SATU-SATUNYA SITUS RESMI AYAH EDY

SATU-SATUNYA SITUS RESMI AYAH EDY
Bagaimana caranya..? Gabung di FB: komunitas ayah edy, download talkshow di www.ayahedy.tk

Thursday, October 29, 2009

ANAK HANYALAH CERMIN ORANG TUANYA


===============================================
Suatu ketika di sebuah sekolah, diadakan pementasan drama yang pesertanya adalah para siswa dan siswi yang belajar disekolah tersebut. Setiap anak mendapat peran, dan memakai kostum sesuai dengan tokoh yang mereka perankan. Semuanya tampak serius, sebab Pak Guru berjanji akan memberikan hadiah menarik kepada anak yang tampil terbaik dalam pentas.

Semua orangtua murid ikut hadir dan menyemarakkan acara itu. Lakon drama berjalan dengan sempurna. Semua anak tampil dengan sangat bagus sekali.

Ada yang berperan sebagai petani, lengkap dengan cangkul dan topinya, ada juga yang menjadi nelayan, dengan jala yang disampirkan di bahu.

Di sudut sana, tampak pula seorang anak dengan raut muka ketus, sebab dia kebagian peran pak tua yang pemarah dan kasar, sementara di sudut lain, terlihat anak dengan wajah sedih, layaknya pemurung yang selalu menangis. Tepuk tangan riuh dari para orangtua dan guru kerap terdengar, di sisi kiri dan kanan panggung.

Tibalah kini akhir dari pementasan drama. Itu berarti, sudah saatnya Pak Guru mengumumkan siapa pemeran terbaik yang berhak mendapat hadiah.
Setiap anak tampak berdebar dalam hati, berharap merekalah yang terpilih menjadi pemain drama terbaik dalam pentas tersebut.

Dalam komat-kamit mereka berdoa, supaya Pak Guru akan menyebutkan nama mereka, dan mengundangnya ke atas panggung untuk menerima hadiah. Tak ketinggalan para orangtua pun ikut berdoa, membayangkan anak mereka menjadi yang terbaik.

Pak Guru telah menaiki panggung, dan tak lama kemudian ia menyebutkan
sebuah nama. Ahha... ternyata, anak yang berhak mendapatkan hadiah sebegai pemeran terbaik adalah anak yang menjadi pak tua pemarah dan kasar tadi.

Dengan wajah berbinar, sang anak bersorak gembira. "Aku menang...2x", teriaknya. Ia pun bergegas menuju panggung, diiringi kedua orangtuanya yang tampak begitu bangga. anaknya berhasil menjadi juara dan pemeran terbaik di pentas itu.

Tepuk tangan terdengar sangat riuh dari seluruh peserta. Sang orangtua segera berdiri menatap kesekiling hadirin.dengan penuh kebanggaan.

Di atas panggung pak Guru telah menyambut mereka. Dan setelah hadiah di serahkan Pak Guru bertanya kepada sang "bintang panggung cilik ini, " Nak, kamu memang hebat. Kamu pantas mendapatkannya. Peranmu sebagai seorang tua yang pemarah dan kasar terlihat sangat bagus dan alami sekali. Apa rahasianya ya, sehingga kamu bisa tampil sebaik ini? Sekarang coba kamu ceritakan kepada kita semua, apa yang bisa membuat kamu bisa berperan sebaik ini..."

Sang anak dengan PDnya menjawab, "Terima kasih atas hadiahnya Pak Guru, Pertama-tama Sebenarnya saya harus berterima kasih kepada Ayah saya. Karena, dari Ayah-lah setiap hari saya banyak belajar cara-cara berteriak dan menjadi seorang pemarah. Dari Ayahlah, saya meniru semua perilaku yang saya perankan ini.

Kemudian sambil mengenang anak itu kembali berbicara, "Saya sering melihat dan mendengar bagaiamana Ayah berteriak kepada saya juga kepada ibu saya dan ini terjadi hampir setiap hari, maka sebenarnya peran yang Pak Guru berikan untuk menjadi seorang tua yang pemarah dan kasar, terasa sangat mudah sekali bagi saya."

Tampak sang Ayah yang mulai tercenung, wajahnya mulai memerah dan tertunduk malu, tanpa disadarinya terlihat bulir-bulir kecil air mata mulai membasahi kedua pipinya. Segera suasana menjadi senyap seketika.

Usai anak itu bercerita suasana menjadi bertambah senyap. Begitupun dengan kedua orangtua si anak ini yang masih berdiri di atas panggung, mereka tampak tak kuat lagi untuk menahan malu. Tiba-tiba Sang ayah segera menekuk lututnya dan memeluk anaknya erat-erat sambil dengan suara bergetar ia berkata “Maafkan ayah ya nak...., maafkan ayah ya sayang....

Jika sebelumnnya orang tua ini merasa bangga dengan prestasi anaknya, namun kini keadaannya berubah 180 derajad.. Mereka seakan-akan sedang berdiri di depan kursi terdakwa, di muka pengadilan dengan disaksikan oleh ribuan penonton,.

Orang tua anak ini seakan mendapat tamparan yang luar biasa atas apa yang dilakukannya, dan semoga saja hari ini ia bisa mendapatkan pelajaran hidup yang paling berharga bagi dirinya.

6 comments:

  1. terima kasih untuk cerita yang inspiratif. saya pernah dapat ungkapan: monkeys see monkeys do. apa yang dilihat itu yang dilakukan. ungkapan itu dengan jelas memberikan gambaran apa yang ayahedi sampaikan. semoga ini menjadi refleksi yang mencerdaskan bagi orang tua, guru dan siapapun yang dijadikan telandan bagi anak-anak kita. terima kasih.

    ReplyDelete
  2. Hai, salam kenal, artikel anda ada di

    sini

    ayo gabung bersama kami dan promosikan artikel anda ke semua pembaca. Terimakasih ^_^

    ReplyDelete
  3. saya sangat setuju dengan hal yang disajikan oleh ayah untuk kami sebagai orangtua. hal ini membuat kami tersadar, bahwa kami merupakan teladan bagi anak kami, pun itu baik atau buruk.

    ReplyDelete
  4. artikel yg sangat menarik, memang benar kata pribahasa, " buah jatuh tidak jauh dari pohonnya..." ,sy terhenyak wkt membaca artikel ini, krn ternyata...bnyk hal2 yg "..tidak baik.." yg sy ajarkan/tanamkan ke anak saya...maafkan papa anak2ku.... semoga artikel ini akan membuat sy berubah untuk lebih mencintai, menyayangi, memperhatikan anak2ku.

    ReplyDelete
  5. Saya ingat betul ucapan Dokter Sears sang Orang tua Pengabdi bagi anak dan keluarganya; Kita tidak akan pernah bisa jadi orang tua yang sempurna bagi anak-anak kita, tapi jika kita mau terus belajar dari siapapun dan kapanpun maka paling tidak kita akan menjadi orang tua yang jauh lebih baik dari hari kehari. Dan ternyata ini merupakan sebuah warisan yang jauh lebih berharga dari pada harta benda apapun yang anda wariskan pada mereka.

    Salam hangat,
    ayah edy

    ReplyDelete