Indonesia pada hakikatnya merupakan kumpulan dari keluarga yg tersebar dilebih dari 12.000 pulau yg ada di Nusantara. Apabila keluarga2 ini kuat, maka Indonesia akan menjadi Bangsa & Negara yg Kuat dgn sendirinya tanpa perlu konsep yg berbelit-belit & biaya yg membebani negara. Pastikan keluarga & sanak famili kita di seluruh tanah air telah bergabung dlm GERAKAN MEMBANGUN INDONESIA YANG KUAT DARI KELUARGA. Kalau bukan kita, siapa lagi ? Kalau bukan sekarang, kapan lagi ?
SATU-SATUNYA SITUS RESMI AYAH EDY
Tuesday, February 16, 2010
Bunda tolong mandikan aku sekali saja, please...?! ----------> (Mom Top Story)
Dewi adalah sahabat saya, ia adalah seorang mahasiswi yang berotak cemerlang dan memiliki idealisme yang tinggi. Sejak masuk kampus, sikap dan konsep dirinya sudah jelas: meraih yang terbaik di bidang akademis maupun profesi yang akan digelutinya. ''Why not to be the best?,'' begitu ucapan yang kerap kali terdengar dari mulutnya, mengutip ucapan seorang mantan presiden Amerika.
Ketika Kampus, mengirim mahasiswa untuk studi Hukum Internasional di Universiteit Utrecht-Belanda, Dewi termasuk salah satunya.
Setelah menyelesaikan kuliahnya, Dewi mendapat pendamping hidup yang ''selevel''; sama-sama berprestasi, meski berbeda profesi. tak lama berselang lahirlah Bayu, buah cinta mereka, anak pertamanya tersebut lahir ketika Dewi diangkat manjadi staf diplomat, bertepatan dengan suaminya meraih PhD. Maka lengkaplah sudah kebahagiaan mereka.
Ketika Bayu, berusia 6 bulan, kesibukan Dewi semakin menggila. Bak seekor burung garuda, nyaris tiap hari ia terbang dari satu kota ke kota lain, dan dari satu negara ke negara lain. Sebagai seorang sahabat setulusnya saya pernah bertanya padanya, "Tidakkah si Bayu masih terlalu kecil untuk ditinggal-tinggal oleh ibundanya ?" Dengan sigap Dewi menjawab, "Oh, saya sudah mengantisipasi segala sesuatunya dengan sempurna". "Everything is OK !, Don’t worry Everything is under control kok !" begitulah selalu ucapannya, penuh percaya diri.
Ucapannya itu memang betul-betul ia buktikan. Perawatan anaknya, ditangani secara profesional oleh baby sitter termahal. Dewi tinggal mengontrol jadwal Bayu lewat telepon. Pada akhirnya Bayu tumbuh menjadi anak yang tampak lincah, cerdas mandiri dan mudah mengerti.
Kakek-neneknya selalu memompakan kebanggaan kepada cucu semata wayang itu, tentang betapa hebatnya ibu-bapaknya. Tentang gelar Phd. dan nama besar, tentang naik pesawat terbang, dan uang yang berlimpah. "Contohlah ayah-bundamu Bayu, kalau Bayu besar nanti jadilah seperti Bunda". Begitu selalu nenek Bayu, berpesan di akhir dongeng menjelang tidurnya.
Ketika Bayu berusia 5 tahun, neneknya menyampaikan kepada Dewi kalau Bayu minta seorang adik untuk bisa menjadi teman bermainnya dirumah apa bila ia merasa kesepian.
Terkejut dengan permintaan tak terduga itu, Dewi dan suaminya kembali meminta pengertian anaknya. Kesibukan mereka belum memungkinkan untuk menghadirkan seorang adik buat Bayu. Lagi-lagi bocah kecil inipun mau ''memahami'' orangtuanya.
Dengan Bangga Dewi mengatakan bahwa kamu memang anak hebat, buktinya, kata Dewi, kamu tak lagi merengek minta adik. Bayu, tampaknya mewarisi karakter ibunya yang bukan perengek dan sangat mandiri. Meski kedua orangtuanya kerap pulang larut, ia jarang sekali ngambek. Bahkan, tutur Dewi pada saya , Bayu selalu menyambut kedatangannya dengan penuh ceria. Maka, Dewi sering memanggilnya malaikat kecilku. Sungguh keluarga yang bahagia, pikir saya. Meski kedua orangtuanya super sibuk, namun Bayu tetap tumbuh dengan penuh cinta dari orang tuanya. Diam-diam, saya jadi sangat iri pada keluarga ini.
Suatu hari, menjelang Dewi berangkat ke kantor, entah mengapa Bayu menolak dimandikan oleh baby sitternya. Bayu ingin pagi ini dimandikan oleh Bundanya," Bunda aku ingin mandi sama bunda...please...please bunda", pinta Bayu dengan mengiba-iba penuh harap.
Karuan saja Dewi, yang detik demi detik waktunya sangat diperhitungkan merasa gusar dengan permintaan anaknya. Ia dengan tegas menolak permintaan Bayu, sambil tetap gesit berdandan dan mempersiapkan keperluan kantornya. Suaminya pun turut membujuk Bayu agar mau mandi dengan baby sitternya. Lagi-lagi, Bayu dengan penuh pengertian mau menurutinya, meski wajahnya cemberut.
Peristiwa ini terus berulang sampai hampir sepekan. "Bunda, mandikan aku !" Ayo dong bunda mandikan aku sekali ini saja...?" kian lama suara Bayu semakin penuh tekanan. Tapi toh, Dewi dan suaminya berpikir, mungkin itu karena Bayu sedang dalam masa pra-sekolah, jadinya agak lebih minta perhatian. Setelah dibujuk-bujuk, akhirnya Bayu bisa ditinggal juga dan mandi bersama Mbanya.
Sampai suatu sore, Dewi dikejutkan oleh telpon dari sang baby sitter, "Bu, hari ini Bayu panas tinggi dan kejang-kejang. Sekarang sedang di periksa di Ruang Emergency".
Dewi, ketika diberi tahu soal Bayu, sedang meresmikan kantor barunya di Medan. Setelah tiba di Jakarta, Dewi langsung ngebut ke UGD. Tapi sayang... terlambat sudah...Tuhan sudah punya rencana lain. Bayu, si malaikat kecil, keburu dipanggil pulang oleh Tuhannya.. Terlihat Dewi mengalami shock berat. Setibanya di rumah, satu-satunya keinginan dia adalah untuk memandikan putranya, setelah bebarapa hari lalu Bayu mulai menuntut ia untuk memandikannya, Dewi pernah berjanji pada anaknya untuk suatu saat memandikannya sendiri jika ia tidak sedang ada urusan yang sangat penting. Dan siang itu, janji Dewi akhirnya terpenuhi juga, meskipun setelah tubuh si kecil terbujur kaku.
Ditengah para tetangga yang sedang melayat, terdengar suara Dewi dengan nada yang bergetar berkata "Ini Bunda Nak...., Hari ini Bunda mandikan Bayu ya...sayang....! akhirnya Bunda penuhi juga janji Bunda ya Nak.." . Lalu segera saja satu demi satu orang-orang yang melayat dan berada di dekatnya tersebut berusaha untuk menyingkir dari sampingnya, sambil tak kuasa untuk menahan tangis mereka.
Ketika tanah merah telah mengubur jasad si kecil, para pengiring jenazah masih berdiri mematung di sisi pusara sang Malaikat Kecil. . Berkali-kali Dewi, sahabatku yang tegar itu, berkata kepada rekan-rekan disekitanya, "Inikan sudah takdir, ya kan..!" Sama saja, aku di sebelahnya ataupun di seberang lautan, kalau sudah saatnya di panggil, ya dia pergi juga, iya kan?". Saya yang saat itu tepat berada di sampingnya diam saja. Seolah-olah Dewi tak merasa berduka dengan kepergian anaknya dan sepertinya ia juga tidak perlu hiburan dari orang lain.
Sementara di sebelah kanannya, Suaminya berdiri mematung seperti tak bernyawa. Wajahnya pucat pasi dengan bibir bergetar tak kuasa menahan air mata yang mulai meleleh membasahi pipinya.
Sambil menatap pusara anaknya, terdengar lagi suara Dewi berujar, "Inilah konsekuensi sebuah pilihan!" lanjut Dewi, tetap mencoba untuk tegar dan kuat.
Angin senja meniupkan aroma bunga kamboja yang menusuk hidung hingga ke tulang sumsum. Tak lama setelah itu tanpa di duga-duga tiba-tiba saja Dewi jatuh berlutut, lalu membantingkan dirinya ke tanah tepat diatas pusara anaknya sambil berteriak-teriak histeris. "Bayu maafkan Bunda ya sayaang..!!, ampuni bundamu ya nak...? serunya berulang-ulang sambil membenturkan kepalanya ketanah, dan segera terdengar tangis yang meledak-ledak dengan penuh berurai air mata membanjiri tanah pusara putra tercintanya yang kini telah pergi untuk selama-lamanya.
Sepanjang persahabatan kami, rasanya baru kali ini saya menyaksikan Dewi menangis dengan histeris seperti ini.
Lalu terdengar lagi Dewi berteriak-teriak histeris "Bangunlah Bayu sayaaangku....Bangun Bayu cintaku, ayo bangun nak.....?!?" pintanya berulang-ulang, "Bunda mau mandikan kamu sayang.... Tolong Beri kesempatan Bunda sekali saja Nak.... Sekali ini saja, Bayu.. anakku...?" Dewi merintih mengiba-iba sambil kembali membenturkan kepalanya berkali-kali ke tanah lalu ia peluki dan ciumi pusara anaknya bak orang yang sudah hilang ingatan. Air matanya mengalir semakin deras membanjiri tanah merah yang menaungi jasad Bayu.
Senja semakin senyap, aroma bunga kamboja semakin tercium kuat manusuk hidung membuat seluruh bulu kuduk kami berdiri menyaksikan peristiwa yang menyayat hati ini...tapi apa hendak di kata, nasi sudah menjadi bubur, sesal kemudian tak berguna. Bayu tidak pernah mengetahui bagaimana rasanya dimandikan oleh orang tuanya karena mereka merasa bahwa banyak hal yang jauh lebih penting dari pada hanya sekedar memandikan seorang anak.
Semoga kisah ini bisa menjadi pelajaran berharga bagi kita semua para orang tua yang sering merasa hebat dan penting dengan segala kesibukannya.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
ayah edi, ini kisah nyata? lalu bagaimana mengatasi kehilangan dan penyesalan semacam itu.
ReplyDeleteFa'tabiruu yaa ulil albaab. Jadikanlah ibrah (pelajaran) wahai ulul albab
ReplyDeleteHanya orang cerdas yang dapat mengambil pelajaran dari cerita nyata ini....
ReplyDeleteHai kaum Ibu, "Adakah yang paling diminta oleh anak-anakmu, selain perhatian dan kasih sayangmu padanya,"
Terima kasih, sangat sulit memang dlm keadaan seperti ibu dewi. namun ibu itu sudah memilih jalannya, bukankah hidup ini adl pilihan harta dan keluarga gak pernah bersatu, ada yg kaya namun kehilangan istri dan anaknya ada jg yg sukses dlm keluarga namun gak punya apa2. yah tinggal kita mau pilih yg mana. Untuk ibu Dewi, Rencana Tuhan itu indah pada waktunya.
ReplyDeletepelukan, ciuman yang ikhlas hanya di jual dalam "toko hati" kita, karena itu harganya sangatlah mahal, yang tidak bisa di beli dengan mata uang manapun, kecuali dengan "mata uang" cinta ibu
ReplyDeleteAyah Edi, saya belajar banget dari kisah ini.Tentang keseimbangan. Ini kisah berharga. Dan saya harap Mbak Dewi jangan keterusan merasa bersalah. Mulai melangkah.Allah kan gak pernah ngasih pengajaran yang melebihi kekuatan kita.
ReplyDeleteMemang penyesalan selalu datang di akhir dan selalu saja menjadi rasa bersalah yang berkepanjangan...
ReplyDeleteSaya merasakan hal yang hampir sama dengan dirasakan oleh sang Bunda tersebut.
yang patut dilakukan adalah bisa memperbaiki diri, dan mengubah penyesalan tidak boleh datang diakhir tapi harus datang diawal...
Ingatlah bahwa segala sesuatu yang dilakukan pasti memiliki konsekwensi atas apapun oleh siapapun dan untuk bagaimanapun... yang perlu dilakukan adalah memikirkan konsekwensi atas segala tindakan kita, dan apabila sudah dipikirkan dengan baik, setelah itu hanya ada satu kata (TIDAK BOLEH ADA PENYESALAN)...
Terimakasih telah memberikan ibrah yang sangat berharga ini...
Klik Sini Untuk Dukung Komodo
Jadi pengen mandi...
ReplyDeleteSuatu pelajaran γğ sgt berharga bagi semua manusia, siapapun ϑíα. Ќítα sering lupa, apa γğ sebenarnya paling penting dalam hidup Ќítα, dan tujuan apa γğ sebenarnya ingin Ќítα capai. Pada akhirnya toh Ќítα tidak dapat hidup sendiri hanya dengan harta benda. Ќítα membutuhkan manusia lain dalam hidup íηí. Marilah Ќítα mulai membangun ikatan kemanusiaan γğ kuat dengan org2 di sekeliling Ќítα.......
ReplyDeleteBanyak orang di masyarakat kita yg hidup bukan buat dirinya sendiri tp buat orang lain,sehingga dr awalnya aja sudah salah arah,(biar dilihat org lain sukses,kaya,berkuasa)-lupa pada kodrat nya sbg seorang "ibu/ayah"dan arti pelajaran hidup dr menjadi seorang ibu-bgtu jg dgn pilihan mempunyai seorang anak-tanggungjawab-pengorbanan-perhatian dikaburkan olen overself confidence-Kasihan Bayu...
ReplyDeletesetiap detik dlm hidup kita , kita dihadapi dgn pilihan, setiap pilihan ada konsekuensinya... pembelajarn buat kita , agar lebih hati2 dlm memilih... agar karier dan keluarga bs ttp sejalan... walau kebanyakn yg terjadi adalh ketimpangan....krn setinggi apapun kita mengejar karier/ uang .... ttp yg nyata adalah kasih sayang keluarga....
ReplyDeleteEgois. Kalau memang dari awal sudah menentukan pilihan untuk mementingkan karir dan harta, silahkan menikah tapi JANGAN PUNYA ANAK! Anak dilahirkan bukan atas pilihan mereka, lain dengan calon pasangan hidup yang sama-sama dewasa dan bisa menentukan pilihan. Maaf, saya tidak bermaksud menghujat Ny.Dewi ini, tapi sudahlah jangan histeris. Bukannya cerita seperti ini sudah ada sejak dulu? Ny.Dewi juga sudah pasti pernah mendengar cerita serupa jadi sebagai orang yang 'pandai' harusnya tidak perlu kaget lagi kalau Tuhan kembali memanggil si kecil Bayu. Hadapilah dan perbaikilah diri anda, Ny.Dewi. Minta ampun pada Tuhan dan berusahalah menebus kesalahan anda bukan dengan sekedar penyesalan melainkan sebuah action. Jangan bodoh kedua kalinya.
ReplyDeletecerita KHAYAL yg bagus..lain kali jgn dibilang true story kalo ngayal..anda harusnya mengerti yg namanya kejujuran intelektual !
ReplyDeleteHampir semua yangh memberikan live talk atau katakanlah pengkhotbah pendeta atau kiai atau motivator selalu membuat cerita yang tidak logis seperti cerita ini. Ayah edi ini membuat personifikasi seolah-olah bundanya berwatak se ekstrim itu. Kalau dia orang indonesia, tak mungkin, kalau dia orang bule lebih tak mungkin seperti itu wataknya. Orang bule lebih care terhadap anak daripada orang indonesia. Jadi cerita itu dibuat untuk memenuhi selera ayah edi saja. Anda menista sifat dasar dari seorang wanita dan sekaligus seorang ibu. Atau istri anda seperti itu?
ReplyDeletePembaca yang Budiman,
ReplyDeleteKisah Inspiratif ini dikirimkan oleh seorang sahabat dari Medan, dan dengan izinnya kami tampilkan apa adanya di blog ini dengan tujuan memberikan isnprirasi pada para pembaca sekalian.
Kami tidak mengatakan ini adalah sahabat Ayah Edy, kalau ada yang berpikir demikian mungkin ini hanya masalah presepsi dari kalimat saja, yang kami ubah hanya nama orangnya saja.
Kisah ini entah nyata atau tidak sebenarnya bukanlah menjadi esensinya, melainkan apakah kita bisa menarik hikmah/pelajaran yang tepat bagi kehidupan kita dan keluarga kita tentunya itu yang jauh lebih penting.
Namun memang sepanjang pengalaman hidup saya tidak bisa di hindari akan selalu saja ada di antara kita yang mempermasalahkan asal usulnya, nyata atau tidak, akurat atau tidak dan terus terjebak untuk meributkannya sehingga ia sama sekali tidak mendapatkan pelajaran apapun daripadanya.
Begitu pulalah yang dikatakan oleh Dr. Arun Gandhi sang pendidik besar dari India yang di undang bicara di kampus-kampus hampir di seluruh dunia, mengenai orang-orang yang terus mengeritik kisah-kisah inspiratifnya saat ia mengajar para mahasiswanya.
Kisahnya saya tuliskan pada buku saya yang berjudul I love you Ayah Bunda yang di terbitkan oleh Hikmah Publishing, Pesan Dr. Arun Gandhi saya tuliskan dibuku tersebut juga dengan harapan kita tidak terjebak pada perdebatan melainkan bisa menarik Hikmah dan pelajaran dari padanya.
Sekali lagi kami mohon maaf jika ada yang menganggap ini sebagai kesalahan, karena kami adalah manusia biasa yang tak luput dari khilaf dan salah.
Salam hangat,
ayah edy
ambil hikmahnya saja, nyata atau tidak nyata. Karena entah di belahan dunia mana, pasti ada sedikit orang yang melakukan hal demikian, meski tidak sama persis.
Deletebukan cerita sedihnya yang saya ambil, melainkan sebuah pengingat kita untuk teringat akan keluarga.....segala sesuatu di kehidupan ini tidak akan pernah kita duga, semua yang kita perkirakan hampir bahkan SEMPURNA akan dengan mudahnya HANCUR seketika, bagi sahabat KOSI dan SINAR, cabut pikiran anda yang buruk sebelum sesuatu yang BURUK menimpa anda, berfikirlah POSITIF dan dapatkan HASIL POSITIF dari cerita diatas.
ReplyDeleteSaya pernah mendengar cerita ini saat di gereja sewaktu pendeta berkhotbah...dan membuat saya menangis..
ReplyDeleteHikmah dari cerita ini adalah bahwa gunakanlah waktu anda sebaik2 nya dengan anak2 anda...ingat anak adalah titipan Tuhan!!!!!
Sayangilah mereka,kasihilah mereka,perhatikan semua kebutuhan mereka...hanya kepada orangtua lah anak2 dapat meminta...
Penyesalan memang selalu terlambat tp tenggelam terus menerus dlm penyesalan pun tiada guna... Lbh baik bangkit dan benahi diri!!!!!!!!
Buat ibu dewi: berdoa,minta ampun kepada TUHAN...ini cobaab yg akan membuat anda lbh kuat dan lebih menyadari posisi anda sbg perempuan dan sebagai ibu...!!
*miss my kids*
Coba bayangkan apabila kematiannya tetap terjadi, tetapi sang bunda telah mengambil tanggungjawabnya secara benar( merawat dengan baik)karena mengingat hidup dan mati adalah waktunya Tuhan, maka kejadian ini akan berakhir dengan pengucapan syukur karena telah diijinkannya sang bunda menikmati kebersamaan dengan sang buah hatinya walaupun hanya sesaat.
ReplyDeleteSaya sependapat dengan saudara Poetra65.
ReplyDeleteCerita ini menyadarkan kita para orang tua bukan hanya seorang Ibu, karena anak yang dititipkan Tuhan berhak mendapatkan kasih sayang n perhatian kita.
Namun terkadang kesibukkan telah menyita waktu, membuat kita melupakan kewajiban kita.
Tetapi puji syukur sampai dengan saat ini kita selalu berusaha menyiapkan waktu untuk sikecil, walau hanya beberapa jam saja dalam sehari.
Walaupun itu dimalam hari saat tubuh ini terasa lelah, tetapi saat dekat dengannya semua itu tiada terasa.
Terima kasih Tuhan telah memberikan sesuatu yang paling berharga buat kami berdua.
Terimakasih atas pelajaran yang sudah diberikan
ReplyDeleteSebelumnya pd kesempatan ini saya ingin menyampaikan rasa terima kasih saya pd Ayah Edy...yg telah memberi banyak insprirasi kami sekel dlm mendidik buah hati kami..... menjadi anak-2 yg tumbuh kuat dan bahagia dgn kel yg mau mengerti mereka......
ReplyDeleteCerita tersebut sangat menginsprisari kami para kaum ibu... di zaman sekarang yg harus memilih antara anak atau bekerja....
Sedikit pengalaman saya Ayah.... semoga dpt menginspirasi para kaum ibu....
Saya berkarir di PT.GARUDA INDONESIA selama 15thn dgn jabatan yg cukup strategis.... gaji saya melebhi gaji suami yg bekerja di anak perusahaan Garuda..... karena kecintaan saya kepada 2 anak laki-2 sy yg hebat dan super aktif....
sy memutuskan untuk ikut program pensiun dini dan mencoba berkarir dirumah dengan membuka usaha garment, suplay kebutuhan rumah sakit dan hotel. alhamdullilah sy melakukannya dirumah. benar kata ayah anak yg kinestetis dan keras kepala mempunyai kemampuan mengelola beberapa usaha dlm waktu yg bersamaan tanpa merasa kesulitan.. krn sy kinestetis dan keras kepala saat kecil. sepertinya sy melihat potensi itu pd anak-2 sy...semoga mereka dpt menjadi orang yg suskses dan bermanfaat bg sesamanya.
saya berfikir.... mencari nafkah adalah tugas suami,dan tugas mendidik anak dirumah adalah tugas seorang ibu. saya mencoba membantu mencari nafkah dirumah tanpa harus meninggalkan kodrat sy sebagai seorang ibu. sy tdk akan pernah menyesal dengan keputusan sy keluar dr kantor. krn sy lakukan unuk anak-2 tercinta. sekalipun kalau bisni ssya gagal..
saya yakin Aullah akan memberikan yg terbaik untuk kel kami.
Saat ini sy mempunyai waktu full dengan anak-2 sy,sy memasakan makanan mereka, mengantar mereka sekolah dan menemani mereka belajar.
saya tdk ingin kehilanganwaktu kebersamaan dengan mereka. saat mereka tumbuh dan berkembang.
alhamdullilah sy menemukan arti seorang ibu yg sesungguhnya.
sy teringat saat kecil sy dibesarkan oleh mama yg ibu rumah tangga... kami merasakan kebahagian yg sangat besar sampai mama berpulang kerahmatulloh.... saya ingin hebat seperti mama sy yg telah mendidik anak-2nya menjadi orang-2 sukses..... sy 6 bersaudara semua adik-2 sy sukses dlm karirnya.
hidup adalah pilihan apapun yg kita pilih semua mempunyai konsekuensi.tak perlu menyesali apapun yg terjadi krn itu adalah pilihan kita sendiri.....
This comment has been removed by the author.
ReplyDeletemenangis dan getir membaca kisah ini. izin ayah, untuk copaste, mudah2an menginspirasi orang tua kebanyakan....
ReplyDeletesalam kenal
blogger majalengka
http://bakudara.com
Kisah yang sangat menggugah hati, trimakasih Ayah Edy,saya mau ijin COPAS... biar memberi inspirasi banyak orang seperty ayah....
ReplyDeleteKisah yang sangat mengharukan..membuat ku makin menghargai anak saya, dan makin menghargai titipan Tuhan....
ReplyDeletethanks banyak ayah, saya izin copas ya buat taruh di blog saya supaya lebih banyak orang di indonesia ataupun luar negeri yang terinspirasi untuk menyayangi anaknya...
thanks a lot...
thanks for the great story..
ReplyDeletethanks ayah.. saya termasuk penggemarmu, yang saya pesankan kepada pembaca ambil hikmah dari kisah. saya sangsi masih banyak orang tua tidak bisa membedakan antara memberi kasih sayang dgn memanjakan anak. karna rasa bersalah telah meninggalkan anak kita sepanjang hari, pada saat pulang semua keinginan anak kita dipenuhi(copy dr live ayah edy), ayo belajar jadi orang tua yang benar, lets make indonesia strong from home
ReplyDeletecerita yang mengharukan n bs jd pembelajarn... ijin copy yah ayah...
ReplyDeletecerita ini sangat inspiratif dan jujur saya menitikan air mata ketika selesai membacanya, mohon ijin turut menyebarkannya kepada teman-temanku agar dapat menjadi pelajaran bagi kita semua
ReplyDeleteIni Ibu yang sok tegar sebab merasa dirinya hebat, kalau ini kisah nyata ingin sekali aku bilang ke si dewi "Nyahok Loe dewi, sok banget ...rasain loe !!" lakinya juga sama aja tidak bisa mengarahkan bininya, dasar "pria lemah"
ReplyDeletebuat teman2 yang mempermasalahkan ini cerita fiktif atau nyata jgn menyela..
ReplyDeletekenyataan yg bnyk terjadi memang bgtu adanya.. bnyak org tua yg lalai dgn anaknya krna mengejar karir dan berbagai macam akibat yg terjadi pd ank2 mereka...
cerita ini memberikan pelajaran yg sangat2 beharga untuk qt smuanya baik yg sdh tjd org tua atwpn yg belum..
disini Dewi juga berkata andaikan pd saat itu dia berada dekat anaknya pun ajal ini tak bisa dihindari.. disini kita hanya kasihan dengan Bayu yg selama hdupnya blm prnah dimandikan oleh bundanya sendri.
Jadi ambil hikmahnya dr kejadian seperti ini.
Izin share ya Ayah...
izin share ya ayah,, menyesal trlambat tahu dg ayah edi,,, best story.. :)
ReplyDeleteSaat terbaik untuk mengungkapkan kasih sayang adalah SEKARANG.
ReplyDeleteTerima kasih Ayah, cerita yang inspiratif bagi kami.
HILDAN FATHONI
Apa yang di titip kan tuhan bila tidak di jaga dan di pelihara maka tuhan akan mengambilnya kembali. Itu yang ditunjukan oleh cerita ini terlepas cerita ini nyata atau tidak.
ReplyDeleteSangat inspiratif walau kisah ini sama persis dengan jalan cerita ftv yang ditayangkan di salah satu televisi swasta. Entah ftv tersebut yang terinspirasi dari kisah ini atau malah sebaliknya. Terlepas dari fiktif tidaknya kisah ini semoga dapat memberikan kesadaran tentang berharganya keluarga bagi orang tua2 yg membacanya.
ReplyDeleteMemenuhi kebutuhan anak bukan hanya mencukupi smw keperluannya tp juga kasih sayang dan kebersamaan dgn anak . Pljrn bgt ini
ReplyDeleteSangat menginspirasi dan menyentuh. Mengingatkan saya kembali agar tidak merasa menyesal ketika mengambil keputusan untuk resign demi anak dan keluarga. Saya sudah berkali-kali membaca kisah ini berulang-ulang walau dari sumber yang berbeda, mulai dari saya masih gadis(belum menikah) hingga sekarang saya sudah memiliki anak ending emotion tetep nangis... meneteskan airmata..... airmata saya tidak dapat saya tahan...
ReplyDeleteSalah satu yang mendorong saya berhenti kerja kantor adalah ketika salah seorang teman seperjalanan ke tempat kerja bertanya "Anakmu siapa yang memandikan?" Saat itu saya kerja pagi buta pulang selepas petang. Putri pertama saya dimandikan bapaknya. Nah untung saya diberi kesempatan punya putra kedua yang selalu sempat saya mandikan karena saat ini saya kerja di rumah. Sebagai ibu rasanya ada kebahagiaan sendiri saat memandikan dan jadi langsung tahu jika suhu badannya tidak normal....Tantie caritips.com
ReplyDeleteCerita yg sangat mengharukan...injin copas ya...tq
ReplyDeleteItu pernah ada di tv kok
DeleteAq dah pernah nonton di tv. . Crita ini. . Tp anak nya cewe. Lama bgt waktu aq di INDONESIa dulu. 2011 kayak nya. .
ReplyDeleteAnak adlh harta yg paling berharga,,tiap detik adalah emas yg tak ternilai bersamanya ..alhamdulillah smpai dg detik ini tak pnh lepas sedetikpun dari pandangan sy akan anak2,sy rela mengubur semua cita2 sy,dari pendidikan dan meninggalkan jabatan yg tinggi demi kebersamaan dg ank2 sy slm 24jam full.
ReplyDeleteSaya pernah mengalaminya :(
ReplyDeletealhamdulillah mungkin saya termsk beruntung sebagai ibu pekerja msh bs memandi kan dan menyuapi buah hatiku sendiri meski ada pengorbanan yg harus di rasakan buah hati saya, setiap pagi dan sore ikut bundanya bekerja karena day care buah hati saya satu gedung di tmpt saya bekerja, selalu sehat ya nak,..terimakasih ikut berjuang dengan ayah dan bunda dr usia 3 bln smp 2 tahun 7 bln ini, smoga ada jalan untuk qt ber 3.amin
ReplyDelete"amanah & bagaimana kita memenuhi hak amanah itu? apalagi kita yg meminta amanah tsb... na'u dzubillahimin zaalik....
ReplyDelete