SATU-SATUNYA SITUS RESMI AYAH EDY

SATU-SATUNYA SITUS RESMI AYAH EDY
Bagaimana caranya..? Gabung di FB: komunitas ayah edy, download talkshow di www.ayahedy.tk

Tuesday, August 5, 2008

Kisah Penjual Rujak


Para orang tua dan guru yang berbahagia...

Saya punya kisah menarik dari seorang teman baik, mengenai bagaimana seorang penjual Rujak berhasil membuat anaknya yang suka melawan, sulit di atur dan malas belajar... yang permasalahan yang dihadapi oleh hampir setiap orang tua di Indonesia.

Mari kita simak bersama kisahnya:
setahun lalu atau mungkin sekitar 10 bulan yang lalu, ketika saya
membeli rujak, saya bertanya kepada penjual rujak yang berjualan sambil membawa anaknya itu: "umur berapa anaknya", Lima Tahun. tapi itu mbak, sukanya menonton televisi melulu. jadi ndak pernah membaca atau apalah gitu. tiap hari kerjanya dhomblong aja di depan tv. kesel aku mbak."lalu saya bilang gini: Bu kalo saya sejak tahun 1997 tidak mempunyai televisi karena
siapa yang mau mengendalikan pembantu dirumah kalo saya lagi ke kantor. dan saya lebih suka anak saya kreatif atau ada kegiatan." rupanya pembicaraan itu diserap dengan baik oleh tukang rujak itu, mbak Sri namanya. sejak itu, kalo saya beli rujak, mbak Sri selalu tanya-tanya tentang
kegiatan yang biasanya saya buat untuk anak-anak saya bila tak ada televisi. ya saya bilang, buat dongeng, menulis, latihan drama, buat gambar, membaca, buat puisi, buat kertas daur ulang, buat hiasan pigura dari bahan bekas dan sebagainya. lalu saya sering berikan contoh serta buku-buku yang merupakan hasil karya anak saya dan buku yang biasa dibaca oleh anak-anak. ada beberapa buku yang saya berikan. senengnya bukan main, begitu mbak Sri.

Lalu teman saya ini berkata..., eh, 2 minggu lalu ketika saya beli rujak, mbak Sri bilang begini. "Mbak, ini rujaknya sekarang Gratis, Lho kenapa Bu Sri tanya sahabat saya ini. Iya ini sebagai hadiah dari nasehat-nasehat yang mba berikan pada saya. Sekarang saya udah ndak punya televisi lagi mba. wuahhh .. senengnya ..ternyata anak saya juga lebih seneng tidak punya televisi meski awalnya susah sekali. dia bahkan sekarang kalo belajar ndak perlu disuruh-suruh lagi."

Para orang tua dan guru yang berbahagia...., demikianlah petikan obrolan salah seorang sahabat kami dengan penjual Rujak langganannya. Sahabat kami ini sudah sejak tahun 1997 telah mengganti program-program tvn dirumahnya dengan program belajar interaktif.

Para orang tua dan guru yang berbahagia..., berdasarkan pengalaman kami menjadi konselor anak selama lebih dari 4 tahun, menemukan fakta banyak sekali penyimpangan prilaku anak yang bersumber dari tontonan program yang ditayangkan oleh televisi. Cobalah sekali-sekali anda catat apa yang di tayangkan station-station TV sejak pagi siang hingga malam hari. Maka saya jamin anda akan sadar betapa banyak program-program yang merusak mental dan cara berpikir anak kita. Tapi yang aneh justru sebagian besar dari para orang tua malah sengaja agar anaknya menonton TV dengan alasan supaya diam dan tenang....

Orang tua ini ternyata sama sekali tidak menyadari bahwa prilaku anaknya sedang di didik oleh tayangan-tanyangan televisi tersebut.

Mari kita renungkan..., jangan-jangan dirumah, kita dan anak kita juga mengalami hal yang serupa...?

Sunday, July 20, 2008

PARODI PENDIDIKAN DI NEGERIKU



Para orang tua yang berbahagia suatu hari saya menghadiri sebuah acara simposium pendidikan yang diselenggarakan di Jakarta, oleh Forum Pengajar, Dokter dan Psikolog bagi Ibu Pertiwi.

Acara itu sungguh luar biasa dan dihadiri oleh lebih dari 1500 orang peserta yang sebagian besar adalah pendidik dan guru. Pembicara yang hadir juga merupakan orang-orang yang luar biasa peduli di bidang pendidikan, mulai dari wakil guru yang ada di hutan rimba alias Butet Manurung, hingga wakil tokoh besar pendidikan Yayasan Perguruan Taman Siswa, Ki Hajardewantara,. Di forum ini juga tidak ketinggalah hadir Tokoh Lintas agama Bapak Anand Krishna, seniman, budayawan artis dan lain sebagainya.

Menurut saya sebenarnya simposium ini nyaris sempurna, seandainya saja waktu itu Mentri Pendidikan dan Menteri Kesehatan sebagai tokoh sentral yang di undang sempat menyaksikan langsung acara simposium ini. Tapi apa mau dikata The Show Must Go On! begitu kira-kira kata salah seorang pembicara.

Namun ada satu hal yang paling menarik bagi saya dari seluruh acara, yakni sebuah puisi yang di bacakan oleh seorang seniman, namanya Mas Agus Sarjono, yang isinya betul-betul membuat hati saya tergelitik, puisi ini merupakan sebuah kritik sosial yang dibuat sangat cantik dan mengena bagi kita semua, terutama para tokoh pendidikan yang ada di negeri ini....

Dan dengan kerendahan hati serta ijin dari Mas Agus Sarjono yang saya dapatkan melalui Pengurus Forum tersebut, saya ingin anda juga bisa mendengar dan sekaligus merenungkannya. Mari kita simak bersama isinya;

Selamat pagi pak, selamat pagi bu, ucap anak sekolah dengan sapaan palsu. Lalu mereka pun belajar sejarah palsu dari buku-buku palsu.

Di akhir sekolah mereka terperangah melihat hamparan nilai mereka yang palsu. Karena tak cukup nilai, maka berdatanganlah mereka ke rumah-rumah bapak dan ibu guru untuk menyerahkan amplop, berisi perhatian dan rasa hormat palsu.

Sambil tersipu palsu dan membuat tolakan tolakan palsu, akhirnya pak guru dan bu guru terima juga amplop itu sambil berjanji palsu untuk mengubah nilai-nilai palsu dengan nilai-nilai palsu yang baru.

Masa sekolah demi masa sekolah berlalu, mereka pun lahir sebagai ekonom-ekonom palsu, ahli hukum palsu, ahli pertanian palsu, insinyur palsu. Sebagian menjadi guru, ilmuwan atau seniman yang juga palsu.

Dengan gairah tinggi mereka menghambur ke tengah pembangunan palsu dengan ekonomi palsu sebagai panglima palsu. Mereka saksikan ramainya perniagaan palsu dengan ekspor dan impor palsu yang mengirim dan mendatangkan berbagai barang kelontong kualitas palsu.

Dan bank-bank palsu dengan giat menawarkan bonus palsu dan hadiah-hadiah palsu tapi diam-diam meminjam juga pinjaman dengan ijin dan surat palsu kepada bank negeri yang dijaga pejabat-pejabat palsu.

Masyarakat pun berniaga dengan uang palsu yang dijamin devisa palsu. Maka uang-uang asing menggertak dengan kurs palsu sehingga semua blingsatan dan terperosok krisis yang meruntuhkan pemerintahan palsu ke dalam nasib buruk palsu. Lalu orang-orang palsu meneriakkan kegembiraan palsu dan mendebatkan gagasan-gagasan palsu di tengah seminar dan dialog-dialog palsu menyambut tibanya demokrasi palsu yang berkibar-kibar begitu nyaring dan palsu.

Para orang tua dan guru yang saya cintai dimanapun anda berada...., Demikianlah puisi yang dibuat dan dibacakan langsung oleh Mas Agus Sarjono, Pada acara simposium besar Forum Pengajar, Dokter dan Psikolog yang diselenggarakan di Jakarta pada tanggal 25 Oktober 2007.

Meskipun ini hanyalah sebuah puisi, tapi paling tidak puisi ini bisa menjelaskan mengapa begitu banyak kita menemukan kepalsuan yang terjadi di negeri ini.

Mari kita renungkan bersama.......

Wednesday, July 9, 2008

10 Tanda-tanda kehancuran suatu bangsa.


Suatu ketika di bulan Juli tahun 90-an, di negara bagian Massachusetts, Amerika Serikat tengah berlangsung sebuah konfrensi besar pendidikan, dihadiri oleh sebagian besar kalangan pendidikan, mulai dari pengamat, praktisi, pakar hingga penentu kebijakan dibidang pendidikan.

Tema yang diambil. kali itu adalah mengenai “Evaluasi Sistem Pendidikan dalam Menghasilkan Generasi Unggul”

Tema ini sengaja diangkat, karena ternyata berdasarkan penelitian, selama 60 terakhir sistem pendidikan lebih banyak menghasilkan generasi yang gagal dan bahkan cenderung bermasah ketimbang yang unggul

Banyak sekali tokoh-tokoh yang diminta bicara menyampaikan pikiran, pandangan juga hasil penelitian mereka.

Dari semua pembicara, ada salah seorang yang pemaparannya begitu dahsyat, tajam dan mengena, hingga mendapatkan simpati dan dukungan yang luar biasa dari hampir semua peserta konferensi tersebut.

Tepuk tangan yang riuh serta dukungan antusiasme terus mengalir hingga sang pembicara ini turun. Apa saja yang di paparkan oleh si pembicara ini...? marilah kita simak cuplikan utama dari pemaparannya;

“Saudara-saudaraku tercinta sebangsa dan setanah air, saya sungguh prihatin melihat perkembangan generasi kita dari tahun ke tahun, sehingga saya begitu tertantang untuk membuat suatu pengamatan untuk mengetahui akar pemasalahannya.”

“Lebih dari 30 tahun saya melakukan pengamatan terhadap para pelajar dan para lulusan sekolah di tiap jenjang mulai dari pendidikan dasar hingga pendidikan tinggi. dan ternyata dari tahun-ke tahun menunjukkan suatu peningkatan grafik jumlah anak-anak yang bermasalah ketimbang anak-anak yang berhasil.”

Salah satu yang membuat saya menangis adalah ketika saya mengunjungi beberapa Lembaga Pemasyarakatan yang ada di beberapa negara bagian; yang dulu pada tahun 60an mayoritas di huni oleh orang-orang yang berusia antara 40-60an, namun apa yang terjadi pada tahun 90, penjara-penjara kita penuh di isi oleh anak remaja antara usia 14 s/d 25 tahun. Jumlah peningkatan yang drastis juga terjadi pada penjara anak dan remaja.

Fenomena apakah gerangan yang sedang terjadi di negara kita......? Akan jadi apakah kelak negara ini jika kita semua tidak mengambil peduli dan merasa bertanggung jawab...?

Saudara-saudaraku sebangsa dan setanah air....., Dari pengamatan panjang yang saya lakukan akhirnya saya mengetahui bahwa sumber dari semua masalah ini ada pada Harmonisasi hubungan Keluarga dan Sistem Pendidikan kita.

Sebagian besar anak-anak yang bermasalah ternyata juga memiliki orang tua yang bermasalah atau keluarga yang berantakan dan yang memperparah ini semua adalah bahwa Lembaga yang kita agung-agungkan selama ini, yang kita sebut sekolah ternyata sama sekali tidak mampu menjadi jalan keluar bagi anak-anak yang mengalami permasalahan di rumah.

Sekolah yang mestinya bertanggung jawab pada pendidikan anak (kerena mengklaim sebagai lembaga pendidikan) ternyata sama sekali tidak melakukan proses pendidikan, melainkan hanya menjadi lembaga yang memaksa anak untuk mengikuti kurikulum yang kaku dan sudah ketinggalan zaman. Guru-guru yang diharapkan menjadi pengganti orang tua yang bermasalah tapi ternyata tidaklah lebih baik dari pada orang tua si anak yang bermasalah tadi. Guru lebih suka memberikan pelajaran dari pada mendidik dan melakukan pendekatan psikologis untuk bisa membantu memecahkan masalah anak-anak muridnya. Guru-guru juga lebih suka saling melempar tanggungjawab ketimbang merasa ikut bertanggung jawab sebagai seorang pendidik.

Dan yang sungguh menyakitkan adalah ternyata Pemerintah kita khusunya yang bertanggung jawab pada bidang pendidikan hanya mementingkan masalah nilai, angka-angka dan Ujian-Ujian Tulis. Pemerintah seolah menutup mata terhadap menurunya prilaku moral, rusaknya anak-anak sekolah dan meningkatnya prilaku kekerasan di kalangan remaja.

Ukuran keberhasilan pendidikan lebih diletakkan pada menjawab soal-soal ujian dan target-target perolehan nilai, bukan pada Indikator Moral dan Pengembangan Karakter Anak. Sehingga pada akhirnya kita mendapati banyaknya anak-anak yang mendapat nilai tinggi namun moralnya justru begitu rendah.

Inilah saya pikir yang menjadi biangkeladi dari permasalahan meningkatnya jumlah anak-anak yang menjadi penghuni penjara di hampir seluruh negara bagian di negara kita.

Saya melihat bahwa sesunguhnya jauh lebih penting mengajarakan anak kita Nilai Kejujuran dari pada Nilai matematika, Fisika dan sejinisnya, yang pada umumnya telah membuat anak kita stress dan mulai membeci sekolahnya. Sungguh jauh lebih penting mengajarkan pada mereka tentang kerjasama dan saling tolong menolong ketimbang persaingan merebut posisi juara di kelas. Sekolah kita hanya mampu membuat 3 anak sebagai juara ketimbang membuat mereka semua menjadi juara. Sekolah kita memang tanpa sadar telah dirancang untuk mencetak anak yang gagal jauh lebih banyak dari yang berhasil.  Sekolah kita juga telah dirancang untuk lebih banyak memberi lebel anak yang bermasalah ketimbang memberi lebel anak yang berpotensi unggul di bidangnya.

Lihatlah fakta di lapangan, betapa banyaknya anak-anak yang dinyatakan oleh sekolah sebagai anak lambat belajar, tidak bisa berkonsentrasi, Diseleksia, Hiperaktif dsb.  Hingga ada seorang pengamat pendidikan yang pernah menyindir "sesungguhnya anaknya yang hiperaktif atau sekolahnya yang "Hiper Pasif".  Bayangkan anak-anak kita telah di paksa untuk duduk di kursi yang keras selama berjam-jam dari pagi hingga petang, tanpa adanya pergerakan sedikitpun.  Yang sesungguhnya tidak hanya membahayakan mental mereka bahkan juga fisik mereka.  Berapa banyak anak-anak kita yang katanya termasuk golongan anak-anak pandai harus menderita "bungkuk" di usia mereka yang masih relatif muda karena proses belajar yang hiper pasif ini.

Saya pikir sudah saatnya kita sadar akan hal ini semua. Saudara-saudaraku tercinta, sungguh berdasarkan penelitian yang saya lakukan telah menunjukkan bahwa jauh lebih penting mengajari anak kita tentang moral, attitude, dan Character Building dari pada hanya mementingkan nilai-nilai yang tinggi. Karena kehidupan lebih mengharapkan orang-orang yang bermoral dan berkarakter untuk membangun tatanan kehidupan yang jauh lebih baik. Orang-orang yang mencintai sesama, menolong sesama dan menjaga kelestarian lingkungan tempat mereka hidup.

Berdasarkan penelitian saya terhadap sejarah bangsa-bangsa yang mengalami kemunduran atau kehancuran, saya telah menemukan ciri-ciri yang sangat jelas untuk bisa kita jadi kan Indikator dan petunjuk bagi kita apakah negara kita juga sedang menuju ke titik kemajuan atau justru ke hancuran.

Paling tidak saya telah menemukan ada 10 tanda-tanda dari suatu bangsa yang akan mengalami kemunduran dan bahkan kehancuran; dan jika ternyata ke sepuluh tanda ini muncul di negara kita maka sudah saatnyalah kita untuk melakukan perubahan besar-besaran terhadap sistem pendidikan bagi anak-anak kita.


Mari kita teliti bersama kesepuluh tanda-tanda tersebut, apakah telah muncul dinegara kita;

1. Peningkatnya prilaku kekerasan dan merusak dikalangan remaja, Pelajar
2. Penggunaan kata atau bahasa yang cenderung memburuk (seperti ejekan, Makian, celaan, bhs slank dll)
3. Pengaruh Teman Jauh lebih kuat dari pada orang tua dan guru.
4. Meningkatnya prilaku penyalahgunaan sex, merokok dan obat-obat telarang dikalangan pelajar dan remaja.
5. Merosotnya prilaku moral dan meningkatnya egoisme pribadi/mementingkan dirisendiri.
6. Menurunya rasa bangga, cinta bangsa dan tanah air (Patriotisme).
7. Rendahnya rasa hormat pada orang lain, orang tua dan guru.
8. Meningkatnya prilaku merusah kepentingan Publik.
9. Ketidak Jujuran terjadi dimana-mana
10. Berkembangnya rasa saling curiga, membenci dan memusuhi diantara sesama warga negara (kekerasan SARA)

Bagaimana kesimpulan kita....? Apakah kita melihat ke 10 tanda tersebut telah muncul di negeri tercinta kita ini...? atau mungkin malah sudah muncul pada anak-anak kita tercinta dirumah...?

Saudaraku...., dengan melihat fakta dan kenyataan yang ada, wahai para pendidik dan pengambil kebijakan di bidang pendidikan serta segenap kita semua; Apakah kita masih akan mementingkankan angka-angka sebagai Indikator kesuksesan Pendidikan di sekolah-sekolah..?

Semoga logika dan nurani kita masih mampu bicara untuk mendobrak sistem pendidikan yang selama ini terbukti telah menghasilkan lebih banyak kegagalan bagi anak-anak tercinta.

Saudara-saudaraku sebangsa dan setanah air...., Jika kita tidak juga mau bertindak...., maka saya tidak tahu berapa banyak lagi penjara-penjara yang harus kita bangun bagi anak-anak kita tercinta, yang semestinya ini semua bisa kita cegah dari sekarang..!

Thomas Lickona.

Saudara-saudaraku sebangsa-dan setanah air di Indonesia....., Mari kita renungkan cerita ini.
18 Tahun yang lalu mereka sudah menyadari kesalahan besar yang terjadi pada sistem pendidikan di negaranya, lalu bagaimana dengan sistem pendidikan kita di Indonesia....?

Kejadian kekerasan Genk pelajar putri di Salatiga dan Kalimantan mestinya menjadi cambuk keras buat kita para pendidik dan penentu kebijakan pendidikan di Tanah Air, untuk berani mengambil langkah besar dalam mengevaluasi dan membenahi kembali Sistem Pendidikan yang telah mendidik mereka.

Akankah peristiwa tragis yang terjadi di Amerika akan kita biarkan untuk terjadi lagi pada anak-anak kita di Indonesia..?

BERSAMA-SAMA.., MARI KITA BANGUN INDONESIA YANG KUAT MELALUI ANAK-ANAK KITA TERCINTA !

ayah edy

Siapakah Ibu ke-2 yang mendidik anak-anak kita..?


Suatu ketika ada sebuah Konferensi Pendidikan untuk Para orang tua dan guru yang berlangsung di New York, Hadir pada Konfrensi itu seorang Pembicara yang luar biasa dan paling penduli akan pendidikan anak-anak disana. Pada pembukaan ceramahnya dia bertanya pada para peserta; begini kira-kira; wahai para orang tua dan pendidik siapakah dari anda semua yang marasa menjadi ibu kandung dari anak-anak anda....? hampir seluruh peserta mengangkat tangannya. Lalu si pembicara itu bertanya lagi setelah anak kita mulai bertambah usia siapakah menurut anda orang yang paling banyak berpengaruh membentuk prilakunya...? kemudian forumpun mulai terlihat bingung, tidak banyak yang mengangkat tangan; ada sebagian lagi yang terlihat ragu-ragu dan lebih banyak yang memilih untuk diam.

Yah begitulah nasib anak-anak kita saat ini; hampir bisa dipastikan ibu yang mengandung anak kita adalah kita sendiri; tapi ibu yang telah mendidik anak kita banyak sekali; dan tahukah anda siapakah ibu yang paling besar pengaruhnya dalam mendidik moral anak kita, ibu yang paling konsisten, tidak pernah absen dan selalu hadir tepat watktu; setia menemani hampir 24 jam sehari kapanpun diminta...? Tiba-tiba semua peserta menjadi terdiam; ruangan besar yang berisikan lebih dari 500 orang peserta itu tiba-tiba berubah menjadi sunyi senyap.... Siapakah gerangan ibu itu pikir semua peserta..

Yah....kembali dengan suara menggelegar si pembicara berucap dialah seorang ibu yang bernama Televisi. Kita mungkin tidak bisa konsisten tapi program-program TV selalu konsisten dan hadir tepat waktu, kita mungkin lupa mengkonfirmasikan pada anak kita bahwa hari ini kita akan pulang terlambat, tapi TV tidak pernah lupa untuk mengkonfirmasikan pada anak kita apa bila ada perubahan jam tayang. Kita mungkin pergi sebelum matahari terbit dan tiba setelah matahari terbenam; dan sulit sekali diminta wakktunya untuk menemani anak kita barang 5 menit saja; tapi tidak dengan ibu kedua anak kita yang bernama televisi; dia dengan berbagai macam acaranya selalu setia menemani anak kita; kapanpun diminta.

Jadi janganlah kita kaget bila tiba-tiba prilaku anak kita berubah; kita juga jangan kaget bila tiba-tiba muncul banyak pertanyaan-pertanyaan aneh dari anak kita; dan kita mestinya tidak perlu marah mana kala tiba-tiba anak kita mulai melawan dan berprilaku buruk; ya karena kita telah membiarkan setiap hari anak kita dididik oleh ibu keduanya yang bernama televisi tadi.

Para orang tua yang berbahagia....., Sungguh pidato dari sang pembicara ini begitu menggetarkan hati para peserta seisi ruangan; isi pidato ini telah menyadarkan sebagian besar para pendidik dan orang tua yang hadir pada saat itu, betapa selama ini kita telah melepaskan masa-masa emas pembentukan moral anak kita pada orang lain, pada lingkungan dan pada ibu kedua yang bernama Televisi.

Para orang tua dan guru yang tercinta...., Pidato yang luar biasa ini ternyata telah menginspirasi hampir 40% orang Amerika untuk mengganti Televisi mereka dirumah dengan program-program yang lebih mendidik dan kreatif bagi perkembangan mental anak-anak mereka. Bahkan ada sebagian dari mereka yang memutuskan untuk tidak memiliki televisi dirumah...ya..... The Association of Parent with no TV at Home.

Mari kita resapi dan renungkan dalam-dalam isi pidato dan kisah ini; semoga hal ini juga bisa mengispirasi para orang tua dan pendidik diseluruh tanah air tercinta ini. Akankah masa-masa emas pembentukan moral anak-anak kita, akan kita biarkan dirusak begitu saja oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab......!

Saya sudah meniadakan siaran TV dirumah dan menggantinya dengan program-program yang mendidik bagi anak-anak saya.... Bagaimana dengan anda...?

Menghargai Profesi Para Pendidik dan Guru



Para orang tua yang berbahagia….

Pernah seorang teman bercerita kepada saya; mengenai mengapa mutu pendidikan di negeri ini begitu rendahnya......? Waktu itu saya sempat menyangkal dan tidak menyetujui apa yang disampaikan oleh rekan saya ini; namun dengan sederhana ia menjelaskan begini katanya; Coba kamu perhatikan...fenomena sebuah produk pendidikan dinegeri ini melalui perbandingan kualitas SDMnya; jika orang asing yang datang dan bekerja di nengeri ini maka kira-kira jadi apa mereka disini; dan sebaliknya jika orang kita yang bekerja diluar negeri maka pada umumnya jadi apa mereka disana..?

Mendadak saya menjadi terdiam dan dibuat tidak bisa berkata-kata lagi oleh kawan saya ini. Iya juga ya....dalam hati saya berpikir.

Lalu kawan saya melanjutkan lagi; Mengapa sampai mutu pendidikan di negeri kita itu begitu rendahnya.... ya karena kita menghargai jauh lebih rendah orang-orang yang berprofesi dibidang pendidikan....; Kali ini saya benar-benar tidak setuju dengan pendapat rekan saya ini; lalu saya katakan; ah kamu salah; Justru orang di negeri kita ini begitu mengagungkan profesi guru; bahkan dimasyarakatpun guru adalah posisi yang sangat dihormati; Betul kata kawan saya; yang saya maksud adalah penghargaan secara finansial dibandingkan profesi-profesi lainnya; Padahal gurulah yang sejatinya telah mencetak profesi-profesi lain yang ada di negeri ini.

Bandingkanlah dengan negara-negara maju seperti Jepang.....mereka begitu menghargai guru dan benar-benar menghargai; baik secara finansial maupun non finansial. Bahkan konon di Jepang jika mereka mengalami bencana alam maka hal pertama yang harus segera diketahui adalah berapa jumlah guru yang menjadi korban. Bandingkan lagi misalnya dengan Malaysia, dimana Posisi mentri yang paling prestigious disana adalah Menteri Pendidikan sehingga orang malaysia begitu bangganya jika berprofesi dibidang pendidikan.

Mulailah pikiran saya terbawa untuk merenungkan ucapan demi ucapan rekan saya ini..
Tiba-tiba saya jadi teringat seorang teman yang berkebangsaan asing yang pernah berkomentar mengenai kualitas pendidikan dinegeri kita; dia pernah berkomentar kepada saya; begini katanya; sungguh aneh ya...dinegara kamu posisi-posisi strategis dan mulia justru dihargai lebih rendah dari pada posisi-posisi lainnya. Saya kaget dan tidak mengira bahwa posisi strategis dan mulia yang dimaksudkan oleh kawan saya ini adalah profesi para pendidik dan guru. Dia juga bilang begini; kalau di negara saya jabatan atau profesi yang mengandalkan intelektualitas sangat dihargai dan dibayar mahal mulai dari guru hingga konsultan. Sungguh komentar ini begitu menyetuh perasaan saya yang paling dalam.

Saya juga teringat tentang komentar yang begitu menggelitik yang pernah dilontarkan oleh Mas Imam Prasodjo dalam acara Republik BBM; beliau pernah berkata bahwa di negeri kita profesi-profesi yang menggunakan bagian kepala itu dihargai paling murah akan tetapi profesi yang menggunakan mulai dada dan semakin kebawah harganya semakin mahal. Jadi kualitas intelektual dinegeri ini akan sulit sekali maju karena pada akhirnya orang akan lebih memilih profesi-profesi yang tidak banyak menggunakan kepala alias otaknya.

Mari kita renungkan bersama; semoga cerita ini bisa menggugah hati kita untuk lebih menghargai para guru yang ada di negeri ini; bukan hanya sekedar sebagai pahlawan tanpa tanda jasa; agar lebih banyak lagi orang-orang yang brilian di negeri ini yang mau memilih untuk menjadi seorang guru. Karena kualitas suatu bangsa sungguh di tentukan oleh kualitas para guru dan pendidiknya.

Friday, June 27, 2008


LANGKAH-LANGKAH PENERAPAN HOLISTIC LEARNING

DAN

MULTIPLE INTELLIGENCE DI SEKOLAH

Langkah Membangun dan Sosialisasi Konsep Multiple Intelligence

  1. Lakukan seminar tentang konsep Pendidikan dan Pengajaran siswa masa depan berdasarkan Teori Multiple Intelligence pada seluruh guru.
  2. Lakukan seminar yang sama pada orang tua murid.

Langkah Persiapan Operasional

  1. Lakukan Workshop I tentang konsep Pendidikan dan Pengajaran siswa berdasarkan Teori Multiple Intelligence pada seluruh guru.
    1. Lakukan Identifikasi terhadap kecerdasan unggul para gur
    2. Tiap-tiap guru secara spesifik mengidentikasi apa saja hal-hal yang unggul yang dimilikinya baik berhubungan dengan pelajaran disekolah maupun berhubungan dengan bakat dan hobinya.
    3. Lakukan identifikasi terhadap kepribadian Guru melalui form evaluasi kepribadian
    4. Identifikasi seluruh mata pelajaran yang diberikan disekolah.
    5. Kelompokkan jenis mata pelajaran berdasarkan jenis kecerdasan yang diwakilinya
    6. Lakukan identifikasi terhadap reaksi emosianal Guru melalui “Reaksi Kencenderungan Emosional”
    7. Menyusun kerangka materi yang akan di ajarkan melalui metode MI.
  2. Lakukan Workshop II Infrastruktur teknis, non teknis dan pelaporan
    1. Mempersiapkan perangkat pendukung untuk sistem pengajaran yang terdiri atas fasilitas dan dokumen yang akan digunakan untuk proses belajar mengajar dan penilaian.
    2. Buat laporan pribadi anak dalam 3 bentuk;

Laporan Semesteran yang mencerminkan perkembangan masing-masing kecerdasan anak baik yang unggul ataupun yang rata-rata.

Laporan komunikasi Guru-Murid- Orang Tua sebagai sarana komunikasi guru dan orang tua berkaitan proses pendidikan yang sedang dilaksanakan.

Laporan dokumentasi Portofolio (Hasil Karya anak dalam bentuk hasta karya, audio & video)

    1. Merubah sistem Evaluasi

dari sistem mayoritas test menjadi sistem mayoritas pengamatan

dari sistem evaluasi bulanan atau semesteran menjadi sistem harian dan mingguan.

merubah dari sistem LOT (Berpikir Hafalan) menjadi sistem HOT (Berpikir Kreatif & Logika)

Melakukan penilaian keseluruhan berdasarkan test, dan perkembangan hasil belajar berdasarkan laporan portofolio.

Merubah dari sistem 3 juara menjadi semua siswa juara pada bidang yang berbeda-beda.

Langkah Persiapan Operasional Proses Pengajaran

  1. Melaksanakan pelatihan teknik mengajar pada para guru berdasarkan pada Holistic Learning dan Multiple Intelligence system
    1. Redifinisi pemahaman proses belajar dan mengajar (psikologis dan konsepsi – UNESCO)
    2. Perbandingan sistem pengajaran Konvensional VS sistem Pengajaran Holistik
    3. Otak sebagai MESIN BELAJAR manusia
    4. Otak sebagai pengendali Nalar, Rasa dan Pikir
    5. Pemahaman Psikologi Pengajaran melalui Personaliti, Gaya Belajar dan Reaksi Emosi.
    6. Teknik-teknik Pedagogi (adopted from TTT)
    7. Teknik-teknik kreatif
    8. Model Pembelajaran
  2. Melaksanakan bimbingan teknik mendidik dan mendukung pembelajaran pada para orang tua via parenting seminar.

Langkah Penerapan awal Sistem Pengajaran Multiple Intelligence

  1. Lakukan negosiasi proses pencapain hasil belajar pada masing-masing siswa sebagai target hasil dari proses belajar mengajar pribadi antara guru dan siswa.
  2. Jadikan hasil negosiasi ini sebagai barometer dalam pencapaian target hasil bagi guru dan siswa sekaligus sebagai dasar proses couching dan counselling.
  3. Lakukan identifikasi kepribadian tiap-tiap anak oleh tiap-tiap Guru melalui pengamatan sehari-hari. Bandingkan hasil penilaian dengan guru lainnya.
  4. Lakukan identifikasi kecerdasan unggul masing-masing anak berdasarkan proses ujuk kerja selama proses belajar mengajar. Identifikasi kecerdasan unggulnya secara spesifik.
  5. Buat catatan harian mengenai kinerja tiap siswa terhadap proses belajar mengajar serta progress dari waktu ke waktu.
  6. Bandingkan hubungan korelasi antara kepribadian dan kecerdasan unggul yang dimiliki.
  7. Melakukan pengamatan dan pencatatan apa bila terdapat kendala dalam rangka pengukuran proses implementasi dari langkah-langkah pelaksanaan sistem MI tersebut diatas.
  8. Melakukan langkah-langkah pembahasan untuk mencari pemecahan sistemik dan operasional yang mengikutsertakan seluruh pihak yang terlibat (all party involved)

Friday, May 2, 2008

Anak SMA yang kebingungan memilih jurusan sekolah lanjutan


Para orang tua dan guru yang berbahagia....Pernah saya bertanya pada seorang guru sejati; seperti apakah wahai guru seharusnya pendidikan itu berlangsung...?

Dengan bijaksana sang guru menjawab; Pendidikan itu ibarat seperti Pemanah dan Busur. Guru adalah ibarat Pemanah murid adalah ibarat busur. Tugas para guru adalah Mengarahkan Busur ke titik sasaran, Menarik tali busur agar busur dapat melesat tepat menuju sasaran.

Para orang tua dan guru yang berbahagia.....Sebuah analogi yang luar biasa yang digambarkan oleh sang guru sejati.

Namun ternyata bila kita amati lebih jeli dilapangan, apa yang terjadi tidaklah demikian. Guru-guru kita tidak pernah mengarahkan murid-muridnya untuk mengetahui apa sasaran akhir dari proses persekolah kita, apa lagi membantu para siswa untuk membidiknya, jadi bagaimana mungkin guru bisa menarik tali busur untuk melesatkan muridnya menuju sasaran yang tepat sedangkan sasarannya saja dia tidak pernah tahu.

Bebarapa waktu yang lalu hal ini sempat saya buktikan; dengan berbicara didepan anak-anak SMA kelas 3 yang akan segera menyelesaikan persekolahannya ditingkat SMA.

Saya bertanya kepada mereka; Teman-teman , Mau kemanakah kalian setelah tamat SMA..? atau persisnya akan mengambil jurusan apakah jika kalian ingin melanjutkan ke jenjang persekolahan berikutnya..?

Bukan main... ternyata mereka semua tidak bisa memberikan jawaban dengan pasti, mereka semua diliputi keraguan, mereka semua bingung mau kemana...?

Ya Tuhan saya menarik nafas dalam-dalam, apa yang mereka alami saat ini juga saya alami dulu pada saat saya menamatkan persekolahan saya di SMA. Seperti mereka saya juga dulu kebingungan menentukan pilihan, menentukan arah, tidak tau harus kemana? apakah mengikuti kemauan orang tua, teman atau mengambil jurusan hanya sekedar untuk mudah mencari pekerjaan...?

Para orang tua dan guru yang berbahagia....Sangat menyedihkan sekali, ternyata setelah masa 18 tahun berlalu dari saat saya lulus SMA dulu, permasalahan yang dihadapi siswa tidak juga berubah. Itu artinya selama 18 tahun terakhir tidak ada perubahan fundamental yang dibuat untuk meningkatkan mutu pendidikan.

Saya jadi teringat pada ucapan seorang teman pelajar SMU pernah berkata dengan nada sinis kepada saya; katanya; Mentri kita kan bisanya cuma merubah SMA menjadi SMU kemudian merubah kembali menjadi SMA, menggonta-ganti buku dan yah yang begitu-begitulah. Mana pernah memikirkan mutu pendidikan apalagi mutu kita para pelajarnya.

Setiap kali ingat ucapan ini saya kembali merasa prihatin yang luarbiasa; saya pikir andapun Para orang tua dan guru yang berbahagia sependapat dengan ucapan rekan pelajar kita ini.

Para orang tua dan guru yang berbahagia.....Betapa memprihatinkan sistem pendidikan kita yang tidak pernah mengajarkan dan membimbing anak-anak didiknya untuk mengetahui sasaran akhir dari proses pembelajarannya. Mereka dan kita dulu saat bersekolah tidak pernah diberitahu apa dan kemana sasaran bidik kita. Bidang apa yang cocok untuk masing-masing siswa, apa saja langkah-langkah persiapannya, begaimana memulai prosesnya dan sebagainya.

Maka tidaklah mengherankan bila diakhir masa persekolahan SMA mereka semua kebingungan, ya kebingungan dalam banyak hal terutama dalam menentukan langkah dan pilihan yang tepat bagi dirinya.

Alih-alih mencari jalan keluar terhadap kebingungan yang sedang dihadapinya, justru anehnya sebagian besar pelajar malah melakukan aksi corat-coret baju, rambut dan bahkan wajah mereka dengan cat pilox yang berwarna warni.

Guru kencing berdiri dan muridpun kecing berlari; meskipun kurang sopan tapi pribahasa diatas sangatlah tepat untuk menggambarkan kualitas sistem pendidikan kita saat ini.

Akhirnya kami sepakat untuk membantu memberikan bimbingan kepada siswa-siswa SMA yang sedang kebingungan menentukan sasaran akhir bagi dirinya tersebut.

Kami undanglah mereka untuk hadir pada acara workshop yang khusus kami adakan bagi mereka.

Para orang tua dan guru yang berbahagia...diluar dugaan reaksi dari para pelajar ini; Mereka begitu bersemangat dan antusias sekali; Workshop yang sedianya diadakan hanya sampai jam 12.00 siang ternyata mundur hingga jam 4 sore. karena begitu antusiasnya mereka, saya terus saja dihujani dengan berbagai pertanyaan dan baru dapat kesempatan makan siang pada pukul 4 sore.

Belum lagi kesan-kesan mereka yang ditulis pada secarik kertas; semuanya bernada positif, bahagia dan sangat antusias. Bahkan telepon kami terus berdering; mereka meminta untuk segera diadakan kembali workshop yang sama bagi teman-teman mereka yang belum sempat kebagian.

Para orang tua dan guru yang berbahagia....Mari kita bimbing anak-anak kita untuk bisa mengenali potensi dirinya, mari kita bimbing anak-anak kita untuk mengetahui sasaran hidupnya, ..mari kita motivasi mereka untuk bisa mencapai sasaran hidup yang sesuai dengan minat dan keunggulan mereka masing-masing.

Tuhan tidak pernah merubah nasib suatu bangsa jika anak-anak bangsa tersebut tidak berusaha untuk merubahnya sendiri.

Keajaiban Doa Seorang Guru


Para orang tua yang berbahagia.... Bersama seorang guru disuatu sekolah di Bogor kami biasanya sering mendiskukan berbagai macam permasalahan dan prilaku anak disekolah tersebut. Mulai dari yang ringan sampai yang terkadang agak berat.

Suatu ketika sang guru menceritakan salah seorang muridnya yang sangat sulit sekali di didik dan di ajar.... anak ini terlihat agak lambat menerima pelajaran katanya. Beberapa kali kita cobakan cara yang kira-kira tepat untuk membantu anak ini. Namun sepertinya belum membuahkan hasil yang membahagiakan.

Beberapa waktu berlalu, saya masih sering berkomunikasi, dan masih terus berusaha untuk membantu si murid agar bisa menjadi lebih baik; namun berbagai cara telah dicoba ternyata belum berhasil juga. Kali ini rupanya kami berdua sepertinya sedang di Uji oleh Tuhan.

Setelah lebih dari 1 tahun berselang kami bertemu lagi dengan Ibu guru tersebut; dia bercerita dengan wajah yang berbinar-binar menceritakan bahwa ia telah berhasil membuat kemajuan yang berarti badi muridnya itu. Wah saya juga jadi ikut bahagia mendengar berita baik itu. Namun saya jadi penasaran metedo apa yang telah ditemukan oleh si Ibu Guru tadi sehingga ia berhasil membuat muridnya menjadi lebih baik dan berprestasi lebih bagus....

Dengan penuh penasaran saya bertanya padanya; Ibu bagaimana caranya sampai bisa berhasil.....?

Bagini ayah.... suatu malam saat saya sedang beribadat saya teringat murid saya itu; kemudian seketika itu saya coba membayangkan wajahnya baik-baik....lalu perlahan-lahan saya mengadukan hal ini pada Tuhan; Saya berkata, ya Tuhan....kami sudah berupaya keras untuk membuat anak ini menjadi lebih baik, kami sudah menggunakan berbagai macam cara untuk membantunya, Tapi toh kami belum berhasil juga....; Kami sudah tidak tahu lagi harus melakukan apa, Ya Tuhan tolonglah kami, kami hanya ingin anak ini menjadi lebih baik....., lalu saya bersujud sambil menitikkan air mata berharap supaya permohonan saya dikabulkan......

Lalu ibu guru itu melanjutkan, Sungguh diluar dugaan katanya; keesokan harinya mulai terjadi perubahan dan peningkatan yang sangat signifikan terhadap kemampuan belajar si anak; saya bukan main girangnya; betapa begitu banyak misteri dalam diri anak kita yang masih belum berhasil kita ketahui dan begitu banyak misteri dalam diri murid kita yang belum berhasil di kupas oleh pengetahuan. Namun ternyata tidaklah demikian bagi Tuhan; segala yang tidak mungkin bagi kita selalu mungkin bagi Tuhan.

Para orang tua.... Saya sungguh terharu mendengarkan penuturan sang ibu guru tadi; tak sadar airmata sayapun menitik membahasahi pipi; Lalu pada malam harinya dalam sujud kepada Tuhan....saya merenung ...,.....Wahai Tuhan....Seandainya saja di negeri ini ada lebih banyak guru yang begitu mencintai muridnya; dan mau mendoakan muridnya secara sungguh-sungguh, saya yakin sebesar apapun persoalan yang kita hadapi akan mampu kita pecahkan..... tentunya dangan Izin dan KekuatanMu Tuhan.

Keajaiban Otak Anak Kita


Para orang tua dan guru yang berbahagia
Sejak tahun 80an dunia pendidikan dan pengasuhan anak telah mengalami revolusi yang sungguh menakjubkan. Hal ini terutama disebabkan karena manusia telah berhasil mempelajari sebagaian besar fungsi-fungsi dan cara kerja otak manusia secara menyeluruh

Bahkan professor Green Field dari BBC bekerjasama dengan Dr. Henry Marsh dari Atkinson Morley Hospital London, telah berhasil melaksanakan dan meliput sebuah operasi pembedahan otak dimana batok kepala si pasien di buka dan otaknya dapat dilihat dan dipelajari dalam keadaan hidup. Pada saat pembedaan tersebut si pasien sendiri dalam keadaan sadar dan dapat diajak berbicara. Sebuah cara penelitian yang Luar Biasa...!

Selain itu masih banyak lagi peneliti lain yang juga melakukan riset mendalam mengenai fungsi-fungsi kerja otak manusia. Salah satu yang paling terkenal adalah Prof. Marian Diamond, dari University of California, Berkeley. Diamond diberi kepercayaan untuk membedah otak Einstein.

Para orang tua dan guru yang berbahagia...
Ternyata beberapa fakta dan temuan ilmiah dari penelitian otak tersebut telah berhasil mengubah pandangan-pandangan mengenai mitos yang berkembang seputar otak dan kecerdasan manusia.

Dahulu sebagian besar orang percaya bahwa cerdas itu bersumber dari faktor keturunan; sementara fakta membuktikan bahwa perkembangan kecerdasan lebih disebabkan oleh perkembangan sel-sel syaraf otak yang dipicu oleh lingkungan yang kaya akan rangsangan pembelajaran dan makanan yang banyak mengandung omega 3.

Dahulu orang percaya bahwa Cerdas adalah anugerah Tuhan hanya pada anak-anak tertentu, sementara fakta membuktikan bahwa setiap anak terlahir memiliki jumlah sel otak yang lebih kurang sama. Sementara lingkunganlah yang menentukan perkembangan otak anak selanjutnya.

Gardner juga menemukan bukti bahwa masing-masing orang memiliki struktur simpul yang berbeda-beda pada otaknya, dimana masing-masing simpul ini berhubungan dengan kemampuan-kemampuan yang bersifat khusus; yang oleh kebanyakan orang disebut sebagai potensi bakat/talenta. Oleh karenanya setiap orang pada dasarnya memiliki keunggulan unik sesuai dengan struktur simpul pada otaknya masing-masing.

Dahulu Jenius dipahami hanya milik orang-orang tertentu; ada juga yang beranggapan sebagai bentuk kelainan yang positif. Sementara fakta menunjukkan bahwa sesungguhnya setiap anak sudah dilengkapi dengan Softwere untuk dapat menjadikannya sebagai Jenius. Softwere tersebut sering diistilahkan sebagai The Highly Order Thinking atau Cara Berpikir Tingkat Tinggi. Siapapun orangnya yang berhasil mengoptimalkan kerja softwere ini sejak usia dini hingga dewasa maka dapat dipastikan ia akan bisa menjadi orang yang Jenius atau paling tidak akan menjadi orang yang sangat kreatif.

Demikian pula dengan proses mendidik dan mengasuh anak; Para peneliti telah menemukan bahwa otak manusia terdiri atas tiga susunan yakni otak Reptil, Otak Mamalia dan Otak Neo Kortex. Otak Reptil berfungsi untuk mengatur sistem otomasi tubuh dan pertahanan; seperti mengatur suhu tubuh, detak jantung juga pertahanan yakni melawan atau menghindar. Otak Mamalia berfungsi mengatur pergerakan Emosi, apakah itu mengarah kepada emosi Positif atau ke arah Negatif. Sementara otak Neo Kortex berfungsi untuk proses berpikir Kreatif dan Logika.

Temuan yang fenomenal adalah Bahwa Reaksi manusia ditentukan oleh otak mana yang bekerja atara Otak Reptil atau Otak Berpikir, Kedua Otak ini hanya bisa bekerja secara bergantian, tergantung reaksi emosi mana yang diterimanya; Apa bila reaksi emosi yang diterimanya bersifat negatif, maka secara otomatis akan mengaktifkan otak reptil dan apa bila reaksinya cenderung positif maka otak berpikirnyalah yang aktif.

Para orang tua dan guru yang saya cintai...., Yang perlu diingat adalah Apa bila dari peristiwa yang dialami telah menimbulkan emosi yang negatif hal ini akan memicu aktifnya otak reptil, jika yang aktif adalah otak reptil maka reaksi seseorang juga akan mirip seperti binatang reptil. Jadi apa bila selama ini reaksi anak anda ada yang kira-kira mirip seperti reptil seperti memukul, membentak, membanting dsb, jangan-jangan selama ini anda telah sering menekan emosinya hingga otak reptilnya sangat aktif.

Sementara para ahli juga menemukan bahwa manusia, baru dapat berpikir dan belajar pada saat Berpikirnya aktif. Jadi apa bila kita ingin seseorang dapat berpikir dan belajar kita harus berusaha mengaktifkan Otak Berpikirnya dengan cara menimbulkan emosi-emosi positif.

Berangkat dari temuan inilah para ahli mencoba menyusun ulang pola pendidikan dan pola asuh orang tua pada anak-anaknya, agar dari setiap proses interaksi menghasilkan reaksi emosi positif yang membangkitkan otak berpikirnya bukan malah otak reptilnya seperti yang kebanyakan terjadi saat ini.

Demikian juga dalam proses belajar mengajar; para ahli semakin yakin bahwa metode pembelajaran itu harus meliputi pemahaman lahir dan bathin; menyenangkan dan penuh tantangan.

Revolusi dibidang ilmu pendidikan dan pengajaran menemukan bahwa cara-cara belajar yang menimbulkan tekanan fisik dan psikologis pada siswa seperti Strap, PR/Tugas-tugas yang berlebihan dan sebagainya tidaklah cocok digunakan untuk sistem pembelajaran manusia.

Para orang tua dan guru yang saya cintai...., Demikianlah ilmu pengetahuan telah berkembang begitu cepatnya dari bulan-kebulan dan dari tahun-ketahun. Sudah saatnya kita para orang tua dan pendidik untuk terus memperkaya diri dengan mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan agar bisa menjadi yang terdepan dan terbaik dalam mendidik dan membesarkan anak-anak kita........

Anak belajar dari lingkungan terdekat mereka


Puisi anak karya Dorothy Low Nolte

Seorang Peneliti dari Jepang, Masaru Emoto telah berhasil menemukan efek kata-kata dan pikiran terhadap air. Air yang di ucapkan kata-kata yang positif akan membentuk butiran kristal yang sangat indah dan sempurna, sementara air yang diucapkan kata-kata yang negatif akan membentuk gumpalan buruk tak beraturan. Karena dalam tubuh anak kita memiliki kandungan air lebih dari 80% maka setiap kata yang kita ucapkan juga akan memberikan efek yang serupa pada anak kita;

Seorang Penulis Puisi Dorothy Low Nolte pernah menulis sebuah karya indah yang berjudul ”Children Learn from What They Live With”. Puisi ini ternyata tidak hanya sekedar puisi biasa melainkan sebuah maha karya yang telah dibuktikan kebenarannya oleh Masaru Emoto dan didedikasikan khusus untuk para orang tua diseluruh dunia..
Smart Listener....Mari kita simak bersama gubahannya....

Jika anak anda banyak dicela maka;
Ia akan terbiasa menyalahkan orang lain.
Jika anak anda banyak dimusuhi maka;
Ia akan terbiasa menentang dan mendendam
Jika anak anda banyak ditakut-takuti maka;
ia akan selalu merasa cemas dan gelisah
Jika anak anda banyak dikasihani maka;
Ia akan terbiasa meratapi nasibnya
Jika anak anda selalu di olok-olok maka;
Ia akan menjadi rendah diri dan pemalu
Jika anak anda selalu dilingkupi oleh rasa iri maka;
Ia akan terbiasa merasa bersalah
Jika anak anda selalu dibohongi maka;
Ia akan terbiasa hidup dalam kepalsuan
Jika anak anda terlalu banyak ditolong maka;
Ia akan terbiasa hidup tergantung pada orang lain

Akan tetapi ...........
Jika anak anda banyak diberi pengertian maka;
Ia akan terbiasa menjadi penyabar
Jika anak anda banyak diberi dorongan maka;
Ia akan terbiasa untuk percaya diri
Jika anak anda banyak dipuji maka;
Ia akan terbiasa untuk menghargai orang lain
Jika anak anda selalu diterima oleh lingkungannya maka;
Ia akan terbiasa menyayangi dan mengasihi
Jika anak anda tidak banyak dipersalahkan maka;
Ia akan bangga menjadi dirinya sendiri
Jika anak anda banyak mendapatkan pengakuan maka;
Ia akan dengan pasti menetapkan tujuan hidupnya
Jika anak anda diperlakukan dengan jujur maka;
Ia akan terbiasa untuk berbuat benar
Jika anak anda diasuh dengan tidak berat sebelah maka;
Ia akan terbiasa untuk berbuat adil
Jika anak anda mengenyam rasa aman dirumah maka;
Ia akan terbiasa untuk mempercayai orang disekitarnya
Jika anak anda banyak diberi kesempatan maka;
Ia akan menjadi anak yang berani berekspresi dan kreatif
Jika anak anda banyak diberi kepercayaan maka;
Ia akan menjadi anak yang mandiri.
Jika anak banyak mendapatkan cinta kasih maka;
Ia akan menjadi orang yang peduli dan penuh empati.

Batapa Indahnya dunia ini....

Wahai para orang tua dimanapun anda berada.....
Sesungguhnya kitalah yang menentukan akan menjadi seperti apa wajah dunia ini melalui anak-anak kita tercinta....

Wednesday, April 23, 2008

My Sweet home......


Suatu hari Debby kecil baru saja mendapat pelajaran menggambar di TK tempatnya bersekolah. Kali ini temanya adalah “My Sweet Home” atau Keluargaku Tercinta.

Setelah selesai gambar itupun dibawanya pulang... Debby kecil sangat ingin sekali menunjukkan hasil karyanya tersebut kepada orang tuanya, saat nanti setelah keduanya pulang dari kantor.

Tibalah waktu yang ditunggu-tunggu,.... Mama...papa... lihat ini aku baru saja mendapat pelajaran menggambar....., Oh ya.... kata kedua orang tuanya, lalu di sodorkannya gambar itu untuk dilihat oleh Mama dan papanya....., Gambar apa ini sayang......, Aku sama bu guru tadi diminta untuk menggambar “My sweet home”..... , Lalu kedua orang tua itu memandangi gambar anaknya seraya bertanya..... ini siapa sayang..... ini aku.... trus kalo yang ini siapa..?, ini kakak...., Nah...kalo yang dua orang, peluk-peluk kamu ini siapa..?.....ini Mba sama Suster... trus Mama sama Papa mana sayang...? Mama sama papa gak ada, kan Mama sama papa gak pernah ada dirumah......

Bukan main tersentak hati kedua orang tua tersebut....mereka saling berpandangan...dan tanpa sadar...bulir..bulir... air mata mulai menitik membasahi pipi mereka..... Dipeluknya erat-erat...putri kecil tercintanya itu.... dan dengan suara bergetar sang mama berucap.....maafkan mama dan papa ya sayang...... apa yang kamu harapkan dari mama biar gambar mama bisa ada dirumah kecil kamu ini........

Para orang tua yang berbahagia..... sadarkah kita bahwa hampir setiap hari kita tinggalkan anak kita dirumah bersama dengan pengasuhnya.... Di pagi hari dia tidak sempat melihat orang tuanya....ya karena kita telah pergi jauh lebih pagi lagi...., Dimalam hari saat yang paling dinantikan bahwa ia bisa bertemu orang tuanya, tapi apa, yang ia dapatkan hanyalah sisa-sisa tenaga dan amarah yang bawa orang tuanya dari kantor sebagai oleh-oleh bagi dirinya....

Jadi jangan kaget bila anak kita menganggap orang tuanya adalah sebagai tamu yang kebetulan singgah dan menginap dirumah setiap hari, dan bukan merupakan bagian dari keluarganya.

Mari kita bangun Indonesia yang kuat melalui anak-anak kita tercinta....

Kisah kasih seorang Ibu... Sepanjang Masa

Si Budi adalah anak yang kebetulan terlahir cacad, satu dari dua telinganya tidak memiliki daun telinga. Pada saat usianya mulai menginjak lima tahun, Budi kecil sering sekali di ejek oleh teman-temannya. Hingga Budi yang tadinya adalah anak periang belakangan ini menjadi anak yang diam, pemurung, dan cenderung lebih suka menyendiri. Kedua orang tua Budi begitu sedih melihat hal ini terjadi pada anaknya. Ibunya yang begitu sayang padanya, kerap kali selalu memotivasi si Kecil Budi untuk tidak malu dan rendah diri akan kekurangannya tersebut. Namun usaha demi usaha yang dilakukan orang tuanya sepertinya sia-sia belaka. Dari hari ke hari Budi semakin tidak mengurung diri dan bertemu dengan teman-temannya.

Sampailah suatu ketika orang tuanya mengabari bahwa ada seorang dari surga yang akan membantu Budi untuk memperbaiki daun telinganya melalui proses operasi pencangkokan telinga... Budi kecil sangat bahagia sekali...mendengar berita itu meskipun dalam hati ia bertanya-tanya siapa gerangan orang ini dan apa bisa telinganya di cangkok menjadi bagus seperti telinga yang satunya lagi.

Singkat cerita operasi itupun berjalan lancar dan sukses. Kini Budi memiliki dua telinga yang normal seperti anak-anak lainnya. Dan tentu saja sejak saat itu Budi kembali menjadi anak yang periang dan kembali aktif seperti sedia kala. Akan tetapi didalam hati Budi ada satu pertanyaan yang belum terjawab. Siapakah Gerangan orang dari Surga tersebut yang telah begitu mulia mau mencangkokan telinga bagi dirinya. Namun setiap kali hal ini ditanyakan pada kedua orang tuanya, Budi selalu mendapat jawaban “Sayang kelak kamu akan tahu dengan sendirinya siapa orang itu.

Sampailah Budi kini sudah menjadi orang Dewasa yang sudah bekerja di luar daerah dan tinggal jauh dari kedua orang tuanya.

Suatu ketika Budi begitu kaget mendapat berita bahwa Ibunya dalam kondisi sakit keras dan Kritis. Segera saja Budi memutuskan untuk mengambil cuti dan segera menengok ibunya. Sayang sekali begitu Budi tiba dirumahnya Ibunya telah pergi mendahului untuk berpulang pada Tuhan Yang Maha Kuasa.

Budi bagitu sedih, kaget dan yang membuatnya lebih terpukul lagi manakala ia melihat Ibunya sedang dimandikan, dan menemukan bahwa salah satu daun telinga ibunya tidak ada....., Budi tidak pernah menyangka bahwa jika selama ini ibunya selalu memanjangkan rambut adalah untuk menutupi salah satu telinganya yang telah ia potong untuk di cangkokan pada dirinya. Budi mulai menitikkan Air Mata... betapa ia tidak pernah mengetahui bahwa orang yang datang dari Surga itu ternyata adalah ibunya sendiri dan kini tanpa sepengetahuannya pula orang tersebut telah kembali lagi ke Surga tanpa Budi berada disampingnya.

Para orang tua dan guru yang berbahagia....sadarkah kita bahwa sesungguhnya begitu besar cinta seorang ibu pada anaknya....apapun rela ia korbankan demi anaknya tercinta....Ibu kita tidak pernah meminta apun sebagai imbalannya. Tapi mengapa terkadang hanya untuk mendengarkan atau mengikuti nasehatnya saja kita begitu sulitnya, meskipun sesungguhnya nasehat-nasehat itu hanya untuk kebaikan hidup kita dan sama sekali bukan untuk kebaikan ibu kita....

I love you Mommy.....


Suatu hari di salah satu bandara international nampak seorang wanita karir yang sepertinya sedang sangat tergesa-gesa menuju telepon umum. Ternyata ia hendak menelpon putri kecilnya yang sering ia tinggal dirumah sendirian...., Hallo....., Jesica katanya, kamu baik-baik ya dirumah...hari ini mama sedang ada urusan bisnis, sibuk sekali....lalu setelah itu teleponpun segera ditutup. Wanita tadi segera berjalan untuk menuju counter check in pesawat. Namun selang beberapa detik telepon yang digunakannya tadi berdering dan berdering lagi....., mulanya ia ragu untuk mengangkat. tapi pada akhirnya dengan rasa kesal dia kembali ketelpon umum tadi dan mengangkatnya. diseberang sana terdengar suara seorang perempuan berkata....Maaf ibu saya operator telepon yang barusan menyambungkan pembicaraan ibu dengan putri kecil ibu...., Oh iya ada apa ? Apa saya kurang bayar...? katanya., Oh tidak ibu , saya hanya ingin menyampaikan bahwa pada saat ibu menutup telpon tadi, sesungguhnya putri kecil ibu sedang berkata “I love you mommy.....”


Para orang tua yang berbahagia....Sadarkah kita bahwa sering kali hampir seharian penuh kita tinggalkan anak-anak kita dirumah, dan waktu yang kita berikan kepadanya begitu sedikitnya, tapi sayangnya mengapa kita tidak mau meluangkan waktu kita yang sedikit itu untuk mendengarkan anak kita sampai selesai bicara....


Para orang tua yang berbahagia..., saat ini...ya detik ini juga.... Mengapa bukan kita yang menghubungi mereka.... ya.... paling tidak untuk mengucapkan sepotong kalimat “ Sayang.... maskipun mama sibuk.... mama tetap ingat dan sayang sekali sama kamu.....


Mari kita bangun Indonesia yang kuat melalui anak-anak kita tercinta....

Apakah jadi orang tua "yang baik" perlu belajar...?


Hampir setiap minggu saya memberikan program Parenting; yakni sebuah program yang bertujuan untuk melatih para orang tua agar bisa memahami dan mendidik anaknya dengan cara yang lebih tepat sehingga kelak ia akan menjadi orang tua yang dicintai oleh anaknya; dan anaknyapun akan sukses mencapai potensi terbaik yang dimilikinya.

Para orang tua dan sahabat parenting club yang berbahagia...

Dalam program parenting biasanya saya selalu manyampaikan bahwa dengan cara kita mendidik; maka kita bebas untuk menentukan apakah kita akan menjadi orang tua yang ditakuti atau menjadi orang tua yang dicintai oleh anak kita. Secara pribadi saya katakan jika saya menjadi anak; tentunya saya mendambakan sebuah cara mendidik yang menjadikan saya patuh pada orang tua saya karena saya mencintainya bukan karena saya takut kepadanya.

Namun pada parenting program kali ini rupanya saya beruntung sekali mememiliki peserta yang luar biasa kritis dan berani berkata jujur; sehingga ditengah-tengah penyampaian materi saya, tiba-tiba salah seorang peserta menyela dengan sebuah komentar..

Begini katanya.....

Ayah Edy... Maaf ya.... menurut saya program ini sepertinya perlu gak perlu..., Jujur saja, orang tua saya dulu tidak pernah ikut parenting program semacam ini tapi kok ya saya juga jadi orang gitu lho.., lalu anda sendiri bagaimana apakah orang tua anda dulu juga ikut program parenting gitu lho.....?

Wah rupanya peserta saya ini selain kritis, berani, jujur dia juga ternyata cukup gaul gitu lho....!

Ya....saya katakan bahwa saya bahagia sekali dengan adanya pernyataan spontan semacam ini yang disampaikan secara terbuka didepan umum; karena selama ini sesungguhnya saya khawatir dan sudah menduga pasti ada orang tua yang berpikiran semacam ini; dan sungguh akan sangat disayangkan jika orang tersebut ternyata tidak mau menyampaikan secara terbuka, melainkan hanya disimpan di dalam hati; maka ini tentunya akan menjadi faktor penghambat terbesar bagi usahanya untuk menjadi orang tua yang lebih baik bagi anak-anaknya.

Ya.... saya jadi teringat bahwa salah seorang praktisi pendidikan anak pernah mengatakan; bahwa kesalahan besar kita para orang tua dalam mendidik anak adalah dengan selalu melihat kebelakang dan bukannya melihat kedepan. Oleh karenanya seperti orang yang berjalan; jika kita melihatnya selalu kebelakang maka anda bisa prakirakan apa akibatnya...

Menurutnya lagi; ada 2 kemungkinan besar mengapa meskipun waktu itu orang tua kita tidak mengikuti program parenting; namun anaknya tetap bisa mencapai sukses;

  1. Naluri yang tepat dari orang tua
    Setiap orang tua memiliki Naluri mendidik anak masing-masing; yang pada umumnya sebagian besar caranya diwarisi secara turun-temurun dari orang tuanya, yang selanjutnya akan berkombinasi dengan tipologi kepribadiannya sendiri dan lingkungan sekitar yang membentuknya. Untuk orang tua yang mewarisi tradisi mendidik yang baik dari orang tuanya; ditambah dengan pola kepribadian yang seimbang serta lingkungan yang baik pula; maka akan melahirkan pola mendidik yang baik pada anaknya. Namun faktanya tidak semua orang tua memiliki kepribadian yang seimbang; dan tidak semua orang mewarisi cara mendidik yang baik dari orang tuanya; itu artinya tidak semua orang tua memiliki naluri mendidik yang tepat jika hanya mengandalkan pengalaman masalalunya. Seorang peniliti prilaku pernah melakukan penelitian terhadap beberapa pemimpin yang otoriter dan tiran seperti Hitler dan Pol pot; ia menemukan bahwa prilaku para pemimpin tiran itu ternyata adalah warisan turun-temurun dari pola didik keluarganya; artinya adalah bahwa cara mendidik yang salahpun ternyata akan berlangsung secara turun-temurun dari generasi ke generasi kecuali apa bila ada satu generasi yang mau berusaha untuk mengakhirinya. Dan bagaimana mengakhirinya itulah mengapa program parenting diselenggarakan.
  2. Kondisi Lingkungan sekarang yang sangat jauh berbeda dengan jaman kita kecil dahulu Seorang ahli pendidik mengatakan bahwa orang tua berperan 70% dalam proses membentuk pola prilaku anak; akan tetapi apa bila orang tua tidak melakukan perannya dengan baik maka lingkunganlah yang mengambil peran 70% tadi.

Jadi betapa beratnya tantangan orang tua saat ini yang harus berjuang berebut peran dengan lingkungannya.

Tentu saja dalam hal ini saya yakin kita sepakat bahwa Kondisi Lingkungan saat ini sangat jauh sekali perbedaanya dengan kondisi lingkungan 30 tahun yang lalu dimana sebagian besar para orang tua dibesarkan.

Mari kita perhatikan perbedaannya; bagaimana kita melihat sejarah bahwa kondisi lingkungan jaman Kartini dibesarkan sangat jauh berbeda dengan jaman orang tua kita dibesarkan; begitu juga kondisi lingkungan jaman kita dulu kita dibesarkan sangatlah berbeda dengan lingkungan jaman anak-anak kita kini saat ini.

Sementara menurut penelitian bahwa lingkungan merupakan faktor pembentuk terbesar ketiga terhadap pola prilaku anak setelah Orang tua dan Guru. Dan Lingkungan akan menjadi faktor pembentuk prilaku pertama mana kala orang tua dan guru tidak lagi berperan secara efektif.

Untuk lebih jelasnya mari kita perhatikan pergeseran yang terjadi antara generasi kita dan generasi anak kita;
Zaman kita dulu dibesarkan; ya... masih ingat, ada berapa stasion TV yang ada pada saat itu..? kemudian dari Stasion yang ada kala itu program-program seperti apa yang banyak ditayangkan dan dicontoh oleh kita jaman itu. Bandingkan dengan jaman anak kita dibesarkan; ada berapa station TV yang ada saat ini...?; kemudian dari sekian banyak stasion yang ada; program-program macam apakah yang banyak ditayangkan dan dicontoh oleh anak-anak kita jaman ini...?

Mari kita perhatikan lagi fakta berikut ini......., Penyalahgunaan obat terlarang jaman kita dulu dibesarkan; baru merambah tingkatan perguruan tinggi dan remaja dengan usia rata-rata 25 tahun keatas. Namun saat ini penyalahgunaan obat-obat terlarang tersebut sudah merambah ke tingkat anak-anak usia sekolah dasar dan sudah berhasil menembus masuk kedalam sekolah pula.

Lalu perhatikan lagi saat ini betapa mudahnya anak kita membeli surat kabar dengan berita kekerasan dengan harga yang sangat murah; Betapa Video-video porno bebas beredar tempat-tempat orang berkumpul menunggu angkutan umum dan harganya terjangkau pula oleh uang jajan anak-anak kita....

Wahai para orang tua yang berbahagia......mari sama-sama kita renungkan.... apakah kita para orang tua dan guru masih mengambil peran utama dalam membentuk prilaku anak-anak kita saat ini. Ataukah justru peran utama itu secara tidak sadar ternyata sudah diambil alih oleh Kondisi Lingkungan......

Saya jadi teringat akan sebuah pesan yang di sampaikan oleh Seorang Nabi yang Agung dan Luhur....begini kira-kira isinya.....: Wahai para sahabatku kita hidup pada jamannya dan anak kita hidup pada jamannya maka ajarilah mereka untuk bisa hidup dan selamat menghadapi jamannya...

Sungguh Luar Biasa; bahwa hal ini telah dicetuskan oleh seorang Nabi Yang Agung lebih dari 500 tahun yang lalu, jauh sebelum para pendidik besar jaman ini memperjelas apa maksud mulia yang terkandung didalamnya.

Wahai para orang tua yang berbahagia, kini semuanya terpulang pada kita apakah kita ingin tetap mendidik anak-anak kita dengan berpegang pada kesuksesan masa lalu kita atau kita akan mendidiknya berdasarkan pandangan yang jauh kedepan bagi masa depannya..........

Semoga kita bisa jumpa diprogram parenting kita berikutnya......

TIPS MENCARI SEKOLAH BERKUALITAS


Hasil Penelitian Sistem Sekolah secara umum
  1. Berpusat pada Jasmani saja, bukan pada Jasmani dan Rohani (Holistic) kurangnya pemahaman mengenai aspek rohani yang meliputi fungsi-fungsi kerja otak dan psikologi perkembangan anak dll.
  2. Berpusat pada kepentingan guru bukan murid (yang penting sdh ngajar tak perduli murid mengerti atau tidak) Pertanyaan yang lazim diantara para guru dan kepala sekolah....eh sudah sampai dimana ngajarnya....? wah aku mesti ngebut nich waktunya sudah hampir habis.
  3. Berpusat pada target materi/kurikulum bukan dinamika kelas (yang penting target selesai, tak perduli kelas pasif, ribut atau murid bolos sekalipun)
  4. Berpusat pada pemahaman fungsi otak yang terbatas (IQ) bukan pada Multiple Intelligence (Kecerdasan Unik tanpa batas) Pengakuan anak pandai yang sangat terbatas pada kemampuan Eksakta & Verbal. “Jadi wajar bila dalam tiap kelas paling-paling Cuma ada 5 orang saja yang pandai dan bisa mengikuti pelajaran dengan baik.
  5. Berpusat pada kemampuan Naluri Mengajar bukan pada keahlian profesional mengajar berdasarkan pelatihan. (Sebagian besar guru mengajar berdasarkan naluri dan sedikit pengalaman bagaimana mereka dulu di ajar)
  6. Berpusat pada LOWER ORDER THINKING bukan Highly Order Thinking. (Menghapal soal yang Jawaban sudah ada/dimiliki gurunya)
  7. Berpusat pada 1 Model TES (Verbal Test Model/Schoolastic Aptitude Test) bukan berdasarkan tes beragam yang disesuaikan dengan jenis bidang dan mata ajar dan keunggulan spesifik anak.
  8. Berpusat pada hasil akhir (hanya sebagai uji ingatan bukan pada proses perbaikan yang diamati dan dicatat dari waktu kewaktu)
  9. Berpusat pada proses Imaginatif bukan realitas (anak kita tidak pernah mengerti manfaat ilmu yang diajarkan bagi realitas hidup mereka kelak)
  10. Guru sebagai sumber kebenaran (sindrom Teko Cangkir bukan korek api dan kayu bakar) bahwa guru hanya sebagai menuang air bukan pembangkin minat belajar anak.
  11. Berpusat pada ruang dan tempat yang terbatas. (Bayangkan anda duduk disatu ruangan selama berjam-jam, apa lagi kursinya keras) nah itulah yang dialami murid-murid di sekolah kita, duduk dibangku yang keras selama berjam-jam.
  12. Miskinnya pemberian dukungan belajar/Motivasi dari para guru (guru lebih suka memuji yang sukses dari pada membangkitkan yang gagal serta memuji usaha kebangkitannya, terlepas dari kegagalan demi kegagalan (Sindrom Belajar Sepeda) Dalam belajar sepeda kita bisa baru bisa naik sepeda setelah beberapa kali mengalami kegagalan. Tidak pernah ada anak yang langsung bisa naik sepeda tanpa pernah jatuh.
  13. Guru sebagai penguji bukan sebagai pembimbing, Guru merasa tidak bertanggung jawab terhadap kegagalan para siswanya dalam ujian yang dibuatnya sendiri. Salah satu sistem pendidikan di perguruan tinggi di AS. menempatkan doses sebagai pendamping, sedangkan yang menentukan kelulusan adalah pihak luar sekolah yang juga merupakan user dari si siswa. Kegagalan siswa dalam ujian sekaligus menunjukkan kegagalan dosen dalam mengajar.
  14. Berpusat pada Tradisi bukan Kreatifitas (HOT SPOT – Hot Spot adalah kurikulum dinamis dan pembahasan masalah yang tidak didasarkan pada buku wajib, malainkan dibahas dan dikembangkan dari kasus-kasus yang sedang terjadi disekitar kehidupan anak-anak), Sementara Tradisi Kurikulum adalah statis, selalu sama yang diajarkan dan sering kali tidak relevan dengan perubahan zaman yang dialami siswanya sekarang, sehingga pendidikan dari waktu-kewaktu tidak mengalami kemajuan. Ingat waktu kita masih kecil bagaimana kita diajari menggambar..... apa yang yang kita gambar.....? Pemandangan dengan dua buah gunung, jalan ditengahnya, pohon dipinggir jalan.....? nah itulah salah satu contoh metode “Tradisi” dalam mengajar.
  15. Sekolah Lebih tepat disebut sebagai Lembaga Pengajaran bukan Lembaga Pendidikan, (Mengajar adalah membuat tidak tahu menjadi tahu, tidak bisa menjadi bisa sedangkan Mendidik adalah membuat anak tidak mau menjadi mau.) Sasaran mengajar adalah Ilmu sedangkan sasaran mendidik adalah moral dan karakter. Oleh karena wajar jika banyak anak didik disekolah yang justru memiliki karakter sama seperti orang yang tidak terdidik.
II. Hasil Riset Sistem Sekolah Berbasiskan Multiple Intelligence dan Holistic Learning
Selain memperhatikan unsur-unsur tersebut di atas, ada beberapa poin yang dapat membantu orang tua dalam memilih sekolah yang benar-benar berkualitas bagi masa depan anaknya.
  1. Memiliki Konsep Sekolah yang jelas dan tepat.
    Konsep sekolah sangat penting, karena konsep ibarat sebuah “resep” dalam pembuatan kue, Hanya konsep yang tepat sajalah yang akan menghasilkan kue-kue yang berkualitas. Oleh karena itu jenis kue yang sama sering kali memiliki rasa yang berbeda-beda. Hanya kue dengan resep yang tepatlah yang dapat menghasilkan rasa yang lezat dan disukai.
  2. Pemahaman yang mendalam akan konsep sekolah
    Seluruh Jajaran mulai dari pimpinan, guru, administrasi secara keseluruhan mengetahui dan memahami Konsep Dasarnya yang dimiliki oleh sekolahnya, dan menerapkan konsep tersebut kepada siswa dalam proses belajar dan mengajar.
  3. Program Pengembangan SDM yang kontinu
    Guru-guru yang secara terus-menerus mendapat pelatihan dan program pengembangan yang berhubungan dengan pengetahuan dan kemampuan keahliannya.
  4. Melibatkan Orang tua dan anak secara aktif.
    Proses ini akan sangat membantu kedua belah pihak untuk dapat menjamin tersolusikannya setiap permasalahan anak. Karena anak pada dasarnya merupakan produk orang tua dan sekolahnya. Hal ini dapat dilakukan misalnya dengan mengadakan pelatihan pendidikan bagi orang tua, Voluntary Parent, Pemecahan Problem Prilaku Bersama, Kunjungan ke Objek Pembelajaran Luar Sekolah.
  5. Dasar Rekrutmen Guru-guru yang tepat.
    Pemilihan guru dan para pendidik harus lebih mengutamakan pada Kecintaan kepada anak serta bidang pendidikan bukan pada Gelar-gelar akademik semata, karena banyak sekali guru yang bergelar tinggi tapi justru tidak mencintai bidangnya.
  6. Guru yang memahami psikologi perkembangan anak
    Para gurunya memiliki pemahaman yang mendalam mengenai psikologi anak dan pendidikan. (Psikologi Perkembangan, Gaya Belajar, Komunikasi). Dia bisa menjelasakan tidak hanya apa yang diberikan dalam proses pembelajaran akan tetapi juga mengapa dan untuk apa hal itu diberikan pada anak.
  7. Para guru yang menguasai teknik-teknik pengajaran dan pendidikan.
    Guru harus menempatkan posisinya sebagai sahabat bagi siswa bukan sebagai instruktur; sehingga siswa merasa belajar dengan sahabatnya bukan dengan instrukturnya.
  8. Sistem dan Pola Pembelajaran yang mengacu pada proses perkembangan kemampuan secara berkala, bukan pada ujian akhir.
    Penilaian hasil sebuah pembelajaran adalah proses peningkatan dari waktu-kewaktu kemampuan siswa, mulai dari tidak bisa menjadi bisa dan mahir bukan hanya berbasiskan tes/ujian di akhir masa pembelajaran saja. Sistem ini disebut sebagai “Portfolio Management”
  9. Sistem Pendidikan dan Pengajaran yang memberdayakan kemampuan uggul “unik” setiap anak. Tidak memberlakukan sistem ranking dan rata-rata kelas, akan melainkan menggunakan sistem yang mengidentifikasi keunggulan dan kelemahan masing-masing individu dengan berfokus pada keunggulannya. Sehingga anak paham akan potensi keunggulan dirinya masing-masing.
  10. Tidak menggunakan kelas sebagai satu-satunya tempat belajar.
    Setiap tempat adalah tempat belajar yang baik dan sempurna bagi siswa, sementara kelas adalah hanya salah satunya.
  11. Tidak menggunakan papan tulis dan buku sebagai satu-satunya media belajar.
    Media belajar yang baik adalah dengan membuat alat pembelajaran sendiri dari lingkungannya dengan mengandalkan ide-ide kreatif dari guru dan siswa. Buku dan papan tulis hanyalah alat bantu untuk memvisualisasikan apa yang diinginkan oleh guru pada siswanya.
  12. Materi yang seimbang antara akademik dan life skill.
    Diluar sekolah anak akan menghadapi berbagai macam tantangan kehidupan nyata bagi dirinya saat ini dan kelak setelah dewasa. Oleh karena itu pembelajaran kehidupan dan bagaimana untuk dapat hidup dimasyarakat jauh lebih utama untuk dikuasai oleh para siswa. Bukan hanya mengagung-agungkan nilai EBTA, Sumatif Tes atau IPK, yang nyata-nyata kontribusinya tidak besar bagi sukses kehidupan anak kelak.
  13. Mau menerima masukkan dari luar untuk proses pengembangan sistem pembelajaran.
    Jelas bahwa sekolah bukanlah institusi yang paling sempurna dalam mendidik dan mengembangkan kemampuan siswa, oleh karenanya sekolah sangat memerlukan berbagai masukan yang tepat dari berbagai pihak untuk dapat mendidik lebih baik.
  14. Anak antusias, kreatif, kritis dan senang sekali bersekolah dan diajak bicara tentang sekolahnya. Ini merupakah alat ukur yang paling mudah bagi orang tua yang ingin mengetahui apakah sekolah yang dipilihnya cocok untuk anaknya.
  15. Anak kita akan menjadi lebih baik dalam waktu 3 s/d 6 bulan.
    Sistem pendidikan yang baik tidak perlu membutuhkan waktu lama untuk mengembangkan anak didiknya, baik yang berhubungan dengan kemampuan krititis ataupun prilaku terpuji dari anak kita. Perubahan itu seharusnya akan mulai terlihat dan dirasakan oleh orang tua pada semester-semester awal dan terus berlangsung sepanjang periode pembelajaran.
Note:
Jika anda ingin mendapatkan penjelasan lebih lengkap, ikutilah program bimbingan memilih sekolah berkualitas melalui “Parenting Program” yang diselenggarakan ayah Edy di Radio Smart FM.

Home Schooling ala Thomas Alva Edison


Kali ini kita akan belajar dari sejarah Ibunda Thomas Edison dalam mencetak anaknya menjadi sang Jenius Dunia.Para orang tua dan guru yang saya cintai........Masih ingatkah anda dengan kisah Thomas Alva Edison.. Ilmuan terkemuka dunia yang di Drop Out dari sekolahnya, pada 3 bulan pertama masa pembelajarannya di Sekolah Dasar....?Para orang tua dan guru yang saya cintai.....yang jadi pertanyaan menarik buat kita adalah..... bagaimana sang ibunda Thomas bisa mencetak anaknya menjadi seorang Ilmuan yang luar biasa dengan lebih dari 1000 temuan yang dipatenkan.Para orang tua dan guru yang saya cintai..... Sayangnya...tidak banyak yang di catat sejarah tentang riwayat ibu yang luar biasa ini, dalam membimbing anaknya hingga dewasa. Tapi yang jelas Thomas telah berhasil tumbuh menjadi orang yang sangat penuh percaya diri dan pekerja keras yang selalu berpikir positif.Para orang tua dan guru yang saya cintai.......diceritakan bahwa Nancy Alliot ibunda Thomas adalah ibunda yang penuh cinta kasih....., dia bukanlah seorang psikolog apalagi pakar pendidikin, Nancy hanyalah ibu rumah tangga biasa, seperti kebanyakan ibu-ibu pada zamannya.Nancy adalah ibu yang selalu memotivasi anaknya; Dia selalu mendorong anaknya untuk melakukan apa saja yang disukainya. Setiap kali Thomas mengalami kesulitan ibunya selalu berkata; Thomas kamu anak hebat nak, kamu pasti bisa menemukan jawabannya ! Mommy percaya itu sayang..!Dan setiap kali Thomas berhasil menemukan jawaban dari masalahnya Nancy selalu dengan antusias menanggapi cerita anaknya, ia selalu berapi-api menanyakan bagaimana sampai akhirnya Thomas berhasil menemukan jawabannya.Nancy juga selalu memeluk anaknya mana kala anaknya berhasil dalam melakukan sesuatu; sambil selalu mengucapkan “Kamu memang anak kebanggaan Mommy Nak.....”Para orang tua dan guru yang saya cintai......Pernah suatu ketika Thomas sedang melakukan experiment-experiment yang dibuatnya; dan dia mengetahui jawaban dari masalahnya; lalu dia bertanya pada Mommynya; dengan jujur Mommynya berkata; Thomas sayang Mommy tidak tahu semua yang kamu tanyakan, tapi Mommy akan cari tahu siapa orang yang bisa menjelaskan semua ini pada kamu. Maka diajaklah Thomas kecil untuk menemui orang-orang ahli dikotanya.Begitulah kejadian serupa terjadi berulang-ulang; Ibunda Thomas selalu jujur mengatakan keterbatasannya; tapi dia selalu memberi jalan keluar bagi anaknya. Termasuk suatu ketika pernah pertanyaan Thomas tidak bisa dijawab oleh siapapun; maka ibunya sibuk mengantarkan Thomas untuk mencari buku/referensi yang bisa menjelaskan seluruh keingintahuan anaknya,Namun sayangnya setelah berusaha selama berbulan-bulan orang dan buku yang dicari tak juga kunjung ditemukan...., Tapi Nancy tidak pernah patah semangat melainkan justru membakar anaknya dengan kata-kata yang begitu menginspirasi; “Thomas anakku sayang... kita telah buktikan bahwa ternyata tak seorangpun kita temukan bisa menjawab semua ini dan tak satu bukupun pernah ditulis orang tentang hal ini; Thomas sayang, Kamu tahu apa artinya...nak..., Ya...itu artinya kamulah yang diminta Tuhan untuk menemukannya bagi orang lain.... Ayo nak kamu coba dan coba terus..... Mommy yakin satu saat kamu pasti berhasil......!Para orang tua dan guru yang saya cintai.......Thomas begitu terinspirasi oleh setiap ucapan ibunya..... Cara-cara mendidik inilah yang telah membuat Thomas menjadi manusia luar biasa.. dan telah saya terapkan bagi kepada anak-anak saya dirumah.Para orang tua dan guru yang saya cintai.. bayangkan....Suatu ketika Thomas berhasil menemukan lampu pijar, setelah dengan susah payah melakukan percobaan hingga 999 kali. Kabar ini segera terdengar oleh surat kabar setempat dan besoknya segera muncul di halaman depan dengan judul;“ Thomas Alva Edison, akhirnya berhasil membuat lampu pijar yang tahan selama berhari-hari, setelah ia mengalami 999 kali gagal menemukan logam yang cocok digunakan untuk lampu pijarnya.”Thomas kaget luar biasa membaca Head Line berita itu; segera saja ia datangi kantor redaksinya dan melayangkan protes atas pemberitaan yang tidak tepat.Bukan main kagetnya sang Redaktur; dimana letak kesalahan berita itu.........?Esok paginya pada surat kabar yang sama keluarlah Ralat yang berbunyi;“Thomas Alva Edison, akhirnya berhasil membuat lampu pijar yang tahan berhari-hari, setelah ia berhasil menemukan 999 logam yang tidak cocok digunakan untuk lampu pijarnya.”Para orang tua dan guru yang saya cintai...... apakah anda dapat menangkap letak perbedaannya.........?