dear ayah edy... Please...please... help me, urgent !!!
hai ayah Edy, perkenalkan saya ismaya (bukan nama
sesungguhnya). Saya mempunyai 1 anak perempuan berumur 2th; dan saat ini sedang
sekolah di international school dgn kurikulum s’pore.sebagai orang tua saya
sangat membutuhkan masukkan dan pendapat dari ayah Edy.apalagi saya sangat
sering membaca saran2 yg diberikan ayah edy di fb ini sangat membantu untuk
permasalahan tumbuh kembang anak.
Begini anak saya belajar di sekolah itu satu kelas ada 7
orang, temannya ada yg 2,5th , 2th, 18bln, 28bln dll paling besar
3th.didampingi guru 4 orang.satu yg mengajar.3 orang lainnya membantu
kelangsungan belajar.
Karna anak saya baru 2 bulan masuk sekolah ini.sebelumnya anak
saya sekolah di int school lain yg kurikulum nya dari america; karna sangat
mahal dan saya tdk mampu akhirnya saya pindah ke sekolah sekarang.
Dari 4 orang guru ini ada salah satu guru yg sangat tdk
sabar..dan menerapkan cara yg tdk etis untuk anak umur 2th.
Selama 2 bulan itu, karna saya bikin perjanjian dgn pihak
sekolah saya ingin berada di kelas utk melihat apakah anak saya bisa mengikuti
atau tdk.akhirnya saya bisa melihat kelakuan guru tersebut.
Memang tdk dilakukan ke anak saya.tp ke salah satu anak di
kelas tersebut.
Jd anak itu nangis tdk selesai2 lalu dibentak dan guru
tersebut bilang “stop!!!” Don’t cry!!!.sambil menunjuk ke anak tersebut.lalu
anak itu semakin keras nangis nya dan lalu muntah.si guru tsbt bukan menurunkan
nada suara nya malah tambah kencang. Dan nangis nya semakin menjadi2.
Anak tsbt lalu jd ketakutan.dan akhirnya saya yg memegang
anak tsbt lalu saya gantikan baju.lalu saya tenangkan dia.
Yg saya aneh kenapa guru2 yg lain, yg ada di situ bukannya
menenangkan anak tsbt atau memberi tahu bahwa tindakan membentak anak itu tdk
baik dan akan membuat anak tsbt takut akan guru atau trauma.
Saya bisa bicara seperti ini karna di sekolah anak saya
dahulu bila ada anak menangis mereka tdk akan membentak malah menenangkan.
Itu anak umur 2th.blm mengerti mana yg benar mana yg
salah.dan dia lbh banyak menggunakan imajinasi nya.seharusnya sebagai guru itu
tdk melakukan hal seperti itu.
Dia bukan anak umur 17 tahun yg bisa dibentak lalu di suruh
diam.bukannya diam malah tambah kencang nangis nya...
Dan kejadian itu bukan hanya satu kali tp saya lihat sudah
3x.
Yg saya takutkan skrg bgmn apabila guru tsbt melakukan hal
itu ke anak saya.apalagi anak saya skrg sudah naik kelas.dan saya juga tdk akan
menunggui dia trs di dlm kelas.
Dari pihak sekolah tdk ada tanggapan sama sekali.
Saya benar2 minta bantuan dari ayah edy , tlg beri tahu saya
tindakan apa yg harus saya lakukan untuk menghentikan perlakuan guru tsbt.
Karna saya tahu ayah edy selain menulis disini, juga
memberikan seminar2 pada guru2.jd tahu tindakan apa yg harus saya lakukan .
Apa akan ada murid lain yg akan dia bentak2 selain anak itu.
Terima kasih.
Jawab:
Bu Ismaya yang baik, permasalahan semacam ini memang kerap kali terjadi, hal ini disebabkan karena pada umumnya guru2 hanya
terlatih untuk mengajar dan tidak terlatih untuk mendidik. Padahal keberhasilan pengajaran di tentukan
oleh kemampuan dan keberhasilan guru dalam mendidik.
Mendidik dan mengajar sangatlah jauh berbeda meskipun keduanya berhubungan dengan fungsi otak
anak. Mendidik berkaitan dengan otak
kanan atau sistem emosional dan prilaku anak, membuat anak yang tidak mau
menjadi mau, sedangkan pengajaran lebih banyak berhubungan dengan otak kiri
yakni membuat anak tidak tahu menjadi tahu, tidak bisa menjadi bisa dan
ahli. Bagaimana anak menjadi tahu dan
bisa jika dia tidak mau melakukannya..?
Syarat mendidik yang baik
pertama adalah harus menjadikan diri kita (guru) sebagai sosok yang di cintai oleh anak, apa
bila kita sudah di cintai oleh setiap anak maka anakpun akan mau melakukan apa
saja yang kita minta inilah idealnya sistem belajar mengajar di selenggarakan. Tanpa guru mampu untuk membangun hubungan
yang membahagiakan anak, maka tidak akan pernah mungkin otak anak mau bekerja
dan belajar, begitulah hasil penelitian dari para Ahli Sains Otak.
Mengapa hal ini bisa terjadi bahkan di sekolah Mahal, baik lokal atau International Brand
sekalipun..?
Saya sering mengatakan dalam seminar bahwa sekolah yang
mahal, fasilitas yang mewah bukan jaminan anak akan berhasil dalam proses
belajar mengajar. Justru kunci utamanya
adalah terletak pada guru dan kerjasama orang tua murid.
Saya sering memberikan ilustrasi perumpamaan kepada para guru
kami, bahwa Ikan yang sehat tidak
tergantung pada Kolam atau Aquarium yang Mewah, melainkan tergantung pada air
yang sehat serta bagaimana proses pemeliharaannya dilakukan secara baik dan
termonitor terus-menerus. Sekolah yang
bagus tidak tergantung pada mahal atau mewahnya fasilitas, namun tergantung
pada gurunya dan monitoring proses belajar mengajar yang terus menerus. Lihatlah pengalaman kita dulu waktu masih
sekolah, bagaimana pelajaran matematika, fisika, kimia, sejarah, bhs. Inggris
dll. menjadi lebih mudah manakala yang mengajar adalah guru favorit di sekolah.
Semua masalah yang ibu sampaikan pada umumnya berawal dari
proses perekrutan para gurunya, kebanyakan sekolah demi menciptakan Imej yang
Bonafide lebih banyak merekrut guru yang “Pintar” secara IQ ketimbang sabar dan
cinta anak. Sekolah juga lebih menyukai
calon guru yang bertitle tinggi atau lulusan dari Perguruan Tinggi ternama,
ketimbang yang memiliki motivasi belajar tinggi dan selalu mau berubah menjadi
lebih baik. Sementara berdasarkan
pengalaman kami, guru-guru yang hebat dan luar biasa yang kami miliki saat ini
adalah guru yang sejak kecil memang sudah berniat menjadi guru, mencintai dunia
anak, sabar dan penuh kasih sayang, sedangkan hal-hal yang saya sebut di atas
seperti Pintar, Tingginya Title, serta berasal dari Perguruan Tinggi ternama
sama sekali tidak menjamin. Hal ini
telah kami buktikan melalui pengalaman kami berkali-kali selama lebih dari 6
tahun merekrut guru dan menyelenggarakan sekolah yang di cintai anak.
Yang kedua adalah Sekolah sering kali memberikan fokusnya
pada pencapaian kurikulum yang sudah di targetkan bukan pada upaya untuk
melihat perbedaan cara belajar atau permasalahan yang dialami masing-masing
anak, sehingga terjadilah fenomena para guru yang seperti “Supir Angkutan Umum
yang dikejar setoran, lupa akan perasaan, kekhawatiran dan keselamatan para
penumpangnya.
Yang ketiga adalah sistem monitoring terhadap guru yang
lemah, terutama pada guru-guru yang dinilai sering memiliki masalah dengan para
anak dan orang tua. Kami memiliki
standar Perforamance yang sangat tinggi bagi guru-guru kami. Mereka dinilai
oleh Atasan, Sejawat guru, Anak-anak
juga para orang tua murid. Kami akan segera mengeluarkan seorang guru yang kami
anggap tidak layak, namun demikian kami juga pernah meminta orang tua yang
tidak peduli dengan proses pendidikan anaknya disekolah untuk mencari sekolah
lain yang lebih peduli dari sekolah kami.
Yang keempat biasanya adalah guru tidak dibantu untuk
menyelesaikan permasalahnnya melalui proses Pelatihan dan Konseling yang
terus-menerus dari Senior Teachernya/Guru Pembinanya (karena guru juga manusia
yang punya banyak masalah)
Saran kami adalah bicarakan semua peristiwa dengan sekolah,
ajaklah untuk melakukan perbaikan, namun jika tidak sebaiknya pindahkan ke
sekolah lain dan jangan lupa cari sekolah yang membolehkan anak melakukan
proses trial selama 1 s/d 2 minggu, untuk mengukur apakah anak kita kerasan dan
betah disekolah yang baru tersebut. Jika tidak maka alternatif lain yang
memungkinkan saat ini adalah dengan Home Schooling.
Selamat mencoba semoga berhasil.
ayah edy
Pimpinan Sekolah Maha Karya Gangga
Singaraja, Buleleng, Bali
Office: 0362 -330-1705
fb.
https://www.facebook.com/profile.php?id=100009568896286&fref=ts