATIONAL

Bacalah sampai selesai artikel ini:

MENGAPA SETIAP ORANG TUA PERLU MEMETAKAN POTENSI EMAS ANAKNYA?

Apakah P3EA ?

P3EA Program Pemetaan Potensi Emas Anak

P3EA bersama AYAH EDY adalah sebuah program yang sudah dilakukan oleh ayah Edy untuk membantu Anak-anak Indonesia khususnya pelajar usia kelas 3 SMP keatas untuk memetakan potensi Emasnya.

Mengapa Perlu di petakan ?

Banyak anak yang seolah-olah malas atau ogah-ogahan bersekolah bukan karena ia malas tapi karena ia tidak berminat dan tidak tahu apa tujuan akhir dari sekolah yang dijalaninya.
Banyak anak yang nilai sekolahnya pas-pasan karena minat dan bakat yang dimilikinya tidak sesuai dengan jurusan sekolah yang diambilnya.

Karena sebagaian besar anak Indonesia sering bingung memilih Jurusan sekolah yang paling cocok dan sesuai dengan potensi Emasnya.
Karena sebagian besar guru juga bingung jika ditanya tentang potensi emas muridnya dan jurusan sekolah yang paling cocok bagi dirinya.

Karena orang tua pun demikian mengalami hal yang sama, jadi jangan sampai terulang lagi pada anak kita.
Karena test yang ada sering kali juga masih membuat si anak bingung untuk menentukan pilihan sekolah yang cocok bagi mimpi besar hidupnya sesuai potensi emas yang dibawanya sejak lahir.

Agar pembiayaan sekolah anak-anak kita lebih tepat guna dan sasaran, dan bukannya tersasar jurusan.
Apa akibatnya jika tidak dipetakan..?

Banyak anak yang tersasar atau keliru memilih sekolah hingga akhirnya ia merasa ogah-ogahan sekolah atau bahkan banyak yang pada akhirnya mogok kuliah.

Banyak anak yang tidak mau melanjutkan jurusan sekolahnya, dan hanya mau sekolah atau kuliah jika pindah jurusan lain (coba-coba), bayangkan efek biaya, waktu dan tenaga yang diakibatkannya.

Seperti juga kita orang tuanya yang dulu mungkin tersasar jurusan sekolah, hingga pada akhirnya kita sulit sekali mencari pekerjaan yang kita cintai, hidup asal kerja berangkat pagi pulang malam meskipun batin kita menderita dan merasa ini bukan panggilan jiwa kita.

Apa efek jika Potensi Emas seorang anak berhasil dipetakan..?

Anak akan bahagia sekali mengetahui potensi emas dirinya yang mungkin selama ini banyak orang yang menganggap dirinya penuh dengan kekurangan dan tidak punya masa depan (khususnya anak-anak yang kurang suka sekolah dan tidak suka akademis)

Anak akan semakin rajin belajar karena ia sudah tahu apa yang ingin dicapai dalam hidupnya apa lagi sesuai dengan minat dan bakat yang dimilikinya.

Anak akan terhindar dari penyimpangan perilaku remaja, yang sebagaian besar penyebabnya adalah karena “Clue Less” atau hidup tanpa tujuan hanya sekedar sekolah dan belajar terus setiap hari dari hari ke hari, bulan ke bulan dst…

Orang tua juga semakin fokus dalam mendukung potensi anaknya

Biaya pendidikan jadi tepat sasaran dan jauh lebih hemat
90% anak yang berhasil dipetakan, berhasil dalam sekolah dan berhasil dalam meraih mimpi besarnya dalam pekerjaan dan kehidupan pribadinya.

Adakah potensi Emas anak yang "tidak bisa" dipetakan..?

Pada umumnya tidak ada potensi emas anak yang tidak bisa dipetakan, karena setiap anak yang terlahir telah diberikan Berkat Bakat dan Minat oleh Tuhannya untuk bisa dipetakan. Dan tanda-tanda itu biasanya terbaca melalui bentuk tubuhnya, level suaranya, cara bergeraknya, sifatnya sehari-hari dll. Rata-rata 80-90% dari anak-anak yang mengikuti program ini bisa dipetakan.

Ada sekitar 10% dari mereka yang belum bisa dipetakan, dan berdasarkan pengalaman kami hal ini terjadi karena:
Tipe si Anak, tipe anak itu berbeda-beda satu dengan lainnya, ada anak yang sudah jelas dan tahu apa yang diinginkannya (tipe Self Started/Leader) tapi ada anak yang tidak (Tipe Follower atau Directed (terbimbing) dengan proses bimbingan biasanya lama-lama ia akan bisa menemukan potensi emasnya.

Pola Asuh orang tuanya, Semakin pola asuh orang tuanya “Demokratif” terbuka bicara dan saling menghargai maka semakin mudah dan cepat ditemukan potensi Emasnya. Dan semakin keras serta otoriter pola asuh orang tuanya, akan semakin sulit.

Perbedaan keinginan keras dari orang tua dengan minat bakat anaknya, sehingga si anak takut untuk mengungkapkannya.
Kurangnya pengetahuan akan berbagai jenis profesi yang ia ketahui (kami menyebutnya kurang stimulasi profesi). Menyebabkan si anak sulit mengungkapkan apa yang menjadi minat terbesarnya dalam hidup ini. Padahal tanda-tanda fisiknya sudah menunjukkan arah pada salah satu profesi tertentu.
Usia Berapa mulai bisa dipetakan?

Sebenarnya sejak usia dini sudah bisa dipetakan, namun jenis pemetaannya agak berbeda;

Untuk Usia dini TK-SD yang bisa dilakukan adalah potensi dasar anak, yang meliputi sifat dasar untuk kelola pola asuhnya, minat dasar untuk menguji konsistensi minatnya, tipologi anak, gaya belajar anak dsb. Ini dilakukan melalui Program Observasi Liburan Sekolah atau Holiday School Program, yang setiap liburan sekolah kami selenggarakan di Singaraja, Buleleng, Bali selama 10 hari.

Untuk Usia SMP kelas 3 ke atas bisa langsung konsultasi bersama Ayah Edy sesuai perjanjian, atau melalui Program Workshop Pemetaan Potensi Emas Anak yang diselenggarakan oleh YAYASAN AGAPES silahkan klik Pemetaan Potensi Emas Remaja dan Dewasa | AGAPES Yayasan Denpasar 2017
Bagaimana jika saya ingin memetakan Potensi Emas Anak saya..?

Ada beberapa cara yang bisa dilakukan:

Membeli dan membaca buku yang kami tulis yang berjudul RAHASIA MENEMUKAN POTENSI EMAS ANAK, buku ini tersedia di Gramedia seharga 50 ribuan, atau bisa juga dipesan on line via fb. Ayah Edy on line Shopping (berhadiah 1 CD Parenting Gratis senilai Rp. 600.000)

Mengikuti program Observasi Liburan sekolah untuk anak TK dan SD di sekolah Ayah Edy di Singaraja, Buleleng, Bali setiap liburan sekolah, dan Tahun 2018 rencananya akan diselenggarakan 2 pekan.

atau bisa juga melalui, Konsultasi langsung dengan Ayah Edy di Jakarta dengan perjanjian untuk anak usia 3 SMP ke atas.

Bagaimana jika anak saya sudah remaja atau lulus kuliah, apakah masih bisa dipetakan…?

Sebaiknya pemetaan itu dilakukan jauh-jauh waktu sebelum seseorang melanjutkan sekolahnya ke perguruan tinggi agar tidak terlambat, dan lebih tepat sasaran dan bermanfaat.

Namun ada juga yang berpikir lebih baik terlambat tapi tahu potensi emasnya dari pada sepanjang hidup tidak tahu dan terus mengeluh tentang profesinya atau malah tidak mau kerja.

Jadi banyak juga orang yang sudah selesai kuliah tapi masih bingung mengikuti P3AE ini. Ada juga yang sudah bekerja dan merasa profesinya tidak cocok juga ikut program konsultasi Pemetaan bersama Ayah Edy.

Beberapa diantaranya ada juga yang berkonsultasi untuk memilih jurusan melanjutkan S2 yang sebenarnya cocok dengan potensi emasnya.

Apakah program pemetaan potensi Emas anak ini juga bisa dilakukan secara kolektif oleh anak-anak di sekolah…?

Bisa, dulu kami beberapa kali pernah melakukan untuk anak-anak usia SMA dan salah satunya adalah sekolah Lab School Rawamangun, Jakarta dan di Denpasar Bali pun secara kolektif pada 29 Januari 2017 lalu bersama Yayasan AGAPES.

Untuk informasi lebih details mengenai Pemetaan Potensi Emas Anak di Denpasar Bali, silahkan menghubungi Yayasan AGAPES dengan no telepon 081999-483941 / 0852-434-15508  Jika telepon tidak di balas, mohon tinggalkan SMS / WA dengan format Nama spasi Info Pemetaan Anak. Maka kami akan menelepon anda kembali.

Beberapa Informasi Terkait: Pengalaman anak-anak yang pernah dipetakan potensinya:

Kisah Nia: http://ayahkita.blogspot.co.id/2014/06/ayah-edy-i-am-coming-home-sapa-nia-dari.html

Kisah anak yang mogok sekolah: http://ayahkita.blogspot.co.id/2012/07/sepenggal-kisah-anak-mogok-sekolah-dan.html

Kisah Yefta: http://ayahkita.blogspot.co.id/2017/02/kisah-si-bejo-dan-ayah-edy.html/

Kisah Audi: http://ayahkita.blogspot.co.id/2017/02/membalas-marah-dan-kebencian-dengan.html
Kisah Joe: http://ayahkita.blogspot.co.id/2012/07/my-name-is-joe.html