Indonesia pada hakikatnya merupakan kumpulan dari keluarga yg tersebar dilebih dari 12.000 pulau yg ada di Nusantara. Apabila keluarga2 ini kuat, maka Indonesia akan menjadi Bangsa & Negara yg Kuat dgn sendirinya tanpa perlu konsep yg berbelit-belit & biaya yg membebani negara. Pastikan keluarga & sanak famili kita di seluruh tanah air telah bergabung dlm GERAKAN MEMBANGUN INDONESIA YANG KUAT DARI KELUARGA. Kalau bukan kita, siapa lagi ? Kalau bukan sekarang, kapan lagi ?
SATU-SATUNYA SITUS RESMI AYAH EDY
Wednesday, November 29, 2017
SELAMAT HARI GURU
Bu Di yang dicintai Tuhan, setiap hari guru saya selalu terkenang kisah ini.
Dan sekarang saya sering sekali melakukan apa yang ibu lakukan.
-ayah edy-
Para orang tua yang berbahagia....
Bersama seorang guru disuatu sekolah di Bogor kami biasanya sering mendiskukan berbagai macam permasalahan dan prilaku anak disekolah tersebut. Mulai dari yang ringan sampai yang terkadang agak berat.
Suatu ketika sang guru menceritakan salah seorang muridnya yang sangat sulit sekali di didik dan di ajar.... anak ini terlihat agak lambat menerima pelajaran katanya. Beberapa kali kita cobakan cara yang kira-kira tepat untuk membantu anak ini. Namun sepertinya belum membuahkan hasil yang membahagiakan.
Beberapa waktu berlalu, saya masih sering berkomunikasi, dan masih terus berusaha untuk membantu si murid agar bisa menjadi lebih baik; namun berbagai cara telah dicoba ternyata belum berhasil juga. Kali ini rupanya kami berdua sepertinya sedang di Uji oleh Tuhan.
Setelah lebih dari 1 tahun berselang kami bertemu lagi dengan guru tersebut; dengan wajah yang berbinar-binar menceritakan bahwa ia telah berhasil membuat kemajuan yang berarti bagi muridnya itu. Wah saya juga jadi ikut bahagia mendengar berita baik itu. Namun saya jadi penasaran metede apa yang telah ditemukan oleh si Guru tadi sehingga ia berhasil membuat muridnya menjadi lebih baik dan berprestasi lebih bagus....
Dengan penuh penasaran saya bertanya padanya; Ibu bagaimana caranya sampai bisa berhasil.....?
Bagini ayah.... suatu malam saat saya sedang beribadat saya teringat murid saya itu; kemudian seketika itu saya coba membayangkan wajahnya baik-baik....lalu perlahan-lahan saya mengadukan hal ini pada Tuhan; Saya berkata, "ya Tuhan....kami sudah berupaya keras untuk membuat anak ini menjadi lebih baik, kami sudah menggunakan berbagai macam cara untuk membantunya, Tapi toh kami belum berhasil juga....; Kami sudah tidak tahu lagi harus melakukan apa, Ya Tuhan tolonglah kami, kami hanya ingin anak ini menjadi lebih baik.....", lalu saya bersujud sambil menitikkan air mata berharap supaya permohonan saya dikabulkan......
Lalu ibu guru itu melanjutkan, Sungguh diluar dugaan katanya; keesokan harinya mulai terjadi perubahan dan peningkatan yang sangat signifikan terhadap kemampuan belajar si anak; saya bukan main girangnya; betapa begitu banyak misteri dalam diri anak kita yang masih belum berhasil kita ketahui dan begitu banyak misteri dalam diri murid kita yang belum berhasil di kupas oleh pengetahuan. Namun ternyata tidaklah demikian bagi Tuhan; segala yang tidak mungkin bagi kita selalu mungkin bagi Tuhan.
Para orang tua.... Saya sungguh terharu mendengarkan penuturan sang ibu guru tadi; tak sadar airmata sayapun menitik membahasahi pipi; Lalu pada malam harinya dalam sujud kepada Tuhan....saya merenung ...,
.....Wahai Tuhan....Seandainya saja di negeri ini ada lebih banyak guru yang begitu mencintai muridnya; dan mau mendoakan muridnya secara sungguh-sungguh, saya yakin sebesar apapun persoalan yang kita hadapi akan mampu kita pecahkan.....
*True Story yang saya alami bersama dengan seorang guru salah satu sekolah di Bogor.
sumber gambar: http://www.mirajnews.com/2017/07/doa-kebaikan-agama-dunia-dan-akhirat.html/76kerja-otak-lebih-aktif-saat-seseorang-berdoa-atau-shalat
FITNAH DAN KEBENCIAN
Biasakanlah membaca dan berbagi kebaikan;
Jangan jadikan kepala kita seperti kepala KOREK API
Satu pohon dapat membuat jutaan batang korek api, tapi satu batang korek api juga dapat membakar jutaan pohon.
Jadi, satu pikiran negatif dapat membakar semua pikiran positif.
Korek api mempunyai kepala, tetapi tidak mempunyai otak, oleh karena itu setiap kali ada gesekan kecil, sang korek api langsung terbakar.
Kita mempunyai kepala, dan juga otak
Jadi kita tidak perlu terbakar amarah hanya karena gesekan kecil.
Ketika burung hidup, ia makan semut. Ketika burung mati, semut makan burung.
Waktu terus berputar sepanjang zaman. Siklus kehidupan terus berlanjut.
Jangan merendahkan siapapun dalam hidup, bukan karena siapa mereka, tetapi karena siapa diri kita.
Kita mungkin berkuasa tapi WAKTU lebih berkuasa daripada kita.
Waktu kita sedang jaya, kita merasa banyak teman di sekeliling kita. Waktu kita jatuh, kita baru tahu siapa sesungguhnya teman kita.
Waktu kita sakit, kita juga baru tahu bahwa sehat itu sangat penting, jauh melebihi HARTA.
Ketika kita tua, kita baru tahu kalau masih banyak yang belum dikerjakan, dan setelah di ambang ajal, kita baru tahu ternyata begitu banyak waktu yang terbuang sia-sia.
Hidup tidaklah lama, sudah saatnya kita bersama-sama membuat HIDUP LEBIH BERHARGA, saling menghargai, saling membantu dan memberi, juga saling mendukung.
Jadilah teman perjalanan hidup yg tanpa pamrih dan syarat.
Believe in "Cause and Effect" Apa yang ditabur, itulah yang akan kita tuai.
Jadilah kepala manusia sebagai kepala yang bijak dan jangan pernah jadikan kepala kita sepert pentol korek api.
di share oleh Mas Gunawan P
CARA BERSYUKUR YANG BENAR
Kebahagiaanku adalah ketika ada orang yang merasakan manfaat langsung dari parenting bagi keluarganya.
Suatu hari saat saya memberikan Seminar di Makassar, tiba-tiba ada seorang ibu yang mau bersujud dan bersimpuh dilantai memeluk kaki saya, sambil menangis katanya ia begitu merasa berterimakasih dan bersyukur bisa belajar parenting dan ikut acara ini dan bertemu langsung dengan saya.
Sungguh saya sangat kaget dan segera saya cegah, dan saya minta segera berdiri; saya katakan, ibu bukan seperti ini caranya bersyukur dan berterimakasih,
Jika ibu ingin bersujud maka bersujudlah kepada Allah SWT. bukan kepada saya, karena semua Ilmu itu hanya milikNya dan berasal dariNya.
Saya tidak punya apa-apa dan hanya sebatas menyampaikan apa yang diberikan Tuhan pada saya melalui berbagai sumber.
Jika ibu ingin bersyukur, Lebih baik ibu nanti malam lakukan Shollat Syukur dan Sujud Syukur.
Dan kalau sama saya mari sekarang kita berfoto bersama saja ya...
Dan Alhamdullila kami sempat berfoto bersama ketua panitia, dan berkat kemurahan hati Pak Ketua Panitia, beliau mendapat hadiah jalan-jalan ke Jakarta PP.
Sungguh sangat mengharukan dan membahagiakan jika ada diantara para orang tua yang merasakan manfaat dari parenting.
Salam syukur penuh berkah,
ayah edy
TANTE RINA EKSIS DI NEW ZEALAND
Tante Rina.... we Proud of You !
Jauh-jauh ke Ujung Selatan Negeri Para Hobbits
Eh berjumpa dengan Resto yang rasanya Eunak Tenan, ternyata pemiliknya orang Indonesia, namanya Tante Rina dari Sum Bar, ternyata bumbunya Tante Rina sendiri yang mengajarkan pada para Juru Masaknya .... Wuiiiihhh hebat !
Kalau kesana jangan sampai gak mampir ya... Nyesel, letaknya di pusat kota kecil Palmy, berdekatan dengan Count Down.
Wah setelah 2 kali makan disana akhirnya jumpa juga dengan Tante Rina...., ngobrol asyik....
Bangga banget rasanya ada anak Bangsa yang Eksis banget di negeri orang. Pingin belajar bagaimana caranya bisa Eksis di negeri orang.... tapi sayangnya tantenya sibuk banget, maklu tamunya cukup melimpah, sebagian besar Western, dan beberapa tamu Asia termasuk kita.
Sampe Jumpa Lagi ya Tante Rina.
GBU & Fam...
BUKU UNTUK ORANG TUA ABG
Jika kita mulai kesulitan dalam mendidik anak kita yang sudah tumbuh menjadi ABG....
Sudah saatnya kita membaca dan mempraktekkan isi buku ini....
Buku yang lengkap membahas semua problematik ABG mulai dari yang ringan sampai yang berat....
BERIKUT ADALAH SALAH SATU CONTOH KASUS DAN PEMECAHAN MASALAH YANG DI BAHAS DALAM BUKU INI
Silahkan di pelajari dan di prekatekkan:
Bagaimana Mengajarkan Penggunaan Internet yang Bertanggung Jawab pada Anak Remaja?
“Keviiin ... Viiin ... makan dulu. Di mana sih, tuh anak? Rio, abangmu mana, sih?” tanya Titi dengan gelisah kepada anaknya.
“Bunda kayak enggak tahu saja. Biasalah, Kevin di kamar, lagi ‘pacaran’ sama internet,” seloroh Rio.
Titi menggeleng-gelengkan kepala. Putra sulungnya, Kevin, memang getol berselancar di dunia maya. Sepulang sekolah, ia langsung masuk kamar dan connect internet.
Di akhir pekan atau di waktu luang, Kevin juga lebih suka menghabiskan waktu depan laptop daripada keluyuran.
Titi pernah bertanya, “Memangnya mata kamu enggak capek melototin laptop terus? Ngapain saja sih kalau internetan?”
“Di internet sih mau ngapain saja bisa, Bun. Aku browsing, download lagu, download film, nonton klip di YouTube, lihat-lihat 9Gag, upload ke Vine ....”
Titi yang agak gaptek tak paham separuh jawaban Kevin. Apa tadi? 9Gag, Vine, apaan, tuh? Yang Titi tahu, lewat internet, seseorang memang bisa memperoleh banyak informasi dan pengetahuan.
Sebaliknya, lewat internet juga seseorang bisa dipengaruhi hal-hal buruk. Bagaikan pisau yang bisa membantu kita memotong daging dan buah, tetapi bisa juga menjadi alat kejahatan. Nah, yang mana yang akan didapat Kevin?
Duh, bagaimana ya cara mengajarkan penggunaan internet yang bertanggung jawab?
Jawaban Ayah Edy:
Ayah-Bunda tersayang ....
Kata “bertanggung jawab” dalam pertanyaan ini harus didefinisikan dulu. Sebelum ada kata “tanggung jawab”, seharusnya ada peraturan yang ditegakkan. Kalau tidak ada peraturan, kita tak mungkin mengatakan seseorang bertanggung jawab atau tidak. Lah, harus bertanggung jawab terhadap apa? Misalnya, bila ada peraturan si Kakak harus menjaga adiknya saat orangtuanya bekerja, berarti kakak bertanggung jawab terhadap adik. Karena itu, tegakkan dulu peraturannya.
Kata kunci dalam membuat aturan untuk remaja adalah: Libatkanlah dia.
Pertama, ajukan tawaran Anda. Misalnya Anda menawarkan jatah berinternet hanya 2 jam saja atau berinternet hanya boleh setelah belajar dan mengerjakan tugas sekolah.
Setelah ada tawaran dari orangtuanya, anak jadi tahu harus menawar berapa. Misalnya, dia menawar 3 jam karena tugas sekolah biasanya juga harus dikerjakan dengan googling di internet.
Berilah remaja Anda keleluasan untuk menawar, selama alasannya masuk akal. Kalau Anda kurang puas, Anda masih bisa menawar juga.
Jadi, ada proses negosiasi. Inilah bedanya anak-anak dengan remaja. Anak-anak biasanya tidak banyak menawar bila diberi peraturan.
Lewat internet, seorang anak memang bisa memperoleh berbagai ilmu.
Namun, perlukah penggunaan internet dibatasi? Menurut saya, tetap perlu!
Pertimbangan utamanya adalah kesehatan, khususnya mata. Bagaimanapun, radiasi komputer/laptop berdampak buruk. Dalam jangka pendek, mata bisa berair dan lelah.
Reaksi pupil mata terhadap cahaya melambat karena terlalu lama terkena cahaya berlebihan. Kerja mata yang terus menerus di depan laptop juga menurunkan produksi hormon melatonin. Akibatnya, bisa muncul sakit kepala, keletihan serta insomnia, sedangkan dalam jangka panjang, salah satu akibatnya adalah katarak. Jadi, tentu masuk akal bila kita membatasi waktu anak di depan komputer/laptop.
Selain itu, secara psikologis, manusia bisa kecanduan. Bukan hanya kopi atau rokok, tetapi segala hal bisa menjadi candu, termasuk internet.
Bahkan hal yang baik pun bila dilakukan secara berlebihan juga tidak baik. Contohnya olahraga. Olahraga terus menerus secara berlebihan tanpa kenal waktu dan kondisi juga tak baik buat tubuh, bukan?
Jadi, diskusikan dan bernegosiasilah dengan anak, apa saja peraturan berinternet dalam keluarga Anda. Setiap keluarga bisa punya peraturan yang berbeda-beda. Dengan negosiasi, peraturan yang dibuat adalah hasil kesepakatan bersama. Bukan hanya perintah yang searah dari orangtua.
Setelah peraturan disepakati, tuliskan di atas kertas, tandatangani bersama, lalu tempel di tembok. Penting sekali untuk menuangkan peraturan di kertas untuk menguatkan. Selain peraturan, tuliskan juga konsekuensi serta hadiah bila peraturan tersebut dipatuhi atau dilanggar.
Misalnya:
Peraturan yang disepakati: Berinternet hanya boleh 2 jam per hari setelah belajar.
Konsekuensinya jika dilanggar: Misalnya, denda yang diambil dari uang saku sebesar sekian (jumlah sesuai kesepakatan) atau mengurangi waktu berinternet keesokan harinya.
Hadiah bila peraturan tak dilanggar selama sebulan penuh: Penambahan uang saku selama seminggu atau anak boleh membeli buku atau benda yang diinginkan selama ini.
Ingat, ini hanya ilustrasi. Isi peraturan, konsekuensi, dan hadiah berpulang pada kesepakatan keluarga Anda sendiri. Yang jelas, inilah contoh peraturan yang berimbang. Kebanyakan peraturan berat sebelah karena hanya mencantumkan konsekuensi, tetapi tidak ada imbalan bagi yang patuh. Itu hukum yang setengah hati. Terhadap anak-anak, kita harus bersikap sepenuh hati.
Apakah peraturan sebaiknya juga mencantumkan situs apa saja yang tidak boleh dibuka?
Nah, ini agak sulit. Bila kita melarang anak membuka situs-situs tertentu, biasanya yang terjadi adalah kucing-kucingan. Di depan kita, dia tidak membuka situs itu. Namun, di belakang kita, siapa tahu? Daripada anak dilarang, lalu malah kucing-kucingan, sebaiknya kita buka saja situs itu bersama.
Jadi, peraturannya, misalnya: Situs ABC atau XYZ atau situs yang berbau kekerasan atau pornografi hanya boleh dibuka bersama Ayah atau Bunda.
Sebenarnya ketika seseorang melihat gambar orang telanjang bulat atau gambar kelamin sekalipun, reaksinya tergantung persepsi yang tertanam di kepalanya.
Putra saya melihat orang bugil seperti sedang membaca buku anatomi tubuh kedokteran. Dia melihat payudara sebagai alat untuk menyusui anak bayi dan melihat vagina sebagai alat reproduksi dan pembuangan air seni (toxic tubuh). Sebaliknya, sebagian anak lain mungkin melihatnya sebagai gambar erotis. Objek gambar yang dilihat bisa sama, tetapi persepsi yang timbul bisa berbeda-beda.
Situs porno hanya berbahaya bila kita belum menanamkan program kekebalan atau antipornografi di kepala anak. Ketika program yang benar sudah tertanam, yang akan dilihat anak adalah “anatomi tubuh manusia” dan aktivitas reproduksi manusia. Namun, bila yang lebih dulu menanamkan program di kepala anak adalah teman-temannya, maka yang ia lihat adalah gambar-gambar erotis.
Jadi, daripada anak kita membuka situs porno bersama teman-temannya, lalu program yang tertanam di kepalanya adalah program dari kawannya, lebih baik kita dampingi ia membuka situs itu, ajak dia mengobrol dan tanamkan program antipornografi Anda di kepalanya.
Apa tidak ada dampak buruknya bila anak diizinkan melihat situs porno? Jangan-jangan nanti ia malah ketagihan ....
Nah, untuk menjawab pertanyaan ini, silakan lanjutkan membaca Curhat 4.
Curhat 4
Bagaimana Bila Kita Memergoki Anak Menonton Video Porno di Gadgetnya?
Selengkapnya bisa di baca dalam buku ini di Gramedia,
atau bisa di beli on line dan berhadiah CD Parenting senilai Rp. 600.000,- melalui fb berikut ini:
COPAS: https://www.facebook.com/Pusat-pemesanan-buku-AYAH-EDY-1538959983042274/
Sudah saatnya kita membaca dan mempraktekkan isi buku ini....
Buku yang lengkap membahas semua problematik ABG mulai dari yang ringan sampai yang berat....
BERIKUT ADALAH SALAH SATU CONTOH KASUS DAN PEMECAHAN MASALAH YANG DI BAHAS DALAM BUKU INI
Silahkan di pelajari dan di prekatekkan:
Bagaimana Mengajarkan Penggunaan Internet yang Bertanggung Jawab pada Anak Remaja?
“Keviiin ... Viiin ... makan dulu. Di mana sih, tuh anak? Rio, abangmu mana, sih?” tanya Titi dengan gelisah kepada anaknya.
“Bunda kayak enggak tahu saja. Biasalah, Kevin di kamar, lagi ‘pacaran’ sama internet,” seloroh Rio.
Titi menggeleng-gelengkan kepala. Putra sulungnya, Kevin, memang getol berselancar di dunia maya. Sepulang sekolah, ia langsung masuk kamar dan connect internet.
Di akhir pekan atau di waktu luang, Kevin juga lebih suka menghabiskan waktu depan laptop daripada keluyuran.
Titi pernah bertanya, “Memangnya mata kamu enggak capek melototin laptop terus? Ngapain saja sih kalau internetan?”
“Di internet sih mau ngapain saja bisa, Bun. Aku browsing, download lagu, download film, nonton klip di YouTube, lihat-lihat 9Gag, upload ke Vine ....”
Titi yang agak gaptek tak paham separuh jawaban Kevin. Apa tadi? 9Gag, Vine, apaan, tuh? Yang Titi tahu, lewat internet, seseorang memang bisa memperoleh banyak informasi dan pengetahuan.
Sebaliknya, lewat internet juga seseorang bisa dipengaruhi hal-hal buruk. Bagaikan pisau yang bisa membantu kita memotong daging dan buah, tetapi bisa juga menjadi alat kejahatan. Nah, yang mana yang akan didapat Kevin?
Duh, bagaimana ya cara mengajarkan penggunaan internet yang bertanggung jawab?
Jawaban Ayah Edy:
Ayah-Bunda tersayang ....
Kata “bertanggung jawab” dalam pertanyaan ini harus didefinisikan dulu. Sebelum ada kata “tanggung jawab”, seharusnya ada peraturan yang ditegakkan. Kalau tidak ada peraturan, kita tak mungkin mengatakan seseorang bertanggung jawab atau tidak. Lah, harus bertanggung jawab terhadap apa? Misalnya, bila ada peraturan si Kakak harus menjaga adiknya saat orangtuanya bekerja, berarti kakak bertanggung jawab terhadap adik. Karena itu, tegakkan dulu peraturannya.
Kata kunci dalam membuat aturan untuk remaja adalah: Libatkanlah dia.
Pertama, ajukan tawaran Anda. Misalnya Anda menawarkan jatah berinternet hanya 2 jam saja atau berinternet hanya boleh setelah belajar dan mengerjakan tugas sekolah.
Setelah ada tawaran dari orangtuanya, anak jadi tahu harus menawar berapa. Misalnya, dia menawar 3 jam karena tugas sekolah biasanya juga harus dikerjakan dengan googling di internet.
Berilah remaja Anda keleluasan untuk menawar, selama alasannya masuk akal. Kalau Anda kurang puas, Anda masih bisa menawar juga.
Jadi, ada proses negosiasi. Inilah bedanya anak-anak dengan remaja. Anak-anak biasanya tidak banyak menawar bila diberi peraturan.
Lewat internet, seorang anak memang bisa memperoleh berbagai ilmu.
Namun, perlukah penggunaan internet dibatasi? Menurut saya, tetap perlu!
Pertimbangan utamanya adalah kesehatan, khususnya mata. Bagaimanapun, radiasi komputer/laptop berdampak buruk. Dalam jangka pendek, mata bisa berair dan lelah.
Reaksi pupil mata terhadap cahaya melambat karena terlalu lama terkena cahaya berlebihan. Kerja mata yang terus menerus di depan laptop juga menurunkan produksi hormon melatonin. Akibatnya, bisa muncul sakit kepala, keletihan serta insomnia, sedangkan dalam jangka panjang, salah satu akibatnya adalah katarak. Jadi, tentu masuk akal bila kita membatasi waktu anak di depan komputer/laptop.
Selain itu, secara psikologis, manusia bisa kecanduan. Bukan hanya kopi atau rokok, tetapi segala hal bisa menjadi candu, termasuk internet.
Bahkan hal yang baik pun bila dilakukan secara berlebihan juga tidak baik. Contohnya olahraga. Olahraga terus menerus secara berlebihan tanpa kenal waktu dan kondisi juga tak baik buat tubuh, bukan?
Jadi, diskusikan dan bernegosiasilah dengan anak, apa saja peraturan berinternet dalam keluarga Anda. Setiap keluarga bisa punya peraturan yang berbeda-beda. Dengan negosiasi, peraturan yang dibuat adalah hasil kesepakatan bersama. Bukan hanya perintah yang searah dari orangtua.
Setelah peraturan disepakati, tuliskan di atas kertas, tandatangani bersama, lalu tempel di tembok. Penting sekali untuk menuangkan peraturan di kertas untuk menguatkan. Selain peraturan, tuliskan juga konsekuensi serta hadiah bila peraturan tersebut dipatuhi atau dilanggar.
Misalnya:
Peraturan yang disepakati: Berinternet hanya boleh 2 jam per hari setelah belajar.
Konsekuensinya jika dilanggar: Misalnya, denda yang diambil dari uang saku sebesar sekian (jumlah sesuai kesepakatan) atau mengurangi waktu berinternet keesokan harinya.
Hadiah bila peraturan tak dilanggar selama sebulan penuh: Penambahan uang saku selama seminggu atau anak boleh membeli buku atau benda yang diinginkan selama ini.
Ingat, ini hanya ilustrasi. Isi peraturan, konsekuensi, dan hadiah berpulang pada kesepakatan keluarga Anda sendiri. Yang jelas, inilah contoh peraturan yang berimbang. Kebanyakan peraturan berat sebelah karena hanya mencantumkan konsekuensi, tetapi tidak ada imbalan bagi yang patuh. Itu hukum yang setengah hati. Terhadap anak-anak, kita harus bersikap sepenuh hati.
Apakah peraturan sebaiknya juga mencantumkan situs apa saja yang tidak boleh dibuka?
Nah, ini agak sulit. Bila kita melarang anak membuka situs-situs tertentu, biasanya yang terjadi adalah kucing-kucingan. Di depan kita, dia tidak membuka situs itu. Namun, di belakang kita, siapa tahu? Daripada anak dilarang, lalu malah kucing-kucingan, sebaiknya kita buka saja situs itu bersama.
Jadi, peraturannya, misalnya: Situs ABC atau XYZ atau situs yang berbau kekerasan atau pornografi hanya boleh dibuka bersama Ayah atau Bunda.
Sebenarnya ketika seseorang melihat gambar orang telanjang bulat atau gambar kelamin sekalipun, reaksinya tergantung persepsi yang tertanam di kepalanya.
Putra saya melihat orang bugil seperti sedang membaca buku anatomi tubuh kedokteran. Dia melihat payudara sebagai alat untuk menyusui anak bayi dan melihat vagina sebagai alat reproduksi dan pembuangan air seni (toxic tubuh). Sebaliknya, sebagian anak lain mungkin melihatnya sebagai gambar erotis. Objek gambar yang dilihat bisa sama, tetapi persepsi yang timbul bisa berbeda-beda.
Situs porno hanya berbahaya bila kita belum menanamkan program kekebalan atau antipornografi di kepala anak. Ketika program yang benar sudah tertanam, yang akan dilihat anak adalah “anatomi tubuh manusia” dan aktivitas reproduksi manusia. Namun, bila yang lebih dulu menanamkan program di kepala anak adalah teman-temannya, maka yang ia lihat adalah gambar-gambar erotis.
Jadi, daripada anak kita membuka situs porno bersama teman-temannya, lalu program yang tertanam di kepalanya adalah program dari kawannya, lebih baik kita dampingi ia membuka situs itu, ajak dia mengobrol dan tanamkan program antipornografi Anda di kepalanya.
Apa tidak ada dampak buruknya bila anak diizinkan melihat situs porno? Jangan-jangan nanti ia malah ketagihan ....
Nah, untuk menjawab pertanyaan ini, silakan lanjutkan membaca Curhat 4.
Curhat 4
Bagaimana Bila Kita Memergoki Anak Menonton Video Porno di Gadgetnya?
Selengkapnya bisa di baca dalam buku ini di Gramedia,
atau bisa di beli on line dan berhadiah CD Parenting senilai Rp. 600.000,- melalui fb berikut ini:
COPAS: https://www.facebook.com/Pusat-pemesanan-buku-AYAH-EDY-1538959983042274/
MAKNA GURU ?
GURU konon berasal dari bahasa Sansekerta, makna kata GURU TIDAK SAMA DENGAN TEACHER.
Guru dalam pehamahan masyarakat Timur.... lebih mirip Master dalam bahasa Inggris.
GU bermakna kegelapan Ru bermakna kecerahan...
Jadi Guru adalah orang yang bisa mengubah kegelapan menjadi terang-benderang.
Jadi jika kita sungguh-sungguh telah menjadi guru, maka kita akan selalu bisa mengajak diri kita dan murid-murid kita juga orang lain untuk bisa berpindah dari kegelapan ke Pencerahan hidup ini.
Dan siapapun bisa menjadi Guru dalam kehidupan ini.
Selamat hari Guru
-ayah edy-
TAMBAH ANAK ?
MEMANTASKAN DIRI SESUAI KEMAMPUAN KITA MASING-MASING
Ada pertanyaan bagus di kolom komen sbb:
"Kenapa Ayah gk nambah anak lagi yah....?"
Ini jawaban saya :
Anak adalah tanggung jawab dunia akhirat bukan asal mampu melahirkan dan memberi makan.
Ukurlah kemampuan kita masing2 u bisa mempertanggung jawabkan titipanNya kelak di akhirat
Punya anak bukan sekedar mampu memberi makan dan membuat tubuhnya tambah besar semata
Tapi mampukah kita mendidik aklaknya agar ia kelak memiliki jiwa besar yg penuh kasih sayang u menjadi orang yg membawa manfaat bukan Mudharat dan kerusakan ?
Sebelum menambah anak, coba Tanyalah pada diri kita masing2
Sudah mampukah kita menjadi contoh org tua teladan yg baik bagi mereka?
Sudah bahagiakah mereka hidup bersama kita? Coba ingat2 dulu sdh kah kita jd anak yg bahagia? Jika tdk jangan ulangi lagi pada anak kita.
Sudah mampukah kita saat ini mendidik mereka menjadi anak yg berperilaku baik dan terpuji..?
Sudahkah kita mampu berlaku adil membagi waktu dan perhatian kita pada anak, yg menjadi haknya, dgn pekerjaan dan aktivitas harian lainya..?
Sudah Mampukah kita mendidiknya tanpa harus dengan marah dan bentakan?
Yuk Mari kita pikirkan dan ukur kemampuan kita dulu..,
Jangan sampai kita malah jadi orang tua yg lalai dan berdosa pada anak kita.
Begitu banyak org tua yg lalai dan berdosa pada anaknya namun tdk menyadarinya dan malah menyalahkan anaknya. Padahal orang tua itu teladan bagi anak dan anak hanyalah peniru ulung perilaku orangnya
Ingat lah selalu bahwa setiap anak akan dimintai pertanggung jawabannya di akhirat kelak.
Pertanyaannya adalah seberapa byk kita mampu mempertanggungjawabkannya di akhirat..?
.. maka sejumlah itulah ukuran kemampuan anak yg pantas untuk kita miliki.
Dua anak dikelola berdua saja masih terasa belum maksimal, memberikan yang terbaik bagi mereka berdua, Apalagi jika sang suami masih punya keyakinan bahwa mengurus anak adalah urusan Istri, dan kerja adalah urusan suami.
Bisa dibayangkan...?
by ayah edy
ayah dua anak
guru parenting Indonesia.
Pimpinan Sekolah MKG
ANAK BERTANYA TIADA HENTINYA
KENAPA ANAKKU BERTANYA TERUS GAK HENTI-HENTINYA
Tahukah kita mengapa anak kita selalu saja bertanya dan pertanyaannya gak ada habis-habisnya, padahal kita sudah kehabisan jawaban.
Nah dari pada kita kesal atau marah karena tidak bisa jawaban anak yuk kita baca artikel berikut ini;
Suatu ketika ada seorang murid yang selalu ingin tahu dan selalu ingin bertanya pada gurunya tetang apa saja...
Sebut saja si murid adalah Melisa, ia selalu ingin tahu apa saja dari sang guru untuk mengisi batinnya yang selama ini dirasakan begitu kering dan gersang. (sesungguhnya Melisa sendiri adalah orang tua murid di sebuah sekolah)
Tiba-tiba Melisa sang murid berkata;
Saya merasa "haus" mendapatkan pencerahan dari guru, jadi saya putuskan untuk bertanya.
"Tidak adakah yang bisa di ajarkan, di sarankan, di beritahukan, atau di bahas tentang apapun kepada saya hari ini ?".
Setiap sampai di depan kelas, anak saya selalu bertanya sama gurunya, "hari ini kita mau apa, miss?".
Sama seperti saya, selalu penasaran dan agak excited , sama juga seperti Toto Chan kecil.
Please share something. to me guru...
Terima Kasih,
Setelah merenung sejenak dalam hening dan mulailah sang guru berbicara pada muridnya,
Dear anakku yang kesadarannya mulai bergeliat ingin kembali bertumbuh,
Jika kamu benar-benar ingin belajar maka lihatlah apa saja yang kita lihat lalu renungkan, apa kira-kira pesan yang sedang diberikan oleh Tuhan melalui apa yang kita lihat tersebut.
Semisal kita melihat pohon di sekitar kita, apa yang kita bisa dapatkan pesan Tuhan melalui pohon tersebut.
Semisal Pohon itu ternyata telah memberikan pesan, "bertumbuh" atau "mati".
Tidak ada pohon yang tidak bertumbuh, jika ia sudah tidak lagi bertumbuh pasti ia mati.
Begitu juga dengan kesadaran kita, pemahaman kita. Jika kita tidak lagi bertumbuh itu artinya ia telah mati, dalam jasad yang seolah-olah hidup.
Itulah mengapa setiap anak kecil selalu bertumbuh secara fisik dan bertanya ? karena bertanya adalah cara manusia bertumbuh secara mental dan kesadaran.
Itulah mengapa setiap anak kecil selalu ingin tahu apa saja, karena ingin tahu adalah cara manusia bertumbuh secara mental dan kesadaran.
Itulah mengapa setiap anak kecil ingin selalu bergerak dan tidak bisa duduk manis seperti orang dewasa (yang sudah mati suri) karena bergerak itu adalah cara manusia bertumbuh secara mental dan kesadaran.
Ah tapi sayangnya tidak banyak orang tua dan guru yang suka jika anaknya/muridnya terlalu sering bertanya.
Ah tapi sayangnya tidak banyak guru yang suka jika anaknya/muridnya selalu ingin tahu apa saja yang ada di dekatnya.
Ah tapi sayangnya tidak banyak orang tua dan guru yang suka jika anaknya/muridnya selalu bergerak dan tidak bisa duduk manis sambil menulis.
Jadilah kemudian anak-anak yang pada awalnya bertumbuh seperti tunas kecil pohon untuk bisa menjadi besar dan berguna ini, kini perlahan berhenti bertumbuh, kerdil dan mati secara mental. Ter-bonsai habis-habisan di rumahnya juga di sekolahnya.
Itulah yang sedang di alami oleh anak-anak di negeri ini, jika dibiarkan terus kelak mereka akan tumbuh menjadi orang dewasa dengan kesadaran dan pikiran yang mati di dalam jasad-jasad yang bergerak dan berjalan.
Dan begitulah, ketika dewasa mereka jadi manusia yang seolah-olah hidup tapi mental, kesadaran, dan hati nuraninya telah mati.
Itulah mengapa negeri ini menjadi seperti ini jadinya.
Itulah mengapa saya memilih untuk menjadi seorang guru, bagi tunas-tunas kecil yang sedang tumbuh secara alami dan pohon besar yang mulai mau bergeliat untuk kembali bertumbuh menjadi manusia yang berkesadaran.
Itulah mengapa kami mendirikan sekolah kami sendiri, dengan sistem yang kami ciptakan sendiri dengan guru-guru yang kami pilih sendiri.
Karena kami ingin membiarkan anak-anak ini bertumbuh dan terus bertumbuh secara alami dan sehat.
Kami ingin membiarkan mereka bertanya dan terus bertanya tentang apa saja tanpa harus takut dibilang bodoh dan mengganggu.
Kami ingin mereka bergerak memenuhi rasa ingin tahunya yang tak kunjung padam tanpa harus di bentak, dimarahi apa lagi di hukum dan dipermalukan di depan kelas.
Aku ingin anak-anakku di rumah juga anak-anakku di sekolahku bertumbuh dan terus bertumbuh kesadarannya, mentalnya dan tidak hanya fisiknya saja.
Aku ingin menciptkan generasi baru manusia dewasa yang terus hidup dan bertumbuh kesadaran mental dan hatinya.
Karena aku ingin bisa menghidupkan kembali pohon-pohon lama yang bernama PARA ORANG TUA DAN GURU, yang dulu pernah sempat berhibernasi/mati suri dan layu karena pernah di asuh, dididik oleh orang tua atau sistem sekolah yang tidak membiarkan mereka bertumbuh secara mental dan kesadaran.
Tapi persoalan terbesarnya adalah aku sendiri masih mati suri dan sedang bergeliat dan belajar untuk bertumbuh kembali, para guru kami juga mengalami hal yang sama, karena kita dulu dididik dengna pola yang sama dan bersekolah di sistem yang sama.
Tapi semoga Tuhan selalu menuntun setiap langkah kita semua untuk bisa kembali bertumbuh secara alamiah mental dan kesadarannya, persis seperti dulu waktu kita masih anak-anak.
Dan tahukah kamu nak, itu baru sebagian kecil dari pesan Tuhan yang diberikan melalui pohon, dan masih banyak lagi pesan-pesan tersembunyi yang masih bisa kita dapatkan dari sebatang pohon.
---------------------------
Nak, sekarang giliran mu, coba kamu perhatikan lagi pohon di sekitar mu, renungkanlah apa pesan yang berhasil kamu temukan dari pohon tersebut selain dari yang ayah sudah jelaskan.
Itulah arti hidup yang sesungguhnya, belajar dan bertumbuh dari apa saja yang kita rasakan, lihat, alami dan temukan di setiap detak jantung kehidupan yang kita jalani.
Jangan sia-siakan waktumu, karena hidup ini begitu berharga.
Teruslah bertanya nak, teruslah belajar dan teruslah bertumbuh hingga kita benar-benar sudah tidak bisa bertumbuh lagi dan tiba saatnya harus kembali kepadaNya.
Sebuah dialog antara guru dan murid dalam memaknai arti kehidupan ini.
By ayah edy
www.ayahkita.com
sumber gambar: http://www.appletreebsd.com/ketika-anak-bertanya-tentang-tuhan-ini-dia-yang-harus-anda-lakukan/
ANAK DIPAKSA DIAM
ORANG TUA YANG ANAKNYA DIAM INGIN ANAKNYA BANYAK BICARA....
Orang tua yang anaknya Banyak Bicara INGIN ANAKNYA DIAM..!
Bahkan sering kali perintah diam tersebut disampaikan dengan suara keras dan bentakan yang membekas dibatin anaknya.
Ketika kita lupa bersyukur maka inilah yang terjadi.....
Apapun anugerah yang diberikan Tuhan pada kita akan terasa selalu kurang terus.
Apapun adanya anak tidak ada benarnya dimata kita.
-ayah edy-
guru parenting Indonesia
Orang tua yang anaknya Banyak Bicara INGIN ANAKNYA DIAM..!
Bahkan sering kali perintah diam tersebut disampaikan dengan suara keras dan bentakan yang membekas dibatin anaknya.
Ketika kita lupa bersyukur maka inilah yang terjadi.....
Apapun anugerah yang diberikan Tuhan pada kita akan terasa selalu kurang terus.
Apapun adanya anak tidak ada benarnya dimata kita.
-ayah edy-
guru parenting Indonesia
37 KEBIASAAN ORANG TUA YANG MENGHASILKAN PERILAKU BURUK ANAK
KOREKSI DIRI SEBELUM KOREKSI ANAKMU DAN PASANGANMU
Apakah anda mulai merasa kesulitan mengendalikan perilaku anak anda?
Apakah anda dan pasangan sering nggak sepaham dalam mendidik anak anak?
Apakah anak anda sering merengek dan maksa untuk dituruti kemauannya?
Apakah anak anda sering berantem satu sama lain?
Apakah anda kesulitan karena anak anda selalu nonton tv atau maen ps?
Jika anda menjawab ya dari salah satu pertanyaan diatas,
maka ada baiknya baca tips tips dibawah ini. Berikut ini adalah tips tips dari buku Ayah Edy ini.
1. Raja yang Tak Pernah Salah
Sewaktu anak kita masih kecil dan belajar jalan tidak jarang tanpa sengaja mereka menabrak kursi atau meja. Lalu mereka menangis. Umumnya, yang dilakukan oleh orang tua supaya tangisan anak berhenti adalah dengan memukul kursi atau meja yang tanpa sengaja mereka tabrak. Sambil mengatakan, “Siapa yang nakal ya? Ini sudah Papa/Mama pukul kursi/mejanya…sudah cup….cup…diem ya..Akhirnya si anak pun terdiam.
Ketika proses pemukulan terhadap benda benda yang mereka tabrak terjadi, sebenarnya kita telah mengajarkan kepada anak kita bahwa ia tidak pernah bersalah.
Yang salah orang atau benda lain. Pemikiran ini akan terus terbawa hingga ia dewasa. Akibatnya, setiap ia mengalami suatu peristiwa dan terjadi suatu kekeliruan, maka yang keliru atau salah adalah orang lain, dan dirinya selalu benar. Akibat lebih lanjut, yang pantas untuk diberi peringatan sanksi, atau hukuman adalah orang lain yang tidak melakukan suatu kekeliruan atau kesalahan.
Kita sebagai orang tua baru menyadari hal tersebut ketika si anak sudah mulai melawan pada kita. Perilaku melawan ini terbangun sejak kecil karena tanpa sadar kita telah mengajarkan untuk tidak pernah merasa bersalah.
Lalu, apa yang sebaiknya kita lakukan ketika si anak yang baru berjalan menabrak sesuatu sehingga membuatnya menangis? Yang sebaiknya kita lakukan adalah ajarilah ia untuk bertanggung jawab atas apa yang terjadi; katakanlah padanya (sambil mengusap bagian yang menurutnya terasa sakit): ” Sayang, kamu terbentur ya. Sakit ya? Lain kali hati-hati ya, jalannya pelan-pelan saja dulu supaya tidak membentur lagi.”
2. Berbohong Kecil
Awalnya anak-anak kita adalah anak yang selalu mendengarkan kata-kata orang tuanya, Mengapa? KArena mereka percaya sepenuhnya pada orang tuanya. Namun, ketika anak beranjak besar, ia sudah tidak menuruti perkataan atau permintaan kita? Apa yang terjadi? Apakah anak kita sudah tidak percaya lagi dengan perkataan atau ucapan-ucapan kita lagi?
Tanpa sadar kita sebagai orang tua setiap hari sering membohongi anak untuk menghindari keinginannya. Salah satu contoh pada saat kita terburu-buru pergi ke kantor di pagi hari, anak kita meminta ikut atau mengajak berkeliling perumahan. Apa yang kita lakukan? Apakah kita menjelaskannya dengan kalimat yang jujur? Atau kita lebih memilih berbohong dengan mengalihkan perhatian si kecil ke tempat lain, setelah itu kita buru-buru pergi? Atau yang ekstrem kita mengatakan, “Papa/Mama hanya sebentar kok, hanya ke depan saja ya, sebentaaar saja ya, Sayang.” Tapi ternyata, kita pulang malam. Contah lain yang sering kita lakukan ketika kita sedang menyuapi makan anak kita, “Kalo maemnya susah, nanti Papa?Mama tidak ajak jalan-jalan loh.” Padahal secara logika antara jalan-jalan dan cara/pola makan anak, tidak ada hubungannya sama sekali.
Dari beberapa contah di atas, jika kita berbohong ringan atau sering kita istilahkan “bohong kecil”, dampaknya ternyata besar. Anak tidak percaya lagi dengan kita sebagai orang tua. Anak tidak dapat membedakan pernyataan kita yang bisa dipercaya atau tidak. akibat lebih lanjut, anak menganggap semua yang diucapkan oleh orang tuanya itu selalu bohong, anak mulai tidak menuruti segala perkataan kita.
Apa yang sebaiknya kita lakukan?
Berkatalah dengan jujur kepada anak. Ungkapkan dengan penuh kasih dan pengertian:
“Sayang, Papa/Mama mau pergi ke kantor. Kamu tidak bisa ikut. Tapi kalo Papa/Mama ke kebun binatang, kamu bisa ikut.”
Kita tak perlu merasa khawatir dan menjadi terburu-buru dengan keadaan ini. Pastinya membutuhkan waktu lebih untuk memberi pengertian kepada anak karena biasanya mereka menangis. Anak menangis karena ia belum memahami keadaan mengapa orang tuanya harus selalu pergi di pagi hari. Kita harus bersabar dan lakukan pengertian kepada mereka secara terus menerus. Perlahan anak akan memahami keadaan mengapa orang tuanya selalu pergi di pagi hari dan bila pergi bekerja, anak tidak bisa ikut. Sebaliknya bila pergi ke tempat selain kantor, anak pasti diajak orang tuanya. Pastikan kita selalu jujur dalam mengatakan sesuatu. Anak akan mampu memahami dan menuruti apa yang kita katakan.
3. Banyak Mengancam
“Adik, jangan naik ke atas meja! nanti jatuh dan nggak ada yang mau menolong!”
“Jangan ganggu adik,nanti MAma/Papa marah!”
Dari sisi anak pernyataan yang sifatnya melarang atau perintah dan dilakukan dengan cara berteriak tanpa kita beranjak dari tempat duduk atau tanpa kita menghentikan suatu aktivitas, pernyataan itu sudah termasuk ancaman. Terlebih ada kalimat tambahan “….nanti Mama/Papa marah!”
Seorang anak adalah makhluk yang sangat pandai dalam mempelajari pola orang tuanya; dia tidak hanya bisa mengetahui pola orang tuanya mendidik, tapi dapat membelokkan pola atau malah mengendalikan pola orang tuanya. Hal ini terjadi bila kita sering menggunakan ancaman dengan kata-kata,namun setelah itu tidak ada tindak lanjut atau mungkin kita sudah lupa dengan ancaman-ancaman yang pernah kita ucapkan
Apa yang sebaiknya kita lakukan? .
Kita tidak perlu berteriak-teriak seperti itu. Dekati si anak, hadapkan seluruh tubuh dan perhatian kita padanya. tatap matanya dengan lembut, namum perlihatkan ekspresi kita tidak senang dengan tindakan yang mereka lakukan. Sikap itu juga dipertegas dengan kata-kata, “Sayang, Papa/Mama mohon supaya kamu boleh meminjamkan mainan ini pada adikmu. Papa/Mama akan makin sayang sama kamu.” Tidak perlu dengan ancaman atau teriaka-teriakan. Atau kita bisa juga menyatakan suatu pernyataan yang menjelaskan suatu konsekuensi, misal “Sayang, bila kamu tidak meminjamkan mainan in ke adikmu,Papa/Mama akan menyimpan mainan ini dan kalian berdua tidak bisa bermain. MAinan akan Papa/Mama keluarkan, bila kamu mau pinjamkan mainan itu ke adikmu. Tepati pernyataan kita dengan tindakan.
4. Bicara Tidak Tepat Sasaran
Pernahkah kita menghardik anak dengan kalimat seperti, “Papa/Mama tidak suka bila kamu begini/begitu!” atau “Papa/Mama tidak mau kamu berbuat seperti itu lagi!” Namun kita lupa menjelaskan secara rinci dan dengan baik, hal2 atau tindakan apa saja yang kita inginkan. Anak tidak pernah tahu apa yang diinginkan atai dibutuhkan oleh orang tuanya dalam hal berperilaku. Akibatnya anak terus mencoba sesuatu yang baru. Dari sekian banyak percobaan yang dilakukannya, ternyata selalu dikatakan salah oleh orang tuanya. Hal ini mengakibatkan mereka berbalik untuk dengan sengaja melakukan hal2 yang tidak disukai orang tuanya. Tujuannya untuk mrmbuat orang tuanya kesal sebagia bentuk kekesalan yang juga ia alami (tindakannya selalu salah di hadapan orang tua).
Apa yang sebaiknya kita lakukan?
Sampaikanlah hal2 atau tindakan2 yang kita inginkan atau butuhkan pada saat kita menegur mereka terhadap perilaku atau hal yang tidak kita sukai.Komnikasikan secara intensif hal atau perilaku yang kita inginkan atau butuhkan. Dan pada waktunya, ketika mereka sudah megalami dan melakukan segala hal atau perilaku yang kita inginkan atau butuhkan , ucapkanlah terimakasih dengan tulus dan penuh kasih sayang atas segala usahanya untuk berubah.
5. Menekankan pada Hal-hal yang salah
Kebiasaan ini hampir sama dengan kebiasaan di atas. Banyak orang tua yang sering mengeluhkan tentang anak2nya tidak akur, suka bertengkar. Pada saat anak kita bertengkar, perhatian kita tertuju pada mereka, kita mencoba melerai atau bahkan memarahi. Tapi apakah kita sebagai orang tua memperhatikan mereka pada saat mereka bermain dengan akur? Kita seringkali menganggapnya tidak perlu menyapa mereka karena mereka sedang akur. Pemikiran tersebut keliru, karena hak itu akan memicu mereka untuk bertengkar agar bisa menarik perhatian orang tuanya,
Apa yang sebaiknya kita lakukan?
Berilah pujian setiap kali mereka bermain sengan asyik dan rukun, setiap kali mereka berbagi di antara mereka dengan kalimat sederhana dan mudah dipahami, misal: ”Nah, gitu donk kalau main. Yang rukun.” Peluklah mereka sebagai ungkapan senang dan sayang.
6. Merendahkan Diri Sendiri
Apa yang anda lakukan kalau melihat anak anda bermain Playstation lebih dari belajar? Mungkin yang sering kita ucapkan pada mereka, “Woy… mati in tuh PS nya, ntar dimarahin loh sama papa kalo pulang kerja!” Atau kita ungkapkan dengan pernyataan lain, namun tetap dengan figur yang mungkin ditakuti oleh anak pada saat itu. Contoh pernyataan ancaman diatas adalah ketika yang ditakuti adalah figur Papa.
Perhatikanlah kalimat ancaman tersebut. Kita tidak sadar bahwa kita telah mengajarkan pada anak bahwa yang mampu untuk menghentikan mereka maen ps adalah bapaknya, artinya figure yang hanya ditakuti adalah sang bapak. Maka jangan heran kalau jika anak tidak mengindahkan perkataan kita karena kita tidak mampu menghentikan mereka maen ps.
Apa yang sebaiknya kita lakukan?
Siapkanlah aturan main sebelum kita bicara; setelah siap, dekati anak, tatap matanya, dan katakan dengan nada serius bahwa kita ingin ia berhenti main sekarang atau berikan pilihan, misal “Sayang, Papa/Mama ingin kamu mandi. Kamu mau mandi sekarang atau lima menit lagi?” bila jawabannya “lima menit lagi Pa/Ma”. Kita jawab kembali, “Baik, kita sepakat setelah lima menit kamu mandi ya. Tapi jika tidak berhenti setelah lima menit, dengan terpaksa papa/mama akan simpan PS nya di lemari sampai lusa”. Nah, persis setelah lima menit, dekati si anak, tatap matanya dan katakan sudah lima menit, tanpa tawar menawar atau kompromi lagi. Jika sang anak tidak nurut, segera laksanakan konsekuensinya.
7. Papa dan Mama Tidak Kompak
Mendidik abak bukan hanya tanggung jawab para ibu atau bapak saja, tapi keduanya. Orang tua harus memiliki kata sepakat dalam mendidik anak2nya. Anak dapat dengan mudah menangkap rasa yang menyenangkan dan tidak menyenangkan bagi dirinya. Misal, seorang Ibu melarang anaknya menonton TV dan memintanya untuk mengerjakan PR, namun pada saat yang bersamaan, si bapak membela si anak dengan dalih tidak mengapa nonton TV terus agar anak tidak stress. Jika hal ini terjadi, anak akan menilai ibunya jahat dan bapaknya baik, akibatnya setiap kali ibunya memberi perintah, ia akan mulai melawan dengan berlindung di balik pembelaan bapaknya. Demikian juga pada kasus sebaliknya. Oleh karena itu, orang tua harus kompak dalam mendidik anak. Di hadapan anak, jangan sampai berbeda pendapat untuk hal2 yang berhubungan langsung dengan persoalan mendidik anak. Pada saat salah satu dari kita sedang mendidik anak, maka pasangan kita harus mendukungnya. Contoh, ketika si Ibu mendidik anaknya untuk berlaku baik terhadap si Kakak, dan si Ayah mengatakan ,”Kakak juga sih yang mulai duluan buat gara2…”. Idealnya, si Ayah mendukung pernyataan, “Betul kata Mama, Dik. Kakak juga perlu kamu sayang dan hormati….”
8. Campur Tangan Kakek, Nenek, Tante, atau Pihak Lain
Pada saat kita sebagai orang tua sudah berusaha untuk kompak dan sepaham satu sama lain dalam mendidik anak-anak kita, tiba-tiba ada pihak ke-3 yang muncul dan cenderung membela si anak. Pihak ke-3 yang dimaksud seperti kakek, nenek, om, tante, atau pihak lain di luar keluarga inti.
Seperti pada kebiasaan ke-7 (Papa dan Mama tidak Kompak), dampak ke anak tetap negatif bila dalam satu rumah terdapat pihak di luar keluarga inti yang ikut mendidik pada saat keluarga inti mendidik; Anak akan cenderung berlindung di balik orang yang membelanya. Anak juga cenderung melawan orang tuanya.
Apa yang sebaiknya kita lakukan?
Pastikan dan yakinkan kepada siapa pun yang tinggal di rumah kita untuk memiliki kesepakatan dalam mendidik dan tidak ikut campur pada saat proses pendidikan sedang dilakukan oleh kita sebagai orang tua si anak. Berikan pengertian sedemikian rupa dengan bahasa yang bisa diterima dengan baik oleh para pihak ke-3.
9. Menakuti Anak
Kebiasaan ini lazim dilakukan oleh para orang tua pada saat anak menangis dan berusaha untuk menenangkannya. Kita juga terbiasa mengancam anak untuk mengalihkan perhatiannya, “Awas ada Pak Satpam, ga boleh beli mainan itu!” Hasilnya memang anak sering kali berhenti merengek atau menangis, namun secara tidak sadar kita telah menanamkan rasa takut atau benci pada institusi atau pihak yang kita sebutkan.
Sebaiknya, berkatalah jujur dan berikan pengertian pada anak seperti kita memberi pengertian kepada orang dewasa karena sesungguhnya anak2 juga mampu berpikir dewasa. Jika anak tetap memaksa, katakanlah dengan penuh pengertian dan tataplah matanya, “Kamu boleh menangis, tapi Papa/Mama tetap tidak akan membelikan permen.” Biarkan anak kita yang memaksa tadi menangis hingga diam dengan sendirinya.
10. Ucapan dan Tindakan Tidak Sesuai
Berlaku konsisten mutlak diperlukan dalam mendidk anak. Konsisten merupakan keseuaian antara yang dinyatakan dan tidakan. Anak memiliki ingatan yang tajam terhadap suatu janji, dan ia sanga menghormati orang-orang yang menepati janji baik untuk beri hadiah atau janji untuk memberi sanksi. So, jangan pernah mengumbar janji ada anak dengan tujuan untuk merayunya, agar ia mengikuti permintaan kita seperti segera mandi, selalu belajar, tidak menonton televisi. Pikirlah terlebih dahulu sebelum berjanji apakah kita benar-benar bisa memenuhi janji tersebut. Jika ada janji yang tidak bisa terpenuhi segeralah minta maaf, berikan alasan yang jujur dan minta dia untuk menentukan apa yang kita bisa lakukan bersama anak untuk mengganti janji itu.
11. Hadiah untuk Perilaku Buruk Anak
Acapkali kita tidak konsisten dengan pernyataan yang pernah kita nyatakan. Bila hal ini terjadi, tanpa kita sadari kita telah mengajari anak untuk melawan kita. Contoh klasik dan sering terjadi adalah pada saat kita bersama anak di tempat umum, anak merengek meminta sesuatu dan rengekennya menjadi teriakan dan ada gerak perlawanan. Anak terus mencari akal agar keinginnanya dikabulkan, bahkan seringkali membuat kita sebagai orang tua malu. Pada saat inilah kita seringkali luluh karena tidak sabar lagi dengan rengekan anak kita. Akhirnya kita mengiyakan keinginan si Anak. “Ya sudah;kamu ambil satu permennya. Satu saja ya!”
Pernyataan tersebut adalah sebagai hadiah bagi perilaku buruk si Anak. Anak akan mempelajarinya dna menerapkannya pada kesempatan lain bahkan mungkin dengan cara yang lebih heboh lagi.
Menghadapi kondisi seperti ini, tetaplah konsisten; tidak perlu malu atau takut dikatakan sebagai orang tua yang kikir atau tega. Orang beefikir demikian belum membaca buku tentang ini dan mengalami masalah yang sama dengan kita. Ingatlah selalu bahwa kita sedang mendidik anak, Sekali kite konsisten anak tak akan pernah mencobanya lagi. Tetaplah KONSISTEN dan pantang menyerah! Apapun alasannya, jangang pernah memberi hadiah pada perilaku buruk si anak.
12. Merasa Bersalah Karena Tidak Bisa Memberikan yang Terbaik
Kehidupan metropolitan telah memaksa sebagian besar orang tua banyak menghabiskan waktu di kantor dan di jalan raya daripada bersama anak. Terbatasnya waktu inilah yang menyebabkan banyak orang tua merasa bersalah atas situasi ini. Akibat dari perasaan bersalah ini, kita, para orang tua menyetujui perilaku buruk anaknya dengan ungkapan yang sering dilontarkan, “Biarlah dia seperti ini mungkin akrena saya juga yang jarang bertemu dengannya…”
Semakin kita merasa bersalah terhadap keadaan, semakin banyak kita menyemai perilaku buruk anak kita. Semakin kita memaklumi perilaku buruk yang diperbuat anak, akan semakin sering ia melakukannya. Sebagian besar perilaku anak bermasalah yang pernah saya (penulis) hadapi banyak bersumber dari cara berpikir orang tuanya yang seperti ini.
Apa yang sebaiknya kita lakukan? .
Apa pun yang bisa kita berikan secara benar pada anak kita adalah hal yang terbaik. Kita tidak bisa membandingkan kondisi sosial ekonomi dan waktu kita dengan orang lain. Tiap keluarga memiliki masalah yang unik, tidak sama. Ada orang yang punya kelebihan pada sapek finansial tapi miskin waktu bertemu dengan anak, dan sebaliknya. Jangan pernah memaklumi hal yang tidak baik. Lakukanlah pendekatan kualitas jika kita hanya punya sedikit waktu; gunakan waktu yang minim itu untuk bisa berbagi rasa sepenuhnya antara sisa2 tenaga kita, memang tidak mudah. Tapi lakukanlah demi mereka dan keluarga kita, anak akan terbiasa.
SILAHKAN BACA SELENGKAPNYA DI BUKUNYA, TERSEDIA DI GRAMEDIA SELURUH INDONESIA
Atau bisa dipesan via on line melalui KLIK: https://web.facebook.com/permalink.php?story_fbid=2017756441829290&id=1538959983042274
MEMAAFKAN ITU MUDAH JIKA KITA MAU
√√√√√
Suatu ketika, ada seorang guru yang meminta murid-muridnya untuk
membawa satu kantung plastik bening ke sekolah. Lalu, ia meminta setiap anak untuk memasukkan beberapa kentang di dalamnya.
Setiap anak, diminta untuk memasukkan sebuah kentang, untuk setiap orang yang TIDAK MAU mereka maafkan.
Mereka diminta untuk menuliskan nama orang itu, dan mencantumkan
tanggal di dalamnya.
Ada beberapa anak yang memiliki kantung yang ringan, walau banyak juga yang memiliki plastik kelebihan beban.
Mereka diminta untuk membawa kantung bening itu siang dan malam.
Kemana saja, harus mereka bawa, selama satu minggu penuh.
Kantung itu, harus ada di sisi mereka kala tidur, di letakkan di meja saat belajar, dan dijinjing saat berjalan.
Lama-kelamaan kondisi kentang itu makin tak menentu.
Banyak dari kentang itu yang membusuk dan mengeluarkan bau yang tak sedap.
Hampir semua anak mengeluh dengan pekerjaan ini.
Akhirnya, waktu satu minggu itu selesai. Dan semua anak, agaknya banyak yang memilih untuk membuangnya daripada menyimpannya terus menerus.
Teman, pekerjaan ini, setidaknya, memberikan hikmah spiritual yang
besar sekali buat anak-anak.
Suka-duka saat membawa-bawa kantung yang berat, akan menjelaskan pada mereka, bahwa, membawa beban itu, sesungguhnya sangat tidak menyenangkan.
Memaafkan, sebenarnya, adalah pekerjaan yang lebih mudah, daripada membawa semua beban itu kemana saja kita melangkah.
Ini adalah sebuah perumpamaan yang baik tentang harga yang harus
kita bayar untuk sebuah kepahitan yang kita simpan, dan dendam yang kita genggam terus menerus.
Getir, berat, dan meruapkan aroma yang tak sedap, bisa jadi, itulah nilai yang akan kita dapatkan saat memendam amarah dan kebencian.
Sering kita berpikir, memaafkan adalah hadiah bagi orang yang kita
beri maaf.
Namun, kita harus kembali belajar, bahwa, pemberian itu, adalah juga hadiah buat diri kita sendiri.
Hadiah, untuk sebuah kebebasan tidak menjinjing kentang-kentang busuk bersama kita setiap hari terutama saat kita mau tudur.
Kebebasan dari rasa tertekan, rasa dendam, rasa amarah, dan kedegilan hati.
Maukah kita membuang kentang-kentang busuk yang telah lama membebani hati kita ?
Ataukah kita akan terus bawa ketempat tidur kita?
Keputusan sepenuhnya saya serahkan pada anda...
www.ayahkita.com
Suatu ketika, ada seorang guru yang meminta murid-muridnya untuk
membawa satu kantung plastik bening ke sekolah. Lalu, ia meminta setiap anak untuk memasukkan beberapa kentang di dalamnya.
Setiap anak, diminta untuk memasukkan sebuah kentang, untuk setiap orang yang TIDAK MAU mereka maafkan.
Mereka diminta untuk menuliskan nama orang itu, dan mencantumkan
tanggal di dalamnya.
Ada beberapa anak yang memiliki kantung yang ringan, walau banyak juga yang memiliki plastik kelebihan beban.
Mereka diminta untuk membawa kantung bening itu siang dan malam.
Kemana saja, harus mereka bawa, selama satu minggu penuh.
Kantung itu, harus ada di sisi mereka kala tidur, di letakkan di meja saat belajar, dan dijinjing saat berjalan.
Lama-kelamaan kondisi kentang itu makin tak menentu.
Banyak dari kentang itu yang membusuk dan mengeluarkan bau yang tak sedap.
Hampir semua anak mengeluh dengan pekerjaan ini.
Akhirnya, waktu satu minggu itu selesai. Dan semua anak, agaknya banyak yang memilih untuk membuangnya daripada menyimpannya terus menerus.
Teman, pekerjaan ini, setidaknya, memberikan hikmah spiritual yang
besar sekali buat anak-anak.
Suka-duka saat membawa-bawa kantung yang berat, akan menjelaskan pada mereka, bahwa, membawa beban itu, sesungguhnya sangat tidak menyenangkan.
Memaafkan, sebenarnya, adalah pekerjaan yang lebih mudah, daripada membawa semua beban itu kemana saja kita melangkah.
Ini adalah sebuah perumpamaan yang baik tentang harga yang harus
kita bayar untuk sebuah kepahitan yang kita simpan, dan dendam yang kita genggam terus menerus.
Getir, berat, dan meruapkan aroma yang tak sedap, bisa jadi, itulah nilai yang akan kita dapatkan saat memendam amarah dan kebencian.
Sering kita berpikir, memaafkan adalah hadiah bagi orang yang kita
beri maaf.
Namun, kita harus kembali belajar, bahwa, pemberian itu, adalah juga hadiah buat diri kita sendiri.
Hadiah, untuk sebuah kebebasan tidak menjinjing kentang-kentang busuk bersama kita setiap hari terutama saat kita mau tudur.
Kebebasan dari rasa tertekan, rasa dendam, rasa amarah, dan kedegilan hati.
Maukah kita membuang kentang-kentang busuk yang telah lama membebani hati kita ?
Ataukah kita akan terus bawa ketempat tidur kita?
Keputusan sepenuhnya saya serahkan pada anda...
www.ayahkita.com
TELUR BHINNEKA TUNGGAL IKA
Anak TK di tempat kami saja cepat sekali memahami kiasan makna yang dibuat melalui telur ini.
Dan mereka bisa hidup rukun saling menyayangi meski berbeda suku, agama dan bahkan bangsa (satu murid kami keturunan Perancis)
Hingga kami memiliki TK terdamai dan ter-Rukun di kota kami.
Bagaimana dengan kita..?
KOMENTAR TAK SEMUA HARUS DITANGGAPI
TIDAK SEMUA KOMENTAR DI FB ITU PERLU DI TANGGAPI
Saya selalu berusaha menulis dan membuat postingan yang edukatif dan menginspirasi,
Namun sebarapa baiknyapun isi postingan yang kami buat selalu saja ada yang komentar negatif dan bahkan cenderung menghujat.
Dulu kami sering menanggapi komentar semacam ini dengan itikad baik untuk menjelaskan dan lebih mencerahkan.
Namun hasilnya malah menjadi semacam debat kusir, karena mungkin dari komentator tidak bisa lagi menerima pencerahan.
Namun saat ini saya tidak lagi menanggapi komentar-komentar dari orang-orang yang seperti itu dan lebih tertarik mengamatinya.
Hal ini terjadi ketika saya membaca sebuah kisah yang inspiratif yang terus saya ingat sampai saat ini.
Yuk mari kita baca perlahan-lahan sampai akhir ya...,
==================
Suatu hari ada seorang ahli Matematika yang terkenal bijak dan cerdas bernama Ibnu Abdul Jabbar, beliau memiliki beberapa murid yang juga cerdas dan pandai yang terkenal oleh masyarakat sekitarnya.
Suatu hari, ada salah satu muridnya bertengkar hebat & nyaris beradu fisik pada saat ia berbelanja di pasar.
Pasalnya sang murid ingin membeli kurma, harga 1 kg kurma 2 dinar dan ia ingin membeli 6 kg kurma. Sehingga iapun membayar senilai 12 Dinar. (mata uang saat itu)
Tapi kata si penjual salah, uangnya kurang, menurutnya ia harus membayar 14 Dinar.
Si penjual menjelaskan kalau 1 x 2 x 6 = 14
Dengan susah payah, si Murid menjelaskan berkali-kali bahwa
1 X 2 X 6 itu sama dengan 12 dan bukan 14.
Namun betapapun si murid berusaha menjelaskan, si penjual di pasar tetap ngotot bahwa jumlah yang harus di bayar adalah 14 Dinar.
Si penjual tersebut akhirnya menantang murid pandai untuk meminta Ibnu Adbul Jabbar sebagai juri siapa yg benar diantara mereka.
Si penjual pasar mengatakan :
"Jika saya yg benar 1 x 2x 6 = 14, maka engkau harus mau dicambuk 10 kali oleh Ibnu Adbul Jabbar.
Tetapi kalau kamu yg benar (1 x 2 x 6 = 12), maka saya bersedia kepala saya di penggal.
Haaaaaa...hhaa.." Demikian si penjual pasar menantang dengan sangat yakin akan pendapatnya. Disaksikan oleh orang satu pasar.
"Wahai Ibnu AlJabbar yang bijak dan pandai tolong katakan , mana yg benar diantara kita ?" ujar si penjual pasar pada sang Ahli Matematika.
Ternyata Ibnu Abdul Jabbar memvonis cambuk 10x bagi murid nya yang menjawab (1 x 2 x 6 = 12)
Si murid pun protes pada Sang Guru karena ia tahu betul gurunya juga tahu bahwa jawabn yang benar adalah 12
Ibnu Abdul Jabbar pun menjawab,
Ketahuilah muridku, "Hukuman ini bukan untuk hasil hitunganmu, tapi untuk KETIDAK bijakan mu yg mau-maunya berdebat dan bertengkar dengan orang bodoh yg tidak tahu kalau (1 x 2 x 6 = 12)"
Guru melanjutkan :
"lebih baik melihatmu dicambuk dan menjadi sadar dan lebih bijak dari pada kita harus melihat 1 nyawa terbuang sia2 karena sebuah KEBODOHAN DARI ORANG YANG TIDAK MUNGKIN BISA DI UBAH LAGI".
Salah satu pesan moral yang mungkin bisa kita petik adalah:
Jika kita sibuk memperdebatkan sesuatu yg tidak berguna dengan orang yang tidak paham, berarti kita juga sama salahnya atau bahkan lebih salah dari pada orang yg memulai perdebatan, sebab dengan sadar kita membuang waktu & energi untuk hal yang tidak perlu...
Orang-orang semacam ini hadir dengan komentarnya bukan untuk membuat diri belajar menjadi lebih paham dan mengerti tentang kebenaran, melainkan hanya sekedar ingin Eksis dan agar terlihat pintar dan paham saja.
Padahal yang terjadi justru sebaliknya, dia tidak paham dan bodoh, itulah mengapa ia berdebat dan bukanya berpikir.
Ada saatnya kita diam, untuk menghindari perdebatan/pertengkaran sia-sia.
Ingat ! Diam bukan berarti kalah, bukan? Diam untuk menjadi lebih bijak dan paham.
Memang bukan hal yg mudah, tetapi jangan sekali-kali berdebat dengan orang bodoh yg tidak menguasai permasalahan… Karena hanya akan membuang waktu dan energi kita saja.
Dan semoga kita bisa menjadi lebih bijak.
selamat beraktivitas ..
Dari kisah inspirasi yang di share oleh seorang teman di group
di tulis ulang oleh
-ayah edy-
www.ayahkita.blogspot.com
Tuesday, November 21, 2017
KISAH-KISAH INDAH ANAK-ANAK YANG POTENSI EMASNYA TERPETAKAN
Siapa mau ikutan workshop dan belajar memetakan potensi emas anaknya..?
1. Kisah Nia: copas http://ayahkita.blogspot.co.id/2014/06/ayah-edy-i-am-coming-home-sapa-nia-dari.html
2. Kisah anak yang mogok sekolah: copas http://ayahkita.blogspot.co.id/2012/07/sepenggal-kisah-anak-mogok-sekolah-dan.html
3. Kisah Audi: copas http://ayahkita.blogspot.co.id/2017/02/membalas-marah-dan-kebencian-dengan.html
4. Kisah Joe: copas http://ayahkita.blogspot.co.id/2012/07/my-name-is-joe.html
5. Kisah Mas Rian : copas Kisah anak yg mengalami kelainan otak: http://ayahkita.blogspot.co.id/search?updated-max=2016-11-13T07:14:00%2B07:00&max-results=25&start=94&by-date=false
by ayah edy
SUASANA PARENTING AYAH EDY DI CHEVRON RUMBAI
Suatu ketika kami baru saja membawakan materi Parenting Memetakan Potensi Unggul anak, sejak dini (Exploring our Child Potential Passion & Talent) di Rumbai, Riau.
Rencananya waktu yang diberikan kepada kami untuk bicara adalah di acara tersebut adalah 2 jam saja, namun berkat antusiasme panitia dan para orang tua tiba2 acara diperpanjang menjadi 2 kali 2 jam atau 4 jam.
Saya begitu bahagia melihat antusiasme para orang tua dari awal sampai akhir mengikuti acara ini.
Dalam acara itu juga ada "Praktek atau Demo" bagaimana cara kita memetakan potensi unggul anak di atas panggung.
Dan Hasilnya sungguh luar biasa dalam 1 jam, kami bersama dua keluarga yang menjadi relawan maju ke panggung, berhasil memetakan dan menemukan potensi unggul anaknya masing-masing yang mengarah pada profesi tertentu yang sesuai dengan minat, bakat serta impian mereka masing-masing. Alhamdullilah. Karena ini adalah kejadian langka karena biasanya di Jakarta kami memerlukan waktu 2 jam untuk bisa memetakan potensi anak secara khusus.
Terlihat wajah dan senyum lega dari para orang tua dan adik-adik SMP dan SMA yang telah berhasil menemukan potensi emas dalam dirinya.
Ternyata 4 jam ber-parenting seminar belumlah cukup bagi para orang tua, acara berlanjut terus dalam bentuk bincang-bincang dialog sambil makan malam, dan masih juga kurang dan terus berlanjut sampai makan pagi keesokan harinya dan masih berlanjut saat kami menuju Bandara.
Sungguh kami terharu betapa antusiasnya para ayah bunda di Rumbai untuk belajar Parenting Memetakan Potensi Unggul Anak dan untuk bisa menjadi orang tua yang lebih baik bagi putera-puteri tercinta.
Terimakasih kami yang tak terhingga kami haturkan untuk Bunda Rinta, Bunda Indah, Pak Koko yang telah menyelenggarakan acara ini untuk para Ayah Bunda di Rumbai. Dan terimakasih juga yang tak terhingga dari kami untuk seluruh peserta dan para ayah bunda yang telah mengikuti dengan penuh kesungguhan acara parenting kami selama 4 jam penuh.
Semoga dalam waktu dekat kita bisa berjumpa lagi, rasanya waktu tidak pernah cukup jika kita sudah membicarakan anak dan permasalahannya.
Itulah Indahnya belajar Parenting dan Menjadi Orang Tua Pembelajar.
Salam hangat dari kami dan tim
-ayah edy-
Sudahkah kita membaca artikel ini ?
Pengalaman Ayah Edy memetakan potensi unggul anak-anak Indonesia
silahkan copas link ini: https://www.facebook.com/permalink.php?story_fbid=739270462810724&id=141694892568287
PETAKAN POTENSI EMAS ANAK KITA SEKARANG JUGA JANGAN SAMPAI TERLAMBAT..!
ANAK-ANAK YANG POTENSI EMASNYA SUDAH TERPETAKAN
Ketika anak-anak yang awalnya dianggap bermasalah di sekolah atau ia bingung ingin mengambil jurusan kuliahnya dan berhasil dipetakan potensi Emasnya.
Setelah berhasil ditemukan potensi unggul anaknya, lalu kedua orang tuanya tersadarkan bahwa sebenarnya anaknya luar biasa, hanya kebetulan saja tidak cocok dengan sistem sekolah hingga dianggap bermasalah.
(Karena sistem sekolah kita pada umumnya tidak melakukan pemetaan potensi unggul setiap anak)
Dan setelah terpetakan lalu orang tuanya mendukung anaknya untuk lebih fokus peda potensi emas mereka, melalui pendidikan berbasis Home Scholing, atau memeindahkan ke sekolah yang sistemnya mendukung potensi emas anaknya tersebut.
Maka Alhamdullilah anak-anak tersebut satu persatu mulai menapaki anak tangga suksesnya.
Ada yang jadi Pelukis
Ada yang jadi Dalang Nasional
Ada yang jadi Desainer Pakaian
Ada yang jadi Ahli Terumbu Karang
Ada yang jadi Calon Programmer
Ada yang jadi calon ahli Biologi Molecullar.
Ada yang jadi Calon Pebisnis
Ada yang jadi Calon Pemilik Resto dan Cafe
Ada yang jadi Director of Choreografi
Ada yang jadi calon spesialis pencipta anti virus
Ada yang jadi Calon Cheff
Ada yang jadi Calon Pastry & Cake
Ada yang jadi Calon Musisi & memiliki Rumah Produksi
Ada yang jadi calon Industrial Desain
Ada yang jadi calon Multimedia Desain
Ada yang jadi calon Animal Scientis & Poultry (Peternak)
Ada yang jadi calon pembuat Game dan Multimedia
Ada yang jadi Start Up Business
Ada yang jadi calon Desainer, mendapat beasiswa di sekolah Desain di New York juga telah memenangi kontes desain dr salah satu Perusahaan Home home appliances dr Eropa.
Dan anak-anak dengan profesi-profesi unik dan spesialis lainnya.
Sebagian dari anak-anak ini ada yang sudah berhasil mencetak penghasilan mulai dari 17 juta hingga ada yang hampir 300 juta.
Nah pertanyaannya adalah APA POTENSI EMAS ANAK KITA...?
Sudahkah kita mengetahuinya...?
Bagaimana cara mengetahuinya...?
Ada beberapa cara untuk mengetahui potensi emas anak kita;
Cara Pertama:
--------------------
adalah dengan belajar dari buku yang ditulis ayah edy yang berjudul RAHASIA MEMETAKAN POTENSI UNGGUL ANAK, tersedia di Gramedia atau bisa di pesan via https://web.facebook.com/Pusat-pemesanan-buku-AYAH-EDY-1538959983042274/
Cara kedua:
-----------------
Jika anak kita berusia antara TK B atau SD bisa mengikuti program HOLIDAY CLASS WITH AYAH EDY di sekolahnya Maha Karya Gangga, Lovina, Singaraja, Bali,
Silahkan call, SMS/WA ke Ayah Edy Management di nomer 0856-9497-5174 / 0856-1997-244 Office telp: 0362 -330-1705 pada jam kerja (Senin-Jum'at).
atau klik: http://ayahkita.blogspot.co.id/2017/03/program-observasi-anak-holiday-class.html
Cara ketiga:
-----------------
Jika anak kita usia SMP, SMA, KULIAH bahkan sudah bekerja bisa mengikuti Workshop PEMETAAN POTENSI EMAS ANAK DAN ORANG TUA pada tanggal 17 Desember 2017 di Denpasar Bali.
silahkan kontak or WA 0819.994.8341 atau 0852-4341-5508
by Ayah Edy Management.
Silahkan baca kisah ini:
http://ayahkita.blogspot.co.id/2012/07/sepenggal-kisah-anak-mogok-sekolah-dan.html
MENGASUH DAN MENDIDIK ANAK BUKANLAH HANYA TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB PARA BUNDA SAJA.
MELAINKAN TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB AYAH DAN BUNDA
Tahukah kita jika prilaku anak-anak usia dini kita sudah separah ini ?
(Jika kita merasa peduli tentang hal ini, Tolong dishare ke sebanyak-banyaknya orang tua dan guru, tksh)
Malam minggu yang lalu sy sedang berjalan kaki menyusuri perkampungan di sekitar perumahan, yang disana ada beberapa tempat2 yang agak gelap.
Sy terbelalak begitu melewati satu tempat, melihat banyak anak-anak laki dan perempuan kira-kira seusia SD kelas 6 sedang berduaan sepasang-sepasang. Dan yang membuat saya terbelalak adalah cara mereka berduaan adalah bak adegan film cinta, dimana yang laki-laki memangku pasangan wanitanya berhadap-hadapan dan ..... sy tak mampu lagi menceritakannya.
Saya sempat berhenti di tempat tersebut beberapa saat dan mereka rupanya risih juga ada saya disana memandangi mereka. Dan mereka mulai beringsut berdiri.
Saya hanya gelang-gelang kepala.... kira-kira ini orang tua si anak perempuan dan laki-lakinya tahu gak ya bahwa anak-anak mereka sedang disini dan melakukan ini?
Sahabatku para orang tua Indonesia, sungguh prihatin melihat peristiwa ini terjadi tak jauh dari perumahan penduduk.
Saya mengajak para orang tua disini mari, kita bangun kedekatan kita pada anak, mari kita batasi atau kalau bisa hilangkan tayangan2 tv yang di contoh oleh anak kita untuk melakukan adegan-adegan seperti ini. Sebagaimana kami telah memutus saluran tv dan menggantinya dengan dvd edukasi dan beberapa game adukasi bagi anak-anak kami.
Mari kita pilihkan mereka sekolah yang peduli akhlak dan etika moral, mari kita batasi anak keluar rumah jika tidak ada urusan yang penting dan berguna, mari kita biasakan agar anak keluar rumah selalu bersama orang tuanya.
Sebagai sesama pendidik, mari saya mengajak perbanyaklah cerita moral di kelas sebelum mengajar agar anak-anak kita terbangun etika moralnya dan bukan hanya meminta mereka mengerjakan soal-soal yang kelak nanti setelah dewasa tidak berguna bagi kehidupan mereka. Bagaimanapun akhlak jauh lebih baik daripada pelajaran apapun
"Tidak ada pemberian orangtua yang paling berharga kepada anaknya dari pada pendidikan akhlak mulia."
(HR Bukhori)
Kurikulum 2013 sudah tidak lagi mementingkan angka nilai melainkan lebih kepada pembentukan akhlak, etika prilaku anak, jadi mulailah ubah cara dan pola mendidik kita di kelas. Jangan lagi anak di bebani oleh tugas2 yang tidak penting bagi kehidupannya kelak seperti kurikulum KTSP sebelumnya
Ingatlah selalu, "Tidak ada cara yang lebih mudah untuk menghancurkan sebuah bangsa melainkan hancurkanlah generasi muda bangsanya."
Mari kita selamatkan anak-anak kita dari pergaulan yang merusak semacam ini.
Ingatlah wahai para orang tua, menyelamatkan keluarga dan anak kita adalah PERINTAH Yang Maha Kuasa, Ku anfusakum wa ahlikum naaro; "Selamatkanlah diri dan keluargamu dari panasnya api neraka (perbuatan2 yang membawa kita dan anak kita ke neraka)"
"Ingatlah selalu bahwa setiap orang tua adalah pemimpin bagi keluarganya, dan kelak di akhirat ia akan dimintai pertanggungjawaban atas anak-anak yang ia pimpinnya. "
Mari kita bangun Indonesia yang kuat dari keluarga
Kalau bukan kita siapa lagi? kalau bukan sekarang kapan lagi?
-ayah-
www.ayahkita.com
MARI KITA BELAJAR PARENTING
dengan cara mengUnduh CD talkshow ayah edy secara gratis
Copy paste alamat ini dibawah ini: www.ayahedy.tk
Atau copy paste:
https://onedrive.live.com/?cid=3a914018e2d83d92&id=3A914018E2D83D92%21131
via face book copy paste :
https://www.facebook.com/groups/548259441862337/files/
PENGALAMAN IKUT PROGRAM OBSERVASI AYAH EDY DI LOVINA BALI
KISAH MANARIK, PENGALAMANKU IKUT PROGRAM HOLIDAY CLASS AYAH EDY
Holiday Class in Bali
Perjalanan ini begitu panjang dalam jarak, Tanjung-Banjarmasin- Denpasar -Buleleng, Singaraja, lewat darat 5 jam, pesawat 2 kali, lanjut lewat darat lagi selama 5 jam, baru sampe ke tujuan.
Sempat hampir ketinggalan pesawat.
Ceritanya begini, pemesanan tiket dengan kode booking yang berbeda tidak bisa di connect, klo flight pertama delay, dan jarak berdekatan riskan banget untuk telat.
Dan ini kejadian, sempet lama nunggu bagasi, padahal check in sudah hampir ditutup, untungnya pesawat yang akan ke Denpasar agak lambat landing jadi check in masih open.
Dan akhirnya pesawatpun landing, bagasi dari pesawat sebelumnya ga ketemu2.. Hampir aja kami bertiga berangkat duluan, 2 orang tinggal untuk bawa bagasi, 1orang hanya maks 20 kg.
Tapi alhamdulilah last few minutes berhasil bagasi kami masuk dan kami berlima masuk waiting room..
Pengalaman untuk dijadikan pelajaran, klo pesen tiket pesawat dengan jarak waktu yang pendek, sebaiknya dengan kode booking yang sama agar bisa connect.
Klo pun ga sama kode booking pastikan jaraknya tidak terlalu pendek.. Biar amaan..
Pesen tiket yang putus begini krn administrasi kantor ayah yang masih mengharuskan tujuan tiket cuti yang ditanggung harus ke home base dalam kasus ini homebasenya Semarang atau Yogyakarta, karena jadwal yang lebih pas, pesawat kami minta dipindah ke Jakarta atau Surabaya, namun tidak diperkenankan transit di Jakarta, jadilah transitnya di Surabaya. Bisa dibilang ganti homebase sementara ke Surabaya.
Perjalanan lanjutan otomatis kami akomodir secara pribadi. Karena sebab itulah kode booking berbeda.
Perjalanan yang niat banget ini untuk apa?
Tujuan ke buleleng, Singaraja ga lain untuk ikut Holiday Class di Maha Karya Gangga (MKG) milik Ayah Edy. Selama 2 minggu 19-30 Desember 2016, anak-anak ikut Holiday Class ini untuk mengobservasi minat dan bakatnya. Output yang dihasilkan bisa dilihat seperti testimoni ini
Semoga nanti bisa bikin testimoni seperti ini.
Dalam waktu 2 minggu tersebut ada sesi dimana ayah edy berkesempatan perkenalan dan sekilas parenting dengan ayah bunda yang mengantar anak-anak. Senang bertemu dengan para pakar parenting yang bisa merecharge energi untuk lebih semangat mendampingi anak-anak dengan cara yang benar.
Beberapa resume dari apa yang disampaikan ayah edy, semoga ga ada yang kelewat:1. Anak tidak mengikuti apa yang kita nasehatkan, tapi anak meneladani perilaku kita orangtuanya.
2. Anak sudah cerdas dari sananya, tugas kita mendidik anak agar memiliki akhlaq yang baik dan mulia.
3. Anak dibawah 5 tahun masih memiliki sifat egosentris, keras kepala, apa permintaannya harus dituruti, mau menang sendiri, perilaku ini harus cair di masa TK sehingga tidak terbawa sampai SD, SMP, SMA jika sampe SMA tidak cair maka ini lah sebabnya kenapa banyaknya tawuran antar pelajar, contohnya.
4. Cair ini maksudnya anak-anak sudah bisa mengendalikan emosinya, kecerdasan emosionalnya sudah baik.
5. Anak dibiasakan meletakkan sandal pada tempatnya, membuang sampah di tempat sampah, menyapa orang lain, tersenyum.
6. Dalam mendidik anak harus seimbang kasih sayang dan kasih tegas.
7. Mau anak berubah baik, orangtua yang pertama harus berubah.
8. Menghadapi anak harus pinter acting, maksudnya orang tua harus bisa menyesuaikan diri dengan tipe kepribadian anak. Perlakuan bisa berbeda pada tiap anak. Misal kepada anak pertama kita bisa jadi diri sendiri karena anak pertama kita sama tipe kepribadiannya dengan kita orgtuanya. Kepada anak kedua harus lebih dikecilkan volume suara kita, harus lebih lembut dan banyak menyentuh secara fisik, karena tipe anak berbeda dengan tipe orgtua. Dan sebagainya.
9. Anak diarahkan menjadi SPESIALIS atau PENGUSAHA sesuai minat bakatnya dengan tujuan menjadi tuan di negeri kita sendiri.
Tentang Holiday Class
Tujuan lain dari Holiday Class adalah memperkenalkan MKG ini kepada masyarakat, dengan Holiday Class orang tua setidaknya diberikan icip-icipnya atau ngerasain sekolah di MKG itu gimana enaknya dan perubahan apa yang terjadi terhadap anaknya selama 2 minggu.
Hanya 2 minggu sudah bisa punya kebiasaan baik bagaimana jika bersekolah di MKG dari awal.
Diharapkan anak-anak punya akhlaq baik, cepat menemukan dan menjalani apa yang menjadi potensi emasnya.
Tentang MKG
MKG ini singkatan dari Maha Karya Gangga berstatus PKBM (Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat) bukan sekolah yang harus mengikuti kurikulum Diknas. MKG tidak mau terikat dengan kurukulum dari Diknas, sehingga demikianlah MKG berstatus sebagai PKBM.
Kenapa di Buleleng?
Karena partner dalam mendanai sekolah ini berada di Buleleng, Singaraja. Partner yang sanggup memenuhi semua persyaratan yang diminta oleh Ayah Edy. Dan akhirnya mereka sepakat mendirikan MKG.
Di MKG mereka bertanggung jawab terhadap akhlaq yang baik dan menemukan potensi emas anak. Jika tidak tercapai tujuan itu maka sama-sama harus mengevaluasi diri, baik orang tua maupun tim MKG dan Ayah Edy. Jika ternyata orang tua yang tidak kooperatif maka, MKG tidak segan menyerahkan kembali kepada kedua org tuanya.
Kembali lagi harus ada kerjasama orang tua. Jika kita ingat cerita tentang Tenzing Norgay yang melegenda itu, yang berusaha memandu orang lain untuk meraih impiannya menuju puncak gunung, demikian pula Ayah Edy bersama Tim MKG ini, berusaha memandu untuk menemukan potensi emas dan mencapai impian anak-anak Indonesia.
Di sekolah MKG ini, tidak memberlakukan tes masuk terhadap anak, karena anak sudah pasti berkualitas dan cerdas, yang di tes adalah orangtuanya.
Dari hasil wawancara orang tua bisa ditentukan masuk dalam tipe orang tua A, B, C, D, atau E. Orang tua tipe E anak tidak bisa diterima di sekolah MKG.
Orang tua tipe E ini memiliki banyak kekeliruan dalam mengasuh anak, namun masih punya sifat NGEYEL dan ga ada kemauan untuk berubah, merasa apa yang dilakukan sudah benar.
Orang tua tipe D, samaa banyak kekeliruan dalam pengasuhan anak, namun masih ada kemauan untuk berubah. Tentu org tua tipe D ini masih cooperatif dan seiring berjalannya perubahan sedikit demi sedikit bisa naik ke tipe orang tua C kemudian B ataupun A.
Di sekolah ini terasa keramahan dan kepedulian terhadap anak, mulai turun dari mobil atau sepeda motor, anak-anak disamperin dan disapa selamat pagi, dan pertanyaan ringan lainnya, misal sudah sarapan belum?
Klo belum mungkin disediakan roti juga. Bertanya dengan menatap mata anak. Orang tua yang mengantar juga disapa. Keramahan dan kepedulian membuat anak-anak betah dan pengen sekolah disini.
Apa aja yang dilakukan?
Anak-anak banyak melakukan aktivitas membuat karya, misalnya cooking class, membuat craft, merajut, menggambar, tanya jawab, percobaan sains, dan banyak worksheet-worksheet yang dikerjakan yang anak-anak suka.
Anak saya selama observasi pengen datangnya pagi dan pulangnya dijemput lambat. Hahahaha. Parahnya pengen seterusnya sekolah di MKG.
Potensi anak sudah bisa dilihat dalam 2 minggu observasi namun perubahan perilaku anak dalam 2 minggu agak sulit, apalagi jika orgtuanya kurang kooperatif, paling tidak 3 bulan baru kelihatan bedanya.
Apakah disini diajarkan tentang agama?
Jawabnya iyaa, tapi bukan ritualnya melainkan aplikasinya. Di sekolah ini beragam sekali agamanya. Tidak mungkin untuk mengajarkan ritual, kewajiban orangtua lah untuk mengajarkan ritual ibadahnya.
Apa yang kita lakukan setelah observasi/ Holiday Class ini?
Karakter yang lebih penting, tidak ada pelajaran sebelum karakter baik.
Tantangannya adalah orang sekitar harus berubah juga. Terutama kedua orang tuanya, mengubah pola asuh yang keliru menjadi pola asuh yang sesuai dengan tipe anak, memberi teladan yang baik buat anak. Mensupport apa yang menjadi minat anak.
Memberikan ruang bagi anak untuk menghasilkan karya, mengasah minatnya. Menerima dengan lapang dada apa yang menjadi minat anak. Jika ingin terus berkonsultasi dengan Ayah Edy untuk kelanjutannya adalah ketika anak sudah masa SMP, dan harus bersabar karena antrian jadwal konsultasi dengan Ayah Edy sudah mencapai waktu 1 tahun.
Peserta yang ikut dari seluruh Indonesia. Bahkan ada yang setiap tahunnya ikut Holiday Class ini.
Mahalkah?
Jawabnya relatif. Yang pasti perlu persiapan dana, selain biaya Holiday Class, akomodasi menuju Buleleng ini yang lumayan, tiket pesawat pulang pergi, biaya hotel, makan, sewa mobil atau sepeda motor, tapi hitung-hitung sekalian liburan, secara di Bali banyak sekali objek wisata yang bisa dikunjungi.
Dengan niat yang baik semoga biaya yang dikeluarkan tidak menjadi pengeluaran namun menjadi investasi buat anak-anak dimasa yang akan datang. Aamiiin.
Sumber: http://ratih-wisnusari.blogspot.co.id/2016/12/holiday-class-in-bali_27.html
PARENTING DARI DESA KE DESA DI BALI
MESKIPUN HANYA LESEHAN DI ATAS TIKAR TAPI LIHATLAH EKSPRESI SEMANGAT DAN KEBAHAGIAAN YANG TERPANCAR ?
Sungguh bahagianya kalian ya Nak.., memiliki orang tua yang terus mau belajar menjadi lebih baik.
Puji Syukur tak terhingga pada Sang Pencipta, semoga kita semua terberkahi.
Mari kita bangun Indonesia yang kuat dari Keluarga !
Kalau bukan kita siapa lagi ?
Kalau bukan sekarang kapan lagi ?
TIDAK MAU MENGANTRI JANGAN DIANGGAP MASALAH REMEH
Kebetulan liburan akhir pekan yang baru lalu kami anak2 dan keluarga berkunjung ke salah satu tempat Permainan Anak yg terletak di Jantung Ibu kota Jakarta.
Kemarin selama 5 jam lebih anak kami betul2 menikmati permainan demi permainan bersama anak2 lainya dan selama 5 jam juga kami juga betul2 menikmati meng observasi ORANG TUAnya anak2 tadi dengan berbagai macam ragam tipe dan model pola asuhnya.
Sungguh prihatin.... bahwa para orang tua ini tidak sadar bahwa dirinya telah menjadi contoh dan cermin langsung bagi anak2nya....dan anehnya para orang tua ini juga merasa tidak ada yg salah dengan diri mereka..dan anak2nya yg suka berebut dan menyerobot antrian bahkan ada yg malah mengajarkan pada anaknya...???
Benar2 terbukti dan saya saksikan sendiri bahwa , ternyata KELUARGA adalah potret INDONESIA dalam bentuk MINI,
dan INDONESIA adalah potret KUMPULAN KELUARGA2 INDONESIA dalam bentuk MAKSI.
Jika ada Ratusan Sepeda untuk Sea Games yg hilang..... itu adalah ulah para anak2 bangsa... dan susuai pribahasa di atas maka Bapak2 Bangsanya juga kemungkinan memiliki prilaku yg sama seperti anak2nya. Persis seperti pribahasanya Like Father Like Son dan buah jatuh tidak jauh dari pohonnya.
Itu juga yg baru saja kami alami dan saksikan dengan mata dan kepala sendiri, saat berkunjung bersama anak2 dan keluarga ke salah satu tempat Bermain Anak di Pasific Place kawasan SCBD Sudirman.
Ada anak yg suka berteriak2, begitu sy perhatikan ternyata orang tuanya juga persis sama seperti anaknya suka berteriak2, ironisnya sepertinya orang tuanya berasal dari keluarga Berada dan Berpendidikan "Behave & well educated" Family...?
Ada lagi anak2 yg suka menyerobot antrian, begitu sy perhatikan lagi juga persis seperti orang tuanya, dan yg lebih memprihatinkan malah orangtuanya-lah yg mengajarkan anaknya untuk menyerobot antrian dengan alasan takut tidak kebagian dan biar tidak menunggu terlalu lama.
Begini kata orang tua pada anaknya : "Eh...kamu coba nyelip aja disini....ayo gak papa, cuek aja pura2 gak tau aja !!! ayo buruan !! kamu ini gimana sich..!!! gitu aja kok takut !!! "
Oh...my God !!! batin sy bergetar menyaksikannya. Karena sudah tidak tahan... akhirnya sy pun berkata pada orang tuanya... "
Bu... mari kita ajari anak kita untuk TIDAK MENYEROBOT, agar nanti jika sudah besar tidak Menyerobot uang negara dan jadi Koruptor !!", dengan malu2 di tariknya anaknya untuk mengantri di barisan paling belakang.
Ada anak yg berani menendang2 Para Mentor pembimbing masing2 Profesi....karena tidak mau di atur, sy coba perhatikan siapa orang tua anak ini, Wah... ternyata orang tuanya juga persis seperti anaknya suka melakukan kekerasan secara fisik dan membentak2 anaknya.
Ada anak yg wajahnya "NYURENG-NYURENG" alias tidak ramah dan cemberut, begitu kedua orang tuanya datang....
Wow ! persis banget dengan orang tuanya....wajahnya ketus dan tidak ramah pada anaknya juga pada sesama pengunjung lainnya.
Ada juga anak yg sudah jelas2 ada TONG SAMPAH di depan matanya, masih meletakan sampah di bangku tunggu... ternyata orang tuanya juga begitu.... pesis..sama.... habis makan dan minum bungkusnya di letakkan di bangku tunggu
SUNGGUH TEPAT SEKALI jika ada pribahasa, Like Father like Son, Like Parent like Children dan Buah jatuh tidak jauh dari Pohonnya.
Tapi ternyata masih ada juga anak yg teratur, rapi... ramah..., dan tentu saja bisa anda tebak seperti apa orang tuanya....?
Tapi sayangnya anak2 dengan orang tua seperti ini bisa di hitung dengan jari.... meskipun berada di tempat yg di jadikan Barometer Orang2 Pendidikan Kota Jakarta.
Saya benar2 prihatin dengan kondisi ini.... kita sedang berada di SCBD lho... Jantungnya Kota Jakarta, Jantungnya Indonesia....kawasan orang2 teredukasi... dan beberapa di antara pengunjungnya adalah orang2 asing yg berdomisili di Indonesia.
Dan orang2 asing ini hanya bisa geleng2 kepala melihat kelakuan para orang tua Indonesia bertengkar berebut antrian bagi anaknya.
Saya juga merasa sangat prihatin.... anak2 yg tidak berdosa ini telah di ajarkan langsung oleh orang tuanya budaya yg tidak berbudaya....adab yg tidak beradab, dan yg lebih menyedihkan lagi adalah, orang tuanya sungguh tidak merasa dan menyadarinya bahwa ia sedang merusak BEHAVIOR anak2nya. Saya lihat dari bahasa tubuhnya sepertinya orang tuanya merasa oke2 saja terhadap apa yg di lakukan dan di contohkan pada anak2nya.
Lalu jika orang tuanya sudah seperti ini....siapa yg bisa kita harapkan untuk mengubah prilaku anaknya...? padahal anak2 ini kan kelak akan menjadi generasi PENGGANTI BANGSA, sebagian ada yg menjadi Aparat Pemerintahan, Aparat Penegak Hukum dan Keadilan, sebagian lagi ada yg menjadi PENGUSAHA sebagian lagi akan menjadi pegawai SWASTA. Akan seperti apakah potret Indonesia jika calon2 generasi penerus bangsanya di didik oleh orang tuanya seperti ini...?
Tentu saja harapan kedua kita akan jatuh pada para guru disekolahnya anak2 ini yg kiranya dapat memberikan contoh atau membahas pelajaran yg berhubungan dengan etika budaya manusia beradab atau MANNER.
Tapi nyatanya di sekolah kebanyakan yg ada di Indonesia....para guru dan pimpinan sekolahpun hanya sibuk mengurusi masalah seputar latihan soal, ulangan, remedial, les, persiapan UAN..dan angka2 di raport semata.....?
Lantas...pada siapa lagi kita bisa berharap sebuah perubahan bagi bangsa ini...?
Pada Penyelenggara Negara...? bagaimana menurut anda...?
Dalam semua kondisi yg serba memprihatinkan ini tentunya kita akan selalu masih punya harapan.....
Jika orang tuanya sendiri tidak bisa di harapkan, sekolah jauh dari harapan Penyelenggara negara lebih jauh lagi dari harapan maka.....
Sy berpikir, satu2nya yg masih bisa kita harapkan adalah DIRI KITA SENDIRI...
Tentu saja pertama2 adalah dengan merubah diri kita sendiri, kemudian bersedia menjadi Agent of Change untuk mengajak berubah para tetangga, kerabat, sahabat, teman, kenalan, para gurunya anak kita dan semua orang yg kita kenal di lingkungan pergaulan kita melalui GERAKAN MEMBANGUN INDONESIA YG KUAT DARI KELUARGA.
Kalau bukan kita yg melakukannya, mau berharap pada siapa lagi...?
Kalau bukan sekarang saatnya, mau kapan lagi...?
Let's Make Indonesian Strong from Home !!!
by Ayah Edy
Pendiri Gerakan Indonesia yang kuat dari keluarga
www.ayahkita.blogspot.com
sumber gambar: http://www.imgrum.org/user/kidzaniajakarta/246704559/1248982693442961493_246704559
Subscribe to:
Posts (Atom)