SATU-SATUNYA SITUS RESMI AYAH EDY

SATU-SATUNYA SITUS RESMI AYAH EDY
Bagaimana caranya..? Gabung di FB: komunitas ayah edy, download talkshow di www.ayahedy.tk

Tuesday, September 6, 2016



Kecerdasan itu adalah bawaan lahir setiap anak, itu kata prof. Howard Gardner dari Harvard Univerisity.

Sementara Etika perilaku itu tidak dibawa sejak lahir.

Jadi apa yang kami lakukan pertama kali pada anak kami dan anak-anak murid kami di sekolah adalah mendidik Etika Perilaku dan Moralnya terlebih dahulu sampai menjadi sebuah kebiasaan yang permanen.

Pada saat memberikan parenting rutin di sekolah beberapa waktu lalu seorang tua murid bunda Ratna berkomentar;

"Sungguh bahagia rasanya anak saya memiliki etika perilaku yang menjadi kekaguman diseluruh keluarga kami juga keluarga besar kami".

"Sampai sering kali mereka bertanya, bagaimana kamu bisa mendidik anakmu bisa memiliki etika sopan, santun sebaik ini "

-Ayah Edy & Bunda Ratna-
Sekolah Maha Karya Gangga
Singaraja, Buleleng, Bali


PENYEBAB MENURUNNYA ETIKA PERILAKU SEORANG ANAK DI SEKOLAH



Anak-anak angkatan baru di sekolah kami baru berjalan lebih kurang 2 pekan, ada hal yang menarik yang tidak biasa terjadi.

Anak-anak angkatan baru ini meskipun baru 2 pekan saja, telah banyak mengalami kemajuan perubahan perilaku yang sangat pesat.

Setelah kami telusuri ternyata hal ini bersumber dari para orang tua mereka yang sungguh-sungguh memberikan contoh pola asuh yang baik seperti yang diterapkan di sekolah kami.

Kami juga baru tahu bahwa para orang tua baru angkatan ke 2 ini mengyekolahkan di tempat kami karena mendengar dari para orang tua yang sudah lebih dulu menyekolahkan anaknya di tempat kami. Jadi rupanya mereka datang ke sekolah dengan semangat tinggi untuk siap berubah dan belajar menjadi orang tua yang lebih baik.

Itulah mengapa kami melakukan test kelayakan pola asuh orang tua pada setiap orang tua calon siswa di sekolah kami.

Tapi ada satu hal yang ganjil,  angkatan seniornya yang sudah 1 tahun bersekolah di tempat kami, beberapa anak mengalami penurunan perilaku terutama setelah musim liburan yang baru lalu.

Setelah kami telusuri dan kami undang orang tuanya,  penurunan perilaku anak ini bersumber dari ketidak konsistenan orang tua dalam menerapkan pola asuh yang selama ini kami anjurkan untuk di terapkan di rumah.  Banyak hal-hal yang telah kita sepakati di langgar oleh orang tua semisal, menonton sinetron di tv, bermain game yang mengandung unsur kekerasan dll.

Oleh karena itu beberapa anak yang orang tuanya tidak konsisten ini menjadi perhatian utama kami untuk terus kami pantau dan kami bimbing sampai orang tuanya benar2 mau bekerjasama secara konsisten.

Biasanya kami beri tenggat waktu selama 3 bulan, untuk kami berikan evaluasi lanjutan.

Apa bila dalam 3x3 bulan tidak juga mau berubah, maka kami tawarkan untuk mencari sekolah lain, karena kami tidak ingin perilaku anaknya mempengaruhi perilaku anak-anak lain yang orang tuanya konsisten dan anaknya sudah berperilaku baik.

Kami sungguh tidak ingin bahwa sekolah menjadi pusat kontaminasi penyakit sosial dari perilku anak yang kurang baik yang bersumber dari orang tuanya di rumah.  Kami benar-benar melindungi setiap anak dari kasus2 semacam bullying dan sejenisnya.

Namun demikian kami bersyukur bahwa mayoritas orang tua mendukung kebijakan sekolah kami, dan selalu siap untuk di ajak bekerjasama.

Terimakasih untuk ayah bunda orang tua siswa kami yang telah konsisten menjalin kerjasama dengan sekolah untuk kebaikan perilaku putera-puteri kita tercinta di rumah dan di sekolah.

Salam dari hati,
ayah edy
Pimpinan Sekolah Maha Karya Gangga
Singaraja, Buleleng
Bali.
Pak Petugas lalu lintas, bagaimana pendapat anda tentang realita ini...?
Hai Orang tua, masihkah kita akan membiarkan ini terus terjadi..?

Karena sebagai tetangga kami sudah tidak mampu lagi memberi pengertian pada orang tuanya.

Apa ya solulis dan jalan keluarnya...?


ORANG-ORANG YANG KEBINGUNGAN AKAN TUJUAN HIDUPNYA



Ada harga tak terbayarkan, yakni sebuah kebahagiaan....

Itulah yang selalu saya rasakan, ketika baru saja memberikan konseling pada salah satu orang dewasa yang masih kebingungan tentang tujuan hidup dan tujuan profesinya.

Banyak sekali ternyata orang yang usianya sudah cukup dewasa katakanlah sudah berusia 30 tahun dan memiliki jabatan yang cukup lumayan tapi hidupnya masih tidak bahagia dan merasa bahwa karir dan posisi ini bukanlah impiannya.

Saya menyebutnya ia sedang mengalami disorientasi tujuan hidupnya.

Hal ini ternyata tidak saja dialami oleh anak-anak dan remaja, tetapi juga dialami para orang dewasa.

Hari ini baru saja membimbing seorang yang sudah dan masih bersekolah di Amerika, yang masih bimbang dan tidak memiliki tujuan yang pasti akan jurusan sekolah yang dipilihnya.

Pernah juga sebelumnya saya membantu seorang yang sudah berprofesi yang menurut orang adalah impian setiap anak Indonesia. Namun masih juga mengalami disorientasi dan bingung.

Ada juga yang sudah menjabat sebagai manager di salah satu perusahan bergengsi tapi juga masih belum merasa pas dan disorientasi.







Mengapa ini terjadi...?

Banyak sekali penyebabnya,  salah satu diantaranya adalah karena sepanjang perjalanan kita bersekolah kita tidak pernah belajar tentang hakikat hidup ini... untuk apa kita hidup?  Apa tujuan kita terlahir ke dunia ini...? apa sesungguhnya misi hidup kita? 

Tanpa memahami ini semua maka disorientasi ini akan terjadi pada siapa saja, berapapun usianya.

Namun saya begitu bersyukur melalui proses konseling yang kita lakukan bersama, akhirnya bisa mengatasi disorientasi yang dialaminya.

Dan ketika ini terjadi saya melihat wajah-wajah bahagia dari mereka, dan tentu saja sayapun merasa bahagia yang tak terhingga.

Semoga Tuhan selalu membimbing langkah kita untuk bisa menjalani dan mencapai misi hidup kita secara lebih baik lagi.

Salam syukur penuh berkah....
-ayah edy-

MENCARI HADIAH PARCEL YANG MANFAAT ?

Sedang bingung mencari hadiah parcel yang isinya tidak hanya jajanan atau makanan pengenyang perut semata?

Kami menyediakan parcel buku-buku parenting. Parcel yang akan memberikan vitamin bagi otak dan pikiran.

Silahkan order via link berikut ini klik:  https://www.mizanstore.com/product/detail/55560-paket-ayah-edy-tas-dan-box


TES KELAYAKAN UNTUK PARA CALON ORANG TUA SISWA..?




Selama 14 tahun mencari tahu kenapa perilaku seorang anak bermasalah di sekolah,  kami menemukan paling tidak ada 37 kebiasaan mendidik orang tua dirumah yang keliru yang telah menghasilakn perilaku buruk pada anaknya.

Untuk itu para orang tua yang menyekolahkan anaknya di sekolah kami kami anjurkan untuk membaca buku ini dulu sampai tamat sebelum mengikuti tes kelayakan calon orang tua murid di sekolah kami.

Berikut ini kami tuliskan kembali beberapa kebiasaan yang mungkin terjadi saat ini di rumah ayah dan bunda sekalian.

1. Raja yang Tak Pernah Salah

Sewaktu anak kita masih kecil dan belajar jalan tidak jarang tanpa sengaja mereka menabrak kursi atau meja. Lalu mereka menangis. Umumnya, yang dilakukan oleh orang tua supaya tangisan anak berhenti adalah dengan memukul kursi atau meja yang tanpa sengaja mereka tabrak. Sambil mengatakan, “Siapa yang nakal ya? Ini sudah Papa/Mama pukul kursi/mejanya…sudah cup….cup…diem ya..Akhirnya si anak pun terdiam.

Ketika proses pemukulan terhadap benda benda yang mereka tabrak terjadi, sebenarnya kita telah mengajarkan kepada anak kita bahwa ia tidak pernah bersalah.

Yang salah orang atau benda lain. Pemikiran ini akan terus terbawa hingga ia dewasa. Akibatnya, setiap ia mengalami suatu peristiwa dan terjadi suatu kekeliruan, maka yang keliru atau salah adalah orang lain, dan dirinya selalu benar. Akibat lebih lanjut, yang pantas untuk diberi peringatan sanksi, atau hukuman adalah orang lain yang tidak melakukan suatu kekeliruan atau kesalahan.

Kita sebagai orang tua baru menyadari hal tersebut ketika si anak sudah mulai melawan pada kita. Perilaku melawan ini terbangun sejak kecil karena tanpa sadar kita telah mengajarkan untuk tidak pernah merasa bersalah.

Lalu, apa yang sebaiknya kita lakukan ketika si anak yang baru berjalan menabrak sesuatu sehingga membuatnya menangis? Yang sebaiknya kita lakukan adalah ajarilah ia untuk bertanggung jawab atas apa yang terjadi; katakanlah padanya (sambil mengusap bagian yang menurutnya terasa sakit): ” Sayang, kamu terbentur ya. Sakit ya? Lain kali hati-hati ya, jalannya pelan-pelan saja dulu supaya tidak membentur lagi.”

2. Berbohong Kecil

Awalnya anak-anak kita adalah anak yang selalu mendengarkan kata-kata orang tuanya, Mengapa? KArena mereka percaya sepenuhnya pada orang tuanya. Namun, ketika anak beranjak besar, ia sudah tidak menuruti perkataan atau permintaan kita? Apa yang terjadi? Apakah anak kita sudah tidak percaya lagi dengan perkataan atau ucapan-ucapan kita lagi?

Tanpa sadar kita sebagai orang tua setiap hari sering membohongi anak untuk menghindari keinginannya. Salah satu contoh pada saat kita terburu-buru pergi ke kantor di pagi hari, anak kita meminta ikut atau mengajak berkeliling perumahan. Apa yang kita lakukan? Apakah kita menjelaskannya dengan kalimat yang jujur? Atau kita lebih memilih berbohong dengan mengalihkan perhatian si kecil ke tempat lain, setelah itu kita buru-buru pergi? Atau yang ekstrem kita mengatakan, “Papa/Mama hanya sebentar kok, hanya ke depan saja ya, sebentaaar saja ya, Sayang.” Tapi ternyata, kita pulang malam. Contah lain yang sering kita lakukan ketika kita sedang menyuapi makan anak kita, “Kalo maemnya susah, nanti Papa?Mama tidak ajak jalan-jalan loh.” Padahal secara logika antara jalan-jalan dan cara/pola makan anak, tidak ada hubungannya sama sekali.

Dari beberapa contah di atas, jika kita berbohong ringan atau sering kita istilahkan “bohong kecil”, dampaknya ternyata besar. Anak tidak percaya lagi dengan kita sebagai orang tua. Anak tidak dapat membedakan pernyataan kita yang bisa dipercaya atau tidak. akibat lebih lanjut, anak menganggap semua yang diucapkan oleh orang tuanya itu selalu bohong, anak mulai tidak menuruti segala perkataan kita.

Apa yang sebaiknya kita lakukan?

Berkatalah dengan jujur kepada anak. Ungkapkan dengan penuh kasih dan pengertian:

“Sayang, Papa/Mama mau pergi ke kantor. Kamu tidak bisa ikut. Tapi kalo Papa/Mama ke kebun binatang, kamu bisa ikut.”

Kita tak perlu merasa khawatir dan menjadi terburu-buru dengan keadaan ini. Pastinya membutuhkan waktu lebih untuk memberi pengertian kepada anak karena biasanya mereka menangis. Anak menangis karena ia belum memahami keadaan mengapa orang tuanya harus selalu pergi di pagi hari. Kita harus bersabar dan lakukan pengertian kepada mereka secara terus menerus. Perlahan anak akan memahami keadaan mengapa orang tuanya selalu pergi di pagi hari dan bila pergi bekerja, anak tidak bisa ikut. Sebaliknya bila pergi ke tempat selain kantor, anak pasti diajak orang tuanya. Pastikan kita selalu jujur dalam mengatakan sesuatu. Anak akan mampu memahami dan menuruti apa yang kita katakan.

3. Banyak Mengancam

“Adik, jangan naik ke atas meja! nanti jatuh dan nggak ada yang mau menolong!”

“Jangan ganggu adik,nanti MAma/Papa marah!”

Dari sisi anak pernyataan yang sifatnya melarang atau perintah dan dilakukan dengan cara berteriak tanpa kita beranjak dari tempat duduk atau tanpa kita menghentikan suatu aktivitas, pernyataan itu sudah termasuk ancaman. Terlebih ada kalimat tambahan “….nanti Mama/Papa marah!”

Seorang anak adalah makhluk yang sangat pandai dalam mempelajari pola orang tuanya; dia tidak hanya bisa mengetahui pola orang tuanya mendidik, tapi dapat membelokkan pola atau malah mengendalikan pola orang tuanya. Hal ini terjadi bila kita sering menggunakan ancaman dengan kata-kata,namun setelah itu tidak ada tindak lanjut atau mungkin kita sudah lupa dengan ancaman-ancaman yang pernah kita ucapkan

Apa yang sebaiknya kita lakukan? .

Kita tidak perlu berteriak-teriak seperti itu. Dekati si anak, hadapkan seluruh tubuh dan perhatian kita padanya. tatap matanya dengan lembut, namum perlihatkan ekspresi kita tidak senang dengan tindakan yang mereka lakukan. Sikap itu juga dipertegas dengan kata-kata, “Sayang, Papa/Mama mohon supaya kamu boleh meminjamkan mainan ini pada adikmu. Papa/Mama akan makin sayang sama kamu.” Tidak perlu dengan ancaman atau teriaka-teriakan. Atau kita bisa juga menyatakan suatu pernyataan yang menjelaskan suatu konsekuensi, misal “Sayang, bila kamu tidak meminjamkan mainan in ke adikmu,Papa/Mama akan menyimpan mainan ini dan kalian berdua tidak bisa bermain. MAinan akan Papa/Mama keluarkan, bila kamu mau pinjamkan mainan itu ke adikmu. Tepati pernyataan kita dengan tindakan.

4. Bicara Tidak Tepat Sasaran

Pernahkah kita menghardik anak dengan kalimat seperti, “Papa/Mama tidak suka bila kamu begini/begitu!” atau “Papa/Mama tidak mau kamu berbuat seperti itu lagi!” Namun kita lupa menjelaskan secara rinci dan dengan baik, hal2 atau tindakan apa saja yang kita inginkan. Anak tidak pernah tahu apa yang diinginkan atai dibutuhkan oleh orang tuanya dalam hal berperilaku. Akibatnya anak terus mencoba sesuatu yang baru. Dari sekian banyak percobaan yang dilakukannya, ternyata selalu dikatakan salah oleh orang tuanya. Hal ini mengakibatkan mereka berbalik untuk dengan sengaja melakukan hal2 yang tidak disukai orang tuanya. Tujuannya untuk mrmbuat orang tuanya kesal sebagia bentuk kekesalan yang juga ia alami (tindakannya selalu salah di hadapan orang tua).

Apa yang sebaiknya kita lakukan?

Sampaikanlah hal2 atau tindakan2 yang kita inginkan atau butuhkan pada saat kita menegur mereka terhadap perilaku atau hal yang tidak kita sukai.Komnikasikan secara intensif hal atau perilaku yang kita inginkan atau butuhkan. Dan pada waktunya, ketika mereka sudah megalami dan melakukan segala hal atau perilaku yang kita inginkan atau butuhkan , ucapkanlah terimakasih dengan tulus dan penuh kasih sayang atas segala usahanya untuk berubah.

5. Menekankan pada Hal-hal yang salah

Kebiasaan ini hampir sama dengan kebiasaan di atas. Banyak orang tua yang sering mengeluhkan tentang anak2nya tidak akur, suka bertengkar. Pada saat anak kita bertengkar, perhatian kita tertuju pada mereka, kita mencoba melerai atau bahkan memarahi. Tapi apakah kita sebagai orang tua memperhatikan mereka pada saat mereka bermain dengan akur? Kita seringkali menganggapnya tidak perlu menyapa mereka karena mereka sedang akur. Pemikiran tersebut keliru, karena hak itu akan memicu mereka untuk bertengkar agar bisa menarik perhatian orang tuanya,

Apa yang sebaiknya kita lakukan?

Berilah pujian setiap kali mereka bermain sengan asyik dan rukun, setiap kali mereka berbagi di antara mereka dengan kalimat sederhana dan mudah dipahami, misal: ”Nah, gitu donk kalau main. Yang rukun.” Peluklah mereka sebagai ungkapan senang dan sayang.

6. Merendahkan Diri Sendiri

Apa yang anda lakukan kalau melihat anak anda bermain Playstation lebih dari belajar? Mungkin yang sering kita ucapkan pada mereka, “Woy… mati in tuh PS nya, ntar dimarahin loh sama papa kalo pulang kerja!” Atau kita ungkapkan dengan pernyataan lain, namun tetap dengan figur yang mungkin ditakuti oleh anak pada saat itu. Contoh pernyataan ancaman diatas adalah ketika yang ditakuti adalah figur Papa.

Perhatikanlah kalimat ancaman tersebut. Kita tidak sadar bahwa kita telah mengajarkan pada anak bahwa yang mampu untuk menghentikan mereka maen ps adalah bapaknya, artinya figure yang hanya ditakuti adalah sang bapak. Maka jangan heran kalau jika anak tidak mengindahkan perkataan kita karena kita tidak mampu menghentikan mereka maen ps.

Apa yang sebaiknya kita lakukan?

Siapkanlah aturan main sebelum kita bicara; setelah siap, dekati anak, tatap matanya, dan katakan dengan nada serius bahwa kita ingin ia berhenti main sekarang atau berikan pilihan, misal “Sayang, Papa/Mama ingin kamu mandi. Kamu mau mandi sekarang atau lima menit lagi?” bila jawabannya “lima menit lagi Pa/Ma”. Kita jawab kembali, “Baik, kita sepakat setelah lima menit kamu mandi ya. Tapi jika tidak berhenti setelah lima menit, dengan terpaksa papa/mama akan simpan PS nya di lemari sampai lusa”. Nah, persis setelah lima menit, dekati si anak, tatap matanya dan katakan sudah lima menit, tanpa tawar menawar atau kompromi lagi. Jika sang anak tidak nurut, segera laksanakan konsekuensinya.

7. Papa dan Mama Tidak Kompak

Mendidik abak bukan hanya tanggung jawab para ibu atau bapak saja, tapi keduanya. Orang tua harus memiliki kata sepakat dalam mendidik anak2nya. Anak dapat dengan mudah menangkap rasa yang menyenangkan dan tidak menyenangkan bagi dirinya. Misal, seorang Ibu melarang anaknya menonton TV dan memintanya untuk mengerjakan PR, namun pada saat yang bersamaan, si bapak membela si anak dengan dalih tidak mengapa nonton TV terus agar anak tidak stress. Jika hal ini terjadi, anak akan menilai ibunya jahat dan bapaknya baik, akibatnya setiap kali ibunya memberi perintah, ia akan mulai melawan dengan berlindung di balik pembelaan bapaknya. Demikian juga pada kasus sebaliknya. Oleh karena itu, orang tua harus kompak dalam mendidik anak. Di hadapan anak, jangan sampai berbeda pendapat untuk hal2 yang berhubungan langsung dengan persoalan mendidik anak. Pada saat salah satu dari kita sedang mendidik anak, maka pasangan kita harus mendukungnya. Contoh, ketika si Ibu mendidik anaknya untuk berlaku baik terhadap si Kakak, dan si Ayah mengatakan ,”Kakak juga sih yang mulai duluan buat gara2…”. Idealnya, si Ayah mendukung pernyataan, “Betul kata Mama, Dik. Kakak juga perlu kamu sayang dan hormati….”

8. Campur Tangan Kakek, Nenek, Tante, atau Pihak Lain

Pada saat kita sebagai orang tua sudah berusaha untuk kompak dan sepaham satu sama lain dalam mendidik anak-anak kita, tiba-tiba ada pihak ke-3 yang muncul dan cenderung membela si anak. Pihak ke-3 yang dimaksud seperti kakek, nenek, om, tante, atau pihak lain di luar keluarga inti.

Seperti pada kebiasaan ke-7 (Papa dan Mama tidak Kompak), dampak ke anak tetap negatif bila dalam satu rumah terdapat pihak di luar keluarga inti yang ikut mendidik pada saat keluarga inti mendidik; Anak akan cenderung berlindung di balik orang yang membelanya. Anak juga cenderung melawan orang tuanya.

Apa yang sebaiknya kita lakukan?

Pastikan dan yakinkan kepada siapa pun yang tinggal di rumah kita untuk memiliki kesepakatan dalam mendidik dan tidak ikut campur pada saat proses pendidikan sedang dilakukan oleh kita sebagai orang tua si anak. Berikan pengertian sedemikian rupa dengan bahasa yang bisa diterima dengan baik oleh para pihak ke-3.

Dipetik dari buku 37 Kebiasaan mendidik orang tua yang menghasilkan perilaku buruk pada anak.

Tersedia di Gramedia atau bisa di pesan on line via fb berikut ini klik:  https://www.facebook.com/Pusat-pemesanan-buku-AYAH-EDY-1538959983042274/




Sumber daya Manusia yang mau belajar terus dan terus belajar itulah yang sesungguhnya yg menjadi Asset sebuah bangsa.
-ayah edy-

Mengapa di sekolah kami tidak ada pelajaran Calistung dan lebih fokus untuk membangun Karekter dan Etika Sopan Santun seorang anak terlebih dahulu....?

-ayah edy-
Pimpinan Sekolah MKG


TES KELAYAKAN ORANG TUA CALON SISWA DI SEKOLAH KAMI

Di sekolah kami tidak hanya anaknya yang bersekolah tapi orang tuanya juga ikut bersekolah untuk bisa menjadi orang tua yang lebih baik dalam mendidik anaknya.

SEKOLAH KAMI HANYA MELAKUKAN TEST BAGI ORANG TUA SISWA YANG AKAN MENYEKOLAHKAN DITEMPAT KAMI

Dan bahan-bahannya sebagian besar kami ambil dari kedua buku ini

BUKU UNTUK NGE TEST ....Prilaku anak yg bersumber dari prilaku orang tuanya.

Banyak orang tua merasa dirinya tidak pernah bersalah dan oke-oke saja, tapi menurut mereka anak-anak merekalah yang "Nakal", Iseng, ngeyel, susah diatur, nggak nurut orang tua ngomong, dan suka melawan dsb.

Ternyata setelah membaca buku ini, satu persatu sebagai "Checker" alat tes... banyak para orang tua yang baru menyadari satu persatu kesalahannya yang selama ini telah di contoh anaknya dan kemudian muncul menjadi prilaku buruk anaknya yg susah sekali untuk di ubah.

Nah selama kita sendiri belum tahu bahwa banyak sekali prilaku kita yang kurang baik dan harus segera di ubah, jika kita tidak mau berubah maka selama itu pula anak kita tidak akan mampu mengubah prilaku anak kita menjadi lebih baik.

Sudahkah anda mimilikinya ? Membacanya ? Men Chek isinya satu persatu ? dan mempraktekannya dengan konsisten dan penuh kesabaran ?


TIDAK USAH BELAJAR CALISTUNG DULU DEH SEBELUM BISA BUANG SAMPAH



Saya membuat kurikulum untuk anak didik saya tentang hal-hal sederhana yang mereka perlu ketahui dan lakukan.  Karena sekolah yang kami kelola tidak mengikuti kurikulum nasional, yang njelimet tapi tak jelas hasilnya bagi anak dan kehidupannya.

Saya tidak mengijinkan anak-anak didik saya diberikan pelajaran yang rumit-rumit dulu.

Karena saya melihat bahwa bangsa kita untuk membuang atau mengelola sampah saja belum bisa.

Sehingga sampah selalu dibuang di sembarang tempat atau dibakar.

Padahal asap bakaran sampah itu sungguh sangat berbahaya bagi kesehatan anak kita juga keluarga dan tetangga kita.

https://www.brilio.net/news/7-bahaya-menghirup-asap-sampah-bahaya-asap-sampah-1506086.html


PENTINGNYA MEMAHAMI KEBENARAN BERITA DI DUNIA MAYA DAN MEDIA SOSIAL


  Masih banyak orang Indonesia yang termakan dengan isu palsu alias hoax. Menurut agan kenapa masih banyak dari kita yang gampang banget percaya berita yang belum tentu benar?  Sebelum membahas lebih lanjut, kamu harus tau dulu tentang arti hoax. Awal mula trend penyebutan hoax berasal dari film The Hoax, film drama Amerika yang dinilai cukup kontroversial ini, dinilai sebagai salah satu film yang penuh kebohongan, hingga kemudian turut memperkenalkan istilah hoax sebagai sebuah istilah yang merujuk pada kebohongan. Hoax kemudian mulai viral di dunia, termasuk di Indonesia. Dalam laman Wikipedia, mengartikan hoax adalah pemberitaan palsu yang bertujuan untuk menipu atau mengakali pembaca atau pendengarnya untuk mempercayai sesuatu, padahal sang pencipta tau bahwa apa yang diberitakannya adalah palsu. Jenis-jenis hoax yang paling sering di-share di dunia maya adalah:

  1. Hoax Agamis
  2. Hoax Ilmiah
  3. Hoax Gossip
  4. Hoax Konspirasi
  5. Hoax Simpatik
  6. Hoax Sejarah
  7. Hoax Mistis
  8. Hoax Teknologi
 ALASAN ORANG INDONESIA GAMPANG PERCAYA ISU PALSU
Ada kaitan sama SARA
Kalau hoax berkaitan dengan sebuah kepercayaan yang kita pegang atau anut, maka kebohongannya bakal lebih diterima. Contohnya hoax SARA. Ya gan, orang Indonesia itu cepet banget kepancing sama hal-hal berbau Suku, Agama dan Ras. Itulah kenapa ketika ada berita yang berkaitan dengan SARA, cepet banget dishare. Kalau menurut ane, orang Indonesia itu belum sepenuhnya siap menerima perbedaan. Ya maklumlah gan, selama 32 tahun kita dipaksa seragam sama Orba dengan informasi yang serba dibatasin. Ketidaksiapan itu membuat kita mudah sekali digosok sama hal-hal berbau SARA.


Direktur Eksekutif Institute For Criminal Justice Reform (ICJR) Supriyadi Widodo Eddyono punya tanggapan soal ini. "Yang paling gampang itu agama, itu yang paling laku untuk memicu. Kedua, rasial goncangan ekonomi pasti dilarikan ke isu krusial. Bisa jadi pengalihan isu, tetapi kan berbahaya," kata Supriyadi. Supriyadi mengatakan saat ini masyarakat setiap harinya selalu disajikan dengan berita yang tak bertanggungjawab.
 
Hoax SARA
Pada tanggal 1 Desember 2015 (pukul 21.23) akun 'Irvan' memposting sebuah gambar seorang anak dan dikasih deskripsi sebagai Anak Palestina yang ditembak oleh Tentara Israel. Apakah kejadian itu nyata? Ya benar, tetapi diperankan oleh aktor dan aktris berpengalaman. Supaya ga jadi salah informasi, untuk kita ketahui bersama bahwa gambar tersebut merupakan cuplikan dari sebuah film berjudul 'Mamlakat al-Naml' atau lebih dikenal 'The Kingdom of Ants'. Diputar sejak tahun 2010 di berbagai negara, seperti Tunisia, mesir, dan Suriah. Namun karena banyaknya peristiwa di berbagai negara, sehingga film ini berhenti perputarannya dan diputar kembali pada tahun 2012 untuk kelas internasional.

 Gak kritis dan males kroscek
Nah, ini masalah pola pikir gan. Jujur aja yah, orang Indonesia emang gak dilatih berpikir kritis. Sejak sekolah, kurikulum pendidikan kita berfokus sama menghapal bukan menganalisa. Jadinya, sejak kecil kita terbiasa untuk menerima mentah-mentah apa yang disodorin ke kita. Bahkan, kalo kita sering mempertanyakan hal itu, kita malah dianggap membangkang. Padahal sikap kritis itu perlu gan di jaman banjir informasi seperti sekarang ini. Internet tuh ibarat gudang segala macam info. Kalo kita gak pinter nyaring, kita bisa jadi kayak kerbau dicucuk hidungnya. Karena gak mau kritis inilah, kita akhirnya menelan mentah-mentah informasi yang beredar di internet terutama media sosial. Hoax atau fakta, kita gak mau peduli. Oh, cmon gan, kita kan bukan mesin atau robot yang hidup berdasarkan perintah kan
  
  Percaya media abal-abal sih!
Gan, sadar gak sih kalo berita hoax itu biasanya berawal dari postingan di media sosial atau blog-blog yang gak jelas pemiliknya. Logikanya gini, mereka share itu lewat akun-akun medsos dan blog karena informasi seperti itu gak bakal mungkin dimuat di media yang jelas kredibilitasnya. Kenapa? Karena media kredibel pasti akan selalu melakukan cek dan ricek informasi. Sementara, akun dan blog kan gak perlu atau gak mau susah-susah melakukan itu. Padahal, penyebar informasi pertama kali juga gak jelas siapa.

Jadi netizen, harusnya kan kudu pinter yah gan. Gampangnya gini, media yang kredibel itu selalu mencantumkan informasi tim redaksi dan memuat panduan media siber di situs mereka. Karena itu adalah satu syarat media online yang punya tujuan, visi dan misi yang benar. Ya kalo tujuannya menyebarkan fitnah, gak perlu repot-repot memuat dua hal itu kan?

Hari gini masih percaya media abal-abal? 2015 nih
  Media yang pernah dikasih peringatan Kemeninfo karena sebarkan hoax dan kebencian
ALASAN ORANG INDONESIA SERING TERMAKAN ISU PALSU
 Nah, gimana modus media abal-abal menyebarkan hoax atau info palsu?   Modus media abal-abalSitus web ERAMUSLIM, kembali menyebar hoax. Sabtu, 22 Agustus 2015, Pukul 12:00 WIB, Situs EraMuslim, milik Mirza Nasution, merilis berita dengan judul "Geram Terhadap Satpol PP DKI Yang Aniaya Warga Kampung Pulo, eks Kepala Preman Ini Ingin Beri Pelajaran"

Faktanya, foto dari jurnalis Tempo Tony Hartawan tersebut adalah dokumentasi dari seorang anak dibawah umur yang dihajar Satpol PP saat bentrokan menentang eksekusi pembongkaran lokasi makam Habib Hasan bin Muhammad al Haddad alias Mbah Priok di Koja, Jakarta utara, hari Rabu 14 April 2010 lalu.. Dalam bentrokan tersebut terdapat korban dari kedua belah pihak.

 Informasi itu sangat populer dan viral
Begitu informasi hoax itu jadi viral, akhirnya dipercaya orang jadi sebuah kebenaran. Bila berita atau informasi bohong itu terus menerus disodorkan pada masyarakat, akhirnya kita percaya bahwa itu adalah fakta sesungguhnya. Kita jadi tutup mata pada kebenaran yang ada. Ada temen yang nge-share, kita ikut-ikutan share. Padahal blom baca isi artikelnya. Alesannya, “ah toh dia juga nge-share berita itu, berarti bener dong.” Masalahnya, si penyebar hoax di media sosial bisa saja berkilah, apa yang dilakukannya merupakan salah satu bentuk dari kebebasan berpendapat. Bebas yang seperti apa?

  CARA GAMPANG MENGETAHUI INFORMASI HOAX  Cara yang paling mudah mengenali ciri-ciri berita hoax adalah dengan membaca secara cermat dan menyeluruh pada setiap bangunan kata dan kalimat yang disusun. Kemudian menandai kejanggalan – kejanggalan dengan pedoman berikut ini:


  1. Berita pertama kali didistribusikan melalui email, mailing list, forum, blog, facebook, yang kemudian disebarluaskan via twitter.
  2. Isinya bertentangan dengan logika umum dan ilmu pengetahuan atau terdapat kontradiksi dengan fakta yang sudah umum diketahui.
  3. Menggunakan istilah yang terkesan ilmiah, yang memanfaatkan ketidaktahuan/keawaman pembaca.
  4. Bangunan kalimat yang mendorong pembaca untuk menyebarluaskan pesan tersebut.
  5. Sumber berita tidak jelas identitasnya.
  6. Tidak ada link sumber untuk informasi yang dianggap penting. Penulis yang baik pasti mencantumkan sumber ilmiah dalam tulisannya. Jika tidak dicantumkan sumber maka waspadalah terhadap keilmiahan artikel tersebut.
  Terus kalo kebetulan nemu informasi yang mencurigakan seperti kriteria di atas, apa yang kudu agan lakukan? jawabannya gampang. GOOGLING! Sampai sekarang Google masih jadi mesin pencari unggulan yang bisa bantu kita kroscek informasi dalam bentuk artikel ataupun image.
  Cobalah mengetikkan kata kunci artikel dalam bahasa Inggris. Beberapa artikel hoax kebanyakan bermula dari luar negeri. Maka cobalah mengecek artikel yang Anda curigai hoax di situs-situs luar negeri. Banyak berita hoax yang sudah dibuktikkan ke-hoax-annya oleh situs luar negeri. Namun, oleh penyebar hoaxlokal, hoax tersebut diterjemahkan, diangkat lagi, bahkan dimodifikasi isinya seperti perubahan nama pelaku dan tempat untuk konsumsi masyarakat Indonesia.   Kalau berhubungan dengan image, cara paling mudah adalah cari di Google Image gan! Google akan otomatis mendeteksi kapan pertama kali image itu muncul. Seringkali, satu gambar dipakai dalam berbagai macam artikel dan gak menutup kemungkinan disalahgunakan. Ini tipsnya ane kasih bonus video:
  for Cara kroscek images di Google
 INGAT-INGAT YA....  Satu ujung jarimu bisa menyebar kebencian atau hal-hal baik. Kalau kamu mendapat informasi di dunia maya, apa yang kamu lakukan sebelum menyebarluaskan informasi itu? 
Googling dulu untuk melihat info itu benar atau hoax sebelum disebarkan.
Sebelum menyebarluaskan informasi yang saya dapat, saya akan membaca terlebih dahulu seluruh tulisan tersebut. Sehabis itu, saya akan mencari tentang tulisan tersebut di internet dan membandingkannya dengan artikel-artikel yang ada. Selain itu, saya juga mencari informasi tersebut di media-media yang kredibel untuk memastikan bahwa informasi tersebut adalah benar.
 sumber: http://m.kaskus.co.id/thread/566930b8de2cf2412d8b4569/alasan-orang-indonesia-sering-termakan-isu-palsu/                   

Tuesday, August 30, 2016

PROGRAM OBSERVASI AYAH EDY DESEMBER 2016 DI SINGARAJA BALI

Para orang tua yang berbahagia,

 Untuk menjawab banyak pertanyaan orang tua yang belum bisa menyekolahkan anaknya di sekolah kami di Singaraja, Buleleng, Bali maka kami ingin memberikan solusi yang jauh lebih efektif dan komprehensif bagi para orang tua yang ingin mengetahui permasalahan anaknya juga bagi para orang tua yang ingin mengetahui cara yang benar mendidik anak sesuai dengan tipologi masing-masing, kami membuka PROGRAM OBSERVASI ANAK, bagi putra-puteri kita yang berusia SD Kelas 1-6, di Singaraja Buleleng, Bali

Selama lebih dari 14 tahun ayah bersama dengan para asistennya terjun langsung dalam pendidikan anak usia dini, ayah berhasil mengembangkan sebuah sistem observasi yang berbasiskan pada Multiple Intelligence & Holistic Learning yang mampu menggali potensi-potensi anak yang terpendam yang sering kali oleh para guru dan orang tua di terjemahkan sebagai “masalah”.

Hasilnya sungguh luar biasa, ternyata banyak sekali anak-anak yang dinyatakan sebagai anak bermasalah seperti Disable Learning, Dyslexia, ADD, ADHD, Delay Speech, Autis ringan dan sebagainya, sebenarnya adalah anak normal bahkan berpotensi menjadi jenius-jenius Indonesia yang luar biasa.

Bahkan yang paling mengharukan adalah ada seorang anak yang mengalami Hidrosefalus dan secara medis telah dinyatakan kemampuan otaknya hanya tinggal 20% saja, namun setelah anak dan orang tuanya mendapatkan terapi kasih sayang yang berbasiskan pada temuan Masaru Emoto juga Prof. Kazuo Murakami, Penerima Hadiah Japan Research Award untuk Bidang Genetika, kemampuannya bisa kembali normal 100%. Bahkan Ayahnya sambil tersenyum bahagia dan penuh syukur mengatakan bahwa kemampuan anaknya sekarang malah melebihi 100%.

Berdasarkan pengalaman Ayah menyelenggarakan program pendidikan berbasiskan observasi, ayah menemukan bahwa banyak anak-anak yang normal dan menyimpan kemampuan unggul yang luar biasa justru malah sering dinyatakan bermasalah.

Hal ini dimungkinkan terjadi karena selama ini sistem telah memformat cara berpikir orang tua, guru dan konselor pada model pendekatan hitam putih yang hanya mengakui hanya ada satu kriteria kenormalan anak, jika anak tidak memenuhi kriteria tersebut maka dinyatakan berkelainan dan harus di terapi.

Padahal ayah menemukan paling tidak ada 16 jenis tipe kenormalan anak dan semua tipe tersebut adalah normal dan masing-masing kenormalan tersebut di ciptakan Tuhan untuk maksud dan tujuan berbeda serta untuk profesi yang juga berbeda-beda saat mereka dewasa kelak. Nah dari 16 tipe tadi mereka biasanya memiliki ke khas-an masing-masing, akan berbeda satu anak dengan anak lainnya meskipun ia saudara kandung atau kembar sekalipun.

Sungguh memprihatinkan jika kita melihat banyak sekali anak normal yang dinyatakan bermasalah atau berkelainan yang sesungguhnya disebabkan karena kita yang tidak tahu dan tidak dapat melihat sisi emas dari anak-anak tersebut. Inilah mengapa ayah melihat kita semua orang tua dan para guru harus lebih banyak belajar tentang anak-anak kita.

Dalam program observasi ini kami mewajibkan orang tua untuk ikut serta aktif belajar dan melihat langsung prosesnya, bahkan memungkinkan untuk direkam sehingga orang tua bisa secara detail mempelajari kembali dirumah agar dapat menemukan potensi yang terpendam dalam diri anaknya dan tidak melakukan lagi kesalahan yang fatal dalam mendidik dan mengelola mereka.

Diakhir priode sesi Observasi orang tua akan mendapat Laporan Observasi yang lengkap yang bisa membantu orang tua dan guru untuk menerapkan pola asuh dan pola didik yang tepat bagi si anak.
Program ini hanya untuk anak seusia SD KELAS 1-6

Segera daftarkan putra-putri anda minimal 3 bulan sebelumnya, pendaftaran akan segera di tutup jika kapasitas telah terpenuhi.

Pesan tempat 4 bulan sebelum acara melalui Ayah Edy Management melalui nomer 0856-9497-5174 / 0856-1997-244 pada jam kerja.

Program Observasi ini di selenggarakan bertepatan dengan Liburan 19-30 Desember 2016 di Singaraja Buleleng, Bali.

PERHATIAN !
Program konsultasi dan Observasi anak yang resmi nomer kontaknya hanya ada di www.ayahkita.com

Let’s Make Indonesian Strong from Home

MARI KITA BANGUN INDONESIAN YANG KUAT DARI KELUARGA, MELALUI ANAK-ANAK KITA TERCINTA!
Salam Sukses dan Bahagia,

AE Management
d/a SEKOLAH MAHAKARYA GANGGA
Jl. Kumba Karna LC10 No.5x, Singaraja, Buleleng, Bali
Office telp: 0362 -330-1705

foto: Peserta Program Observasi Desember 2015


Thursday, August 18, 2016

MERIAHNYA ACARA HUT KEMERDEKAAN RI

Cuma Indonesia yang punya begini ya....
Meriahnya 17 Agustusan di Indonesia....
orang-orang asingpun ikut berpartisipasi....

 Bapak Presiden RI ikut berpartisi pasi

 
Orang Asing pun tidak mau ketinggalan

Tidak akan anda temukan di negara manapun di dunia

Anak-anak orang asingpun gak mau ketinggalan acara 

Tak akan terlupakan seumur hidup mereka

Mas dari Ausy ini rela diposisi kunci





MENGAPA ADA ORANG TUA YANG SUKSES TAPI JUGA ADA YANG GAGAL MENDIDIK ANAKNYA...?



Hampir setiap minggu saya memberikan program parenting, yakni sebuah program yang bertujuan untuk melatih para orangtua agar bisa memahami dan mendidik anaknya dengan cara yang lebih tepat sehingga kelak mereka akan menjadi orangtua yang dicintai oleh anaknya dan anaknya pun akan sukses mencapai potensi terbaik yang dimilikinya.

Dalam program parenting biasanya saya selalu menyampaikan bahwa dengan cara kita mendidik maka kita bebas untuk menentukan apakah kita akan menjadi orangtua yang ditakuti atau menjadi orangtua yang dicintai oleh anak kita. Secara pribadi saya katakan, jika saya menjadi anak tentunya mendambakan sebuah cara mendidik yang menjadikan saya patuh kepada orangtua karena saya mencintainya bukan karena saya takut kepadanya.

Tipe peserta parenting program beragam. Ada yang pasif, tetapi ada pula yang kritis dan berani berkata jujur.

Pernah seorang peserta menyela presentasi saya dan mengatakan, “Ayah Edy, maaf ya ... menurut saya program ini sepertinya enggak perlu, jujur saja, orangtua saya dulu tidak pernah ikut parenting program semacam ini, tapi kok ya saya juga jadi orang gitu lho. Lalu Anda sendiri bagaimana, apakah orangtua Anda dulu juga ikut program parenting gitu, lho?”

Wah, rupanya peserta saya ini selain kritis, berani, jujur, juga ternyata cukup gaul gitu, lho!

Saya menjawab bahwa saya bahagia sekali dengan adanya pernyataan spontan seperti itu yang disampaikan secara terbuka di depan umum. Karena selama ini sesungguhnya saya khawatir dan sudah menduga pasti ada orangtua yang berpikiran semacam ini. Namun, mungkin mereka tidak mau menyampaikan secara terbuka, melainkan hanya disimpan di dalam hati. Ini tentunya akan menjadi faktor penghambat terbesar bagi usahanya untuk menjadi orangtua yang lebih baik bagi anak-anaknya.

Saya teringat salah seorang praktisi pendidikan anak pernah mengatakan bahwa kesalahan besar para orangtua dalam mendidik anak adalah dengan selalu melihat ke belakang dan bukannya melihat ke depan. Ibaratnya, seperti orang yang berjalan, jika kita selalu melihat ke belakang, kira-kira apa yang akan terjadi? Menurutnya lagi, ada dua kemungkinan besar penyebab mengapa walaupun orangtua kita dulu tidak mengikuti program parenting, tetapi anaknya tetap bisa mencapai sukses.

1. Naluri yang tepat dari orangtua
Setiap orangtua memiliki naluri mendidik anak, yang pada umumnya sebagian besar diwarisi secara turun-temurun dari orangtuanya, dan selanjutnya akan berkombinasi dengan tipologi kepribadiannya sendiri, serta lingkungan sekitar yang membentuknya.

Para orangtua yang mewarisi tradisi mendidik yang baik dari orangtuanya, ditambah dengan pola kepribadian seimbang, serta lingkungan yang baik pula akan melahirkan pola mendidik yang baik pada anaknya. Namun faktanya, tidak semua orangtua memiliki kepribadian seimbang dan tidak semua orang mewarisi cara mendidik yang baik dari orangtuanya. Itu artinya tidak semua orangtua memiliki naluri mendidik yang tepat jika hanya mengandalkan pengalaman masa lalunya.

Seorang peneliti perilaku pernah melakukan penelitian terhadap beberapa pemimpin yang otoriter dan tiran, seperti Hitler dan Pol Pot. Dia menemukan bahwa perilaku para pemimpin tiran itu adalah warisan turun-temurun dari pola didik keluarganya, artinya bahwa cara mendidik yang salah pun ternyata akan berlangsung secara turun-temurun dari generasi ke generasi kecuali ada satu generasi yang mau berusaha untuk mengakhirinya. Dan bagaimana mengakhirinya itulah mengapa program parenting diselenggarakan.

2. Kondisi lingkungan sekarang yang sangat jauh berbeda dengan zaman kita kecil dahulu

Seorang ahli pendidik mengatakan bahwa orangtua berperan 70% dalam proses membentuk pola perilaku anak. Jika orangtua tidak melakukan perannya dengan baik, lingkunganlah yang mengambil peran 70% tadi. Jadi, betapa beratnya tantangan orangtua saat ini yang harus berjuang berebut peran dengan lingkungannya.

Namun, saya yakin kita sepakat bahwa kondisi lingkungan masa kini sangat jauh sekali perbedaannya dengan kondisi lingkungan 30 tahun yang lalu, saat sebagian besar para orangtua dibesarkan.

Mari kita perhatikan perbedaannya. Kondisi lingkungan zaman Kartini dibesarkan tentu sangat jauh berbeda dengan zaman orangtua kita dibesarkan. Begitu juga kondisi lingkungan zaman kita dulu dibesarkan sangatlah berbeda dengan lingkungan zaman anak-anak kita saat ini.

Sementara, menurut penelitian, lingkungan merupakan faktor pembentuk terbesar ketiga terhadap pola perilaku anak setelah orangtua dan guru. Dan lingkungan akan menjadi faktor pembentuk perilaku pertama manakala orangtua dan guru tidak lagi berperan secara efektif.

Untuk lebih jelasnya mari kita perhatikan pergeseran yang terjadi antara generasi kita dan generasi anak kita.

Zaman kita dulu dibesarkan, ya ... masih ingat, ada berapa stasiun TV pada saat itu? Kemudian dari stasiun yang ada kala itu, program-program seperti apa yang banyak ditayangkan dan dicontoh oleh kita?
Bandingkan dengan zaman anak kita dibesarkan, ada berapa stasiun TV yang ada saat ini? Kemudian dari sekian banyak stasiun yang ada, program-program macam apakah yang banyak ditayangkan dan dicontoh oleh anak-anak kita sekarang?

Mari kita perhatikan lagi fakta berikut ini: Penyalahgunaan obat terlarang zaman kita dahulu dibesarkan baru merambah tingkatan perguruan tinggi dan remaja dengan usia rata-rata 25 tahun ke atas. Namun saat ini, penyalahgunaan obat-obat terlarang tersebut sudah merambah ke tingkat anak-anak usia sekolah dasar dan bahkan berhasil menembus masuk ke dalam sekolah.

Lalu, betapa mudahnya anak kita membeli surat kabar berisi berita kekerasan dengan harga yang sangat murah. Betapa video-video porno bebas beredar di tempat-tempat orang berkumpul menunggu angkutan umum dan harganya pun terjangkau oleh uang jajan anak-anak kita.

Wahai para orangtua yang berbahagia, mari sama-sama kita renungkan .... Apakah kita para orangtua dan guru masih mengambil peran utama dalam membentuk perilaku anak-anak kita saat ini? Ataukah justru peran utama itu secara tidak sadar ternyata sudah diambil alih oleh lingkungan.

Kita hidup pada zamannya dan anak kita hidup pada zamannya maka didiklah anak-anak kita sesuai zamannya.

Saya teringat sebuah pesan yang disampaikan oleh seorang yang agung dan bijaksana, begini kira-kira isinya: “Didiklah anakmu sesuai zamannya karena mereka kelak akan hidup di zaman yang berbeda dengan kita.”

Sungguh luar biasa bahwa hal ini telah dicetuskan oleh seorang yang bijak lebih dari 1300 tahun yang lalu, jauh sebelum para pendidik besar zaman ini memperjelas apa maksud mulia yang terkandung di dalamnya.

Wahai para orangtua yang berbahagia, kini semuanya berpulang kepada kita.

Apakah kita ingin tetap mendidik anak-anak dengan berpegang pada kesuksesan masa lalu kita atau kita akan mendidik mereka berdasarkan pandangan jauh ke depan bagi masa depannya.

Semoga kita termasuk ke dalam orangtua dan guru yang optimis.[]

Mari kita belajar Parenting.....

Ayah Edy

TOKOH-TOKOH BERJASA YANG MUNGKIN TIDAK BANYAK DI KETAHUI OLEH KITA


DULU KETIKA SELURUH KOMPONEN BANGSA BERSATU TANPA MENGENAL PERBEDAAN SUKU, AGAMA, RAS DAN GOLONGAN, KITA BISA MEMILIKI NEGARA YANG KITA SEBUT INDONESIA.

Kini jika kita tidak bersatu maka bisa jadi justru kita akan kehilangan negara yang dulu pernah di perjuangkan oleh para pendiri bangsa ini...

Mari kita bersatu untuk membangun Indonesia Tercinta.

Mari kita kenang kembali detik-detik Prokamasi yang mungkin tidak banyak dikethaui oleh kita

● _“Sekarang, Bung. Sekarang! Malam ini juga!”_ kata Chaerul Saleh kepada Bung Karno.
_”Kita harus segera merebut kekuasaan!”_ tukas Sukarni Kartodiwirjo berapi-api.
_”Kami sudah siap mempertaruhkan jiwa kami!”_ seru para pemuda di rumah Bung Karno di Jalan Pegangsaan Timur 56, Jakarta.

●Para pemuda, termasuk Wikana, Iwa Kusumasomantri, Djojopranoto, dan Sudiro datang ke rumah Bung Karno pada 15 Agustus 1945 pukul 22.00. Mereka mendesak Soekarno agar segera merumuskan naskah proklamasi begitu Jepang dikalahkan Sekutu pada 14 Agustus 1945.

●Tapi Bung Karno menolak keinginan mereka. Ia dan Bung Hatta ingin proklamasi dilakukan melalui Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) di mana Bung Karno menjadi Ketuanya.

●Para pemuda bersikeras agar Bung Karno segera memproklamasikan kemerdekaan. Mereka beranggapan PPKI buatan Jepang. Mereka tidak ingin Bung Karno dan Bung Hatta terpengaruh Jepang dan tidak ingin kemerdekaan RI seolah-olah hadiah dari Jepang.

●Mereka lalu membawa Bung Karno dan Bung Hatta ke rumah Djiaw Kie Siong di Rengasdengklok, Karawang, pada 16 Agustus 1945 pukul 03.00 dinihari, untuk merumuskan naskah proklamasi.

●Rengasdengklok dinilai aman, sedangkan di Jakarta para tentara Jepang bersiaga penuh.
_“Saya dan Guntur yang masih bayi ikut ke Rengasdengklok. Kami dijemput Sukarni dan Winoto Danuasmoro dengan mobil Fiat hitam kecil. Di dalam mobil sudah ada Bung Hatta,”_ cerita Fatmawati.

●Pada 16 Agustus 1945 tengah malam Achmad Soebardjo menjemput Bung Karno dan Bung Hatta di Rengasdengklok. Sesampainya di Jakarta mereka disediakan tempat berkumpul di Jalan Imam Bonjol Nomor 1, di rumah Laksamana Muda Tadashi Maeda.

●Hubungan para nasionalis dekat dengan Maeda, Kepala Kantor Penghubung Angkatan Laut dan Angkatan Darat Jepang.
Ada 29 orang yang berkumpul di rumah Maeda pada malam itu.
Mereka adalah Ir.Soekarno, Drs. Moh. Hatta, Ki Hadjar Dewantoro (Mas Suwardi Soerjaningrat), Mr. Iwa Kusumasumantri, Mr. Teuku Mohammad Hassan, Otto Iskandar Dinata, R.Soepomo, BM Diah, Sukarni, dan beberapa tokoh lainnya.

●Selama mereka berunding merumuskan naskah proklamasi, Maeda naik ke lantai atas rumahnya.
Usai menulis naskah proklamasi bersama Mohammad Hatta dan Achmad Soebardjo, Soekarno membacakannya di hadapan para peserta rapat yang berkumpul di ruang tamu.

●Rapat baru selesai pada 17 Agustus 1945 pukul 03.00 dini hari, tanggal 9 Ramadhan.

●Setelah mendapat persetujuan dari semua hadirin, Bung Karno segera meminta Mohamad Ibnoe Sajoeti Melik mengetik naskah proklamasi.
Sajoeti mengetik naskah ditemani wartawan Boerhanoeddin Mohammad Diah (BM. Diah).

●Tiga kata dari konsep naskah proklamasi yang ditulis tangan oleh Bung Karno diketik Sajoeti dengan beberapa perubahan kata.
Kata ‘tempoh’ diubah menjadi ‘tempo’, kata ‘Wakil-wakil bangsa Indonesia’ diubah menjadi ‘Atas nama bangsa Indonesia’.
Begitu pula dalam penulisan hari, bulan, dan tahun.

●Tulisan tangan asli Bung Karno kemudian dibuang di tempat sampah oleh Sajoeti tapi dipungut oleh B.M. Diah, seorang penyiar Radio Hosokyoku dan wartawan Asia Raja.

●Begitu naskah proklamasi selesai diketik, Soekarno dan Mohammad Hatta segera menandatanganinya di atas piano di rumah Maeda.
Bung Hatta berpesan kepada para pemuda yang bekerja di kantor-kantor berita agar menyebarkan berita kemerdekaan Indonesia ke seluruh dunia.

●Hari Jumat, pukul 05.00 pagi, pada 17 Agustus 1945, mereka ke luar dari rumah Laksamana Maeda dengan bangga karena teks Proklamasi selesai ditulis.

●Bung Karno pulang ke Jalan Pegangsaan Timur 56 (kini Jalan Proklamasi), Jakarta. Ia sedang sakit malaria.
Suhu badannya tinggi dan sangat lelah setelah begadang bersama para sahabatnya menyusun naskah proklamasi.

●Pukul 08.00, dua jam sebelum upacara pembacaan teks Proklamasi, Bung Karno masih berbaring di kamarnya.
Ia minum obat kemudian tidur lagi.

●Pukul 09.00 Bung Karno terbangun. _“Saya greges (tak enak badan),”_ kata Bung Karno.
Ia kemudian berpakaian rapi, memakai kemeja dan celana putih.
Bung Hatta dan beberapa orang sudah menunggunya. Fatmawati sudah menyiapkan bendera merah putih.

●Pada 17 Agustus 1945 pukul 10.00 Bung Karno, Bung Hatta, dan para pemuda berkumpul di halaman depan rumah Bung Karno. Latief Hendraningrat menjadi pemimpin upacara bendera.

●Mereka mendengarkan Bung Karno membaca teks proklamasi dengan hikmad, terharu, dan bangga.
Beberapa orang menangis terharu. Lagu Indonesia Raya ciptaan Wage Rudolf Supratman dinyanyikan dengan semangat meski tanpa iringan musik. Bendera merah putih dinaikkan.

●Setelah upacara yang singkat itu Bung Karno kembali ke kamar tidurnya. Tubuhnya masih demam. Tapi ia sangat bangga.

★Sebuah negara baru telah dilahirkan. Pagi itu Indonesia merdeka.

Merdeka !!! Merdeka !!! Merdeka !!!

DAN SEJAK ITULAH KITA MEMILIKI NEGERA YANG BERNAMA INDONESIA, NEGERA YANG BERDAULAT PENUH SEPERTI NEGARA-NEGARA LAINNYA DI DUNIA.

a share from WA group.
 TOKOH-TOKOH PENTING DIBALIK LAHIRNYA PROKLAMASI 17 AGUSTUS 1945




KOREA DAN INDONESIA MERDEKA HANYA SELANG 2 HARI SAJA....?



Indonesia dan Korea Selatan merdeka pada hari yang berdekatan.
-Indonesia merdeka tanggal 17 Agustus 1945,
-Korea Selatan merdeka pada tanggal 15 Agustus 1945.

Walaupun hanya beda 2 hari, Korea Selatan yang dahulu "LEBIH MISKIN"  dari Indonesia.

Tapi sekarang  Korea berhasil menempati urutan papan atas Negara Maju. di Dunia.  Padahal kita memulai titik start membangun bangsa hanya selisih dua hari saja.

Hmmm .... hanya berbeda 2 hari tapi bisa berbeda segalanya … ! 
Kok bisa ya...?

Mari kita cermati beberapa persamaan dan perbedaan Pola Pikir dan Pola Hidup Bangsa Korea dan Bangsa Indonesia.

Orang Korea tidak merayakan 15 Agustus-an seperti kita di Indonesia.

Mereka hanya mengibarkan bendera, sudah.
Tidak ada umbul-umbul, spanduk, lomba-lomba, apalagi peringatan yang meriah.

Apakah tanpa semua itu mereka tidak cinta negaranya?

Jawabannya, pasti tidak!

Orang Korea, tidak ada yang tidak cinta negaranya.

Jika di Indonesia sejak zaman Orde Baru di tiap kantor dipasang foto presiden dan wakil presiden, di Korea mereka hanya memasang bendera negaranya. Mengapa...?

Bagi mereka, "Siapapun presidennya, negaraku tetap Korea". 

Bagi mereka, Presiden dan Wakil Presiden bukanlah Negara tapi hanya pengemban Tugas Negara.

Presiden adalah milik semua bangsa Korea dan bukan hanya sebagian golongan saja.  Jadi semua bangsa bersatu membangun Korea siapapun presidennya.

Setelah kemerdekaan Korea dari Jepang, mereka masih harus melewati fase perang saudara hingga akhirnya pecah menjadi Korea Utara dan Korea Selatan.

Saat itu, orang Korea teramat miskin, hingga makan nasi (yang merupakan kebutuhan pokok) saja susah.

Sehingga setiap bertemu, satu sama lain mereka akan bertanya “밥을 먹었어요?” (“Sudah makan nasi?”), jika belum maka akan diajak makan.  Begitulah solidaritas kebangsaan yang dimiliki oleh setiap orang di KOREA.

Begitu pula dengan kerja keras, sudah tidak diragukan lagi hasil nyata dari kerja keras Korea Selatan saat ini. Kita bisa lihat dari banyaknya produk berteknologi canggih yang membanjiri dunia termasuk Indonesia.

Pesan dari Presiden Korea saat itu,
“Let’s work harder and harder. Let’s work much harder not to make our sons and daughters sold to foreign countries.”

"Ayo kita bekerja lebih keras dan lebih keras, Ayo kita bekerja lebih keras untuk tidak membuat anak-anak kita dijual ke luar negeri"

Dan kemudian ditutup oleh quote ini,
“Now, we promise that we will hand over a good country to our sons and daughters, we will give you the country worthy to be proud as well.”

"Sekarang, kita berjanji bahwa kita akan menyerahkan sebuah negara yang baik untuk putra dan putri kita, kita akan memberikan negara yg layak untuk dibanggakan oleh anak-anak kita"

Lihatlah betapa nasionalisnya orang Korea, ketika mereka merantau di negara asing semisal Indonesia,  mereka hanya mau membeli produk-produk bermerek "Korea" kecuali jika memang tidak ada produk Korea yang di jual di negera tersebut.

Bisakah kita Indonesia seperti Korea...???
Bisakah kita bersatu dan berpikir seperti mereka..???
Bisakah kita memiliki Nasionalisme seperti bangsa Korea...???

Jika tidak, jangan Mimpi Indonesia bisa menjadi negara Maju seperti Korea.

Tolong sebarkan pesan ini untuk seluruh anak bangsa

Terimakasih untuk anda yang telah ikut membangunkan anak bangsa melalui artikel ini.

Salam Kemerdekaan INDONESIA

tulisan ini di share dari sahabat Yayoek,
Anggota Resimen Mahasiwa, Batalion 8 UI 1989-1994

INTI GERAKAN INDONESIAN STRONG FROM HOME




"Bagaimana kita bisa mengubah negeri ini menjadi lebih baik, jika mengubah keluarga kita sendiri saja belum mampu..?"

"Bagaimana kita bisa mengubah keluarga kita jadi lebih baik, jika mengubah diri kita sendiri kita menjadi lebih baik saja belum mampu..?"

"Jadi jika ingin bangsa ini berubah menjadi lebih baik, tidak usahlah terlalu banyak teori yang rumit-rumit,  mulailah dari keluarga kita lebih dahulu....dan mulailah dari diri sendiri. "

Itulah inti dari GERAKAN INDONESIAN STRONG FROM HOME

"MENGUBAH NEGERI MULAI DARI KELUARGA DAN DIRI SENDIRI."

-ayah edy-
www.ayahkita.com


Tuesday, July 26, 2016

WASPADA DAMPAK NEGATIF GAME POKEMON GO BAGI ANAK KITA



*Di Tengah banyaknya Sinyalemen bahwa keranjingan pokemon go sudah membahayakan*, antara lain karena nilai2 Jepang yg dibawa belum tentu cocok dgn nilai lokal, maka perlu juga diteliti asal usul tokoh kucing Pokemon ini. 



Dan berikut Ini hasil penelitian dari salah satu lembaga Riset terpercaya :

Pokemon itu adalah kucing keturunan generasi ke 3 dari kucing Jepang yang bernama Doraemon.
dan ternyata DORAEMON itu adalah kucing yang berasal dari Indonesia tepatnya dari tanah Jawa, nama aslinya DORA-EMAN, yg artinya TIDAK ADA yg SAYANG....., itulah mengapa pada akhirnya dia dibawa ke Jepang

Sebenarnya kucing DORA-EMAN itu sampai saat ini masih punya banyak saudara di Jawa yang namanya sesuai dengan karakternya masing-masing.

●☞ Yang bodoh namanya DORAMUDENG.
●☞ Yang minggat/kabur namanya DORABALI.
●☞ Yang suka keluyuran namanya DORAMULIH.
●☞ Yang suka begadang namanya DORATURU.
●☞ Yang suka ngawur namanya DORANGGENAH.
●☞ Yang pikun namanya DORAELING.
●☞ Yang suka gatal2 badan namanya DORAADUS.
●☞ Yang suka omong namanya DORAMENENG.
●☞ Yang sukanya berantem namanya DORAAKUR.
●☞ Yang kurus namanya DORAMANGAN.
●☞ Yang macet-macetan MUDIK namanya DORAKAPOK. _persis sampèyan 😛_
●☞ Yang susah makan DORALUWE.

Yg mau nya pulsa gratisan DORAMBAYAR
Yang sering off line kehabisan pulsa namanya DORAONLINE
Yang sering pasang-pasang status foto selfi di fb namanya DORAEKSIS

●☞ Yang baca TULISAN ini sambil senyum~senyum sendiri namanya DORAWARAS.
●☞ Yang nggak pada ketawa namanya DORANGERTI.

Note: Yang suka bikin status-status kayak gini namanya DORADUWEGAWEAN

Mari kita berikan senyum kita yang terindah untuk keluarga tercinta.