SATU-SATUNYA SITUS RESMI AYAH EDY

SATU-SATUNYA SITUS RESMI AYAH EDY
Bagaimana caranya..? Gabung di FB: komunitas ayah edy, download talkshow di www.ayahedy.tk

Saturday, May 29, 2010

10 TANDA KEHANCURAN SEBUAH BANGSA


-----------------------------------------


Suatu ketika di bulan Juli tahun 90-an, di negara bagian Massachusetts, Amerika Serikat tengah berlangsung sebuah konfrensi besar pendidikan, dihadiri oleh sebagian besar kalangan pendidikan, mulai dari pengamat, praktisi, pakar hingga penentu kebijakan dibidang pendidikan.

Tema yang diambil. kali itu adalah mengenai “Evaluasi Sistem Pendidikan dalam Menghasilkan Generasi Unggul”

Tema ini sengaja diangkat, karena ternyata berdasarkan penelitian, selama 60 terakhir sistem pendidikan lebih banyak menghasilkan generasi yang gagal dan bahkan cenderung bermasah ketimbang yang unggul

Banyak sekali tokoh-tokoh yang diminta bicara menyampaikan pikiran, pandangan juga hasil penelitian mereka.

Dari semua pembicara, ada salah seorang yang pemaparannya begitu dahsyat, tajam dan mengena, hingga mendapatkan simpati dan dukungan yang luar biasa dari hampir semua peserta konferensi tersebut.

Tepuk tangan yang riuh serta dukungan antusiasme terus mengalir hingga sang pembicara ini turun. Apa saja yang di paparkan oleh si pembicara ini…? marilah kita simak cuplikan utama dari pemaparannya;

“Saudara-saudaraku tercinta sebangsa dan setanah air, saya sungguh prihatin melihat perkembangan generasi kita dari tahun ke tahun, sehingga saya begitu tertantang untuk membuat suatu pengamatan untuk mengetahui akar pemasalahannya.”

“Lebih dari 30 tahun saya melakukan pengamatan terhadap para pelajar dan para lulusan sekolah di tiap jenjang mulai dari pendidikan dasar hingga pendidikan tinggi. dan ternyata dari tahun-ke tahun menunjukkan suatu peningkatan grafik jumlah anak-anak yang bermasalah ketimbang anak-anak yang berhasil.”

Salah satu yang membuat saya menangis adalah ketika saya mengunjungi beberapa Lembaga Pemasyarakatan yang ada di beberapa negara bagian; yang dulu pada tahun 60an mayoritas di huni oleh orang-orang yang berusia antara 40-60an, namun apa yang terjadi pada tahun 90, penjara-penjara kita penuh di isi oleh anak remaja antara usia 14 s/d 25 tahun. Jumlah peningkatan yang drastis juga terjadi pada penjara anak dan remaja.

Fenomena apakah gerangan yang sedang terjadi di negara kita……? Akan jadi apakah kelak negara ini jika kita semua tidak mengambil peduli dan merasa bertanggung jawab…?

Saudara-saudaraku sebangsa dan setanah air….., Dari pengamatan panjang yang saya lakukan akhirnya saya mengetahui bahwa sumber dari semua masalah ini ada pada Harmonisasi hubungan Keluarga dan Sistem Pendidikan kita.

Sebagian besar anak-anak yang bermasalah ternyata juga memiliki orang tua yang bermasalah atau keluarga yang berantakan dan yang memperparah ini semua adalah bahwa Lembaga yang kita agung-agungkan selama ini, yang kita sebut sekolah ternyata sama sekali tidak mampu menjadi jalan keluar bagi anak-anak yang mengalami permasalahan di rumah.

Sekolah yang mestinya bertanggung jawab pada pendidikan anak (kerena mengklaim sebagai lembaga pendidikan) ternyata sama sekali tidak melakukan proses pendidikan, melainkan hanya menjadi lembaga yang memaksa anak untuk mengikuti kurikulum yang kaku dan sudah ketinggalan zaman. Guru-guru yang diharapkan menjadi pengganti orang tua yang bermasalah tapi ternyata tidaklah lebih baik dari pada orang tua si anak yang bermasalah tadi. Guru lebih suka memberikan pelajaran dari pada mendidik dan melakukan pendekatan psikologis untuk bisa membantu memecahkan masalah anak-anak muridnya. Guru-guru juga lebih suka saling melempar tanggungjawab ketimbang merasa ikut bertanggung jawab sebagai seorang pendidik.

Dan yang sungguh menyakitkan adalah ternyata Pemerintah kita khusunya yang bertanggung jawab pada bidang pendidikan hanya mementingkan masalah nilai, angka-angka dan Ujian-Ujian Tulis. Pemerintah seolah menutup mata terhadap menurunya prilaku moral, rusaknya anak-anak sekolah dan meningkatnya prilaku kekerasan di kalangan remaja.

Ukuran keberhasilan pendidikan lebih diletakkan pada menjawab soal-soal ujian dan target-target perolehan nilai, bukan pada Indikator Moral dan Pengembangan Karakter Anak. Sehingga pada akhirnya kita mendapati banyaknya anak-anak yang mendapat nilai tinggi namun moralnya justru begitu rendah.

Inilah saya pikir yang menjadi biangkeladi dari permasalahan meningkatnya jumlah anak-anak yang menjadi penghuni penjara di hampir seluruh negara bagian di negara kita.

Saya melihat bahwa sesunguhnya jauh lebih penting mengajarakan anak kita Nilai Kejujuran dari pada Nilai matematika, Fisika dan sejinisnya, yang pada umumnya telah membuat anak kita stress dan mulai membeci sekolahnya. Sungguh jauh lebih penting mengajarkan pada mereka tentang kerjasama dan saling tolong menolong ketimbang persaingan merebut posisi juara di kelas. Sekolah kita hanya mampu membuat 3 anak sebagai juara ketimbang membuat mereka semua menjadi juara. Sekolah kita memang tanpa sadar telah dirancang untuk mencetak anak yang gagal jauh lebih banyak dari yang berhasil. Sekolah kita juga telah dirancang untuk lebih banyak memberi lebel anak yang bermasalah ketimbang memberi lebel anak yang berpotensi unggul di bidangnya.

Lihatlah fakta di lapangan, betapa banyaknya anak-anak yang dinyatakan oleh sekolah sebagai anak lambat belajar, tidak bisa berkonsentrasi, Diseleksia, Hiperaktif dsb. Hingga ada seorang pengamat pendidikan yang pernah menyindir “sesungguhnya anaknya yang hiperaktif atau sekolahnya yang “Hiper Pasif”. Bayangkan anak-anak kita telah di paksa untuk duduk di kursi yang keras selama berjam-jam dari pagi hingga petang, tanpa adanya pergerakan sedikitpun. Yang sesungguhnya tidak hanya membahayakan mental mereka bahkan juga fisik mereka. Berapa banyak anak-anak kita yang katanya termasuk golongan anak-anak pandai harus menderita “bungkuk” di usia mereka yang masih relatif muda karena proses belajar yang hiper pasif ini.

Saya pikir sudah saatnya kita sadar akan hal ini semua. Saudara-saudaraku tercinta, sungguh berdasarkan penelitian yang saya lakukan telah menunjukkan bahwa jauh lebih penting mengajari anak kita tentang moral, attitude, dan Character Building dari pada hanya mementingkan nilai-nilai yang tinggi. Karena kehidupan lebih mengharapkan orang-orang yang bermoral dan berkarakter untuk membangun tatanan kehidupan yang jauh lebih baik. Orang-orang yang mencintai sesama, menolong sesama dan menjaga kelestarian lingkungan tempat mereka hidup.

Berdasarkan penelitian saya terhadap sejarah bangsa-bangsa yang mengalami kemunduran atau kehancuran, saya telah menemukan ciri-ciri yang sangat jelas untuk bisa kita jadi kan Indikator dan petunjuk bagi kita apakah negara kita juga sedang menuju ke titik kemajuan atau justru ke hancuran.

Paling tidak saya telah menemukan ada 10 tanda-tanda dari suatu bangsa yang akan mengalami kemunduran dan bahkan kehancuran; dan jika ternyata ke sepuluh tanda ini muncul di negara kita maka sudah saatnyalah kita untuk melakukan perubahan besar-besaran terhadap sistem pendidikan bagi anak-anak kita.

Mari kita teliti bersama kesepuluh tanda-tanda tersebut, apakah telah muncul dinegara kita;

1. Peningkatnya prilaku kekerasan dan merusak dikalangan remaja, Pelajar
2. Penggunaan kata atau bahasa yang cenderung memburuk (seperti ejekan, Makian, celaan, bhs slank dll)
3. Pengaruh Teman Jauh lebih kuat dari pada orang tua dan guru.
4. Meningkatnya prilaku penyalahgunaan sex, merokok dan obat-obat telarang dikalangan pelajar dan remaja.
5. Merosotnya prilaku moral dan meningkatnya egoisme pribadi/mementingkan dirisendiri.
6. Menurunya rasa bangga, cinta bangsa dan tanah air (Patriotisme).
7. Rendahnya rasa hormat pada orang lain, orang tua dan guru.
8. Meningkatnya prilaku merusak kepentingan Publik.
9. Ketidak Jujuran terjadi dimana-mana
10. Berkembangnya rasa saling curiga, membenci dan memusuhi diantara sesama warga negara (kekerasan SARA)

Bagaimana kesimpulan kita….? Apakah kita melihat ke 10 tanda tersebut telah muncul di negeri tercinta kita ini…? atau mungkin malah sudah muncul pada anak-anak kita tercinta dirumah…?

Saudaraku…., dengan melihat fakta dan kenyataan yang ada, wahai para pendidik dan pengambil kebijakan di bidang pendidikan serta segenap kita semua; Apakah kita masih akan mementingkankan angka-angka sebagai Indikator kesuksesan Pendidikan di sekolah-sekolah..?

Semoga logika dan nurani kita masih mampu bicara untuk mendobrak sistem pendidikan yang selama ini terbukti telah menghasilkan lebih banyak kegagalan bagi anak-anak tercinta.

Saudara-saudaraku sebangsa dan setanah air…., Jika kita tidak juga mau bertindak…., maka saya tidak tahu berapa banyak lagi penjara-penjara yang harus kita bangun bagi anak-anak kita tercinta, yang semestinya ini semua bisa kita cegah dari sekarang..!

Melalui Harmonisasi Hubungan Keluarga dan Sekolah-sekolah yang lebih berorientasi membangun moral dan bukan hanya angka-angka semata.

Thomas Lickona.

=========================================

Saudara-saudaraku sebangsa-dan setanah air di Indonesia….., Mari kita renungkan cerita ini.

18 Tahun yang lalu mereka sudah menyadari kesalahan besar yang terjadi pada sistem pendidikan di negaranya, lalu bagaimana dengan sistem pendidikan kita di Indonesia….?

Akankah peristiwa tragis yang terjadi di Amerika akan kita biarkan untuk terjadi lagi pada anak-anak kita di Indonesia..?

SELAMAT HARI PENDIDIKAN DAN KEBANGKITAN NASIONAL 2010 !!!


BERSAMA-SAMA.., MARI KITA BANGUN INDONESIA YANG KUAT DARI KELUARGA, MELALUI ANAK-ANAK KITA TERCINTA !!

9 comments:

  1. Bukankah hal itu sudah mulai banyak terjadi saat ini..?

    Dan pertanyaan saya kepada ayah adalah, apakah ayah pernah mendiskusikan ini dengan menteri pendididkan atau pemerintah kita..?

    ReplyDelete
  2. Ada metode pembelajaran baru, yang bisa membaca dengan menutup mata dengan memanfaatkan otak tengah (katanya) bagaimana tanggapan Ayah Edy mengenai hal ini?
    apakah ini bukan bisa dianggap terlalu memaksakan kemampuan anak/ atau mungkin ada unsur "magic" nya?

    ReplyDelete
  3. Pak Budi yang baik hati,

    Semua yang terpikirkan oleh Bapak dan kebanyakan orang sudah kami lakukan. Tapi masalahnya apakah mereka peduli?

    Itulah kesalahan saya selama ini telah menggantungkan harapan pada "Mereka" bukan pada saya dan kita yg peduli.

    Jika kita menggantungkan diri pada orang lain maka tak akan ada perubahan apapun yang terjadi.

    Itulah mengapa kami menggagas program INDONESIAN STRONG FROM HOME.

    Kitalah sesungguhnya agen perubahan itu, dan rumahlah pusatnya (jika kita peduli tentunya).

    Kita tidak akan bisa mengubah dunia ini menjadi lebih baik jika dunia kecil kita saja dirumah masih berantakan. Begitu ucapan Tokoh Jenius Dunia Westminster Abbey (yang kisahnya saya tuliskan di blog ini)

    Janganlah berharap pada orang lain karena kita hanya akan menuai kekecewaan belaka.

    Berbuatlah sesuatu yang kita mampu, meskipun hanya sebesar biji sawi atau jarah, seandainyapun yang kita mampu hanya berdoa ya berdoalah karena Tuhan mengukur kita bukan berdasarkan besarnya kontribusi yang kita berikan melainkan berdasarkan besarnya ke tulus ikhlasan kita.
    ==================================
    Mengenai otak tengah, silahkan pak Andrew membaca bukunya yang tentu saja di jual di toko buku, mengenai paparan langsung dari ahli otak mengenai benar dan bohongnya fenomena otak tengah yang sekarang sedang trend.

    salam hangat,
    ae

    ReplyDelete
  4. Anak didik kesayangan saya dikelas adalah anak didik yang dianggap oleh guru lain bermasalah, saya paling senang dekat dengan anak-anak tersebut dengan kelembutan saya sebagai ibu, dan Alhamdulillah mereka perlahan berubah menjadi lebih penurut dan lebih semangat belajar.
    Semoga para pendidik lebih mengerti dan dapat melakukan pendekatan secara personal kepada para siswa.

    ReplyDelete
  5. Ayah Edy.
    Kami salah seorang pendengar setia acara Indonesia Strong From Home di SmartFM yang diasuh Ayah Edyu. Sabtu lalu, 18 Juni materinya terkait dengan anak-anak yang cenderung Otak Kanan, menurutku sangat menarik dan ispiratif. Terima kasih atas penjelasan-penjelasan yang luar biasa itu.

    Sebagai bentuk expresi,sekaligus refleksi, kami terinpirasi membuat sebuah tulisan (berbentuk surat). Kami punya anak yang kemungkinan besar memiliki potensi otak kanan yang menonjol. Dan tulisan ini setidaknya (mungkin) mewakili perasaan anak kami . Suratnya sebagai berikut :

    Ibu.. Aku Hanya Ingin Dipahami

    Ibu,
    Bukannya aku malas dan suka melamun, tapi aku lagi menyiapkan diriku menerima seluruh keindahan alam semesta. Beri aku kesempatan berdiam sejenak karena gambar-gambar kehidupan yang sedang kurekam akan membuatku bisa memahami simfoni dan harmoni. Ingin sekali aku menciptakan melodi yang indah agar Ibu bisa menikmatinya sambil membuatkan aku masakan yang enak.

    Ibu,
    Bukannya aku tak bisa menjumlah 2 + 0 + 4, tapi aku lagi melihat seekor bebek berenang di kolam yang indah dengan deretan kursi cantik di sekelilingnya. Beri aku kesempatan merekamnya di alam kesadaranku karena ingin sekali aku membuatkan Ibu sebuah kolam renang yang indah dan kita duduk bersama di kursi yang empuk dan cantik sambil menikmati bahagianya bebek berenang.

    Ibu,

    Bukannya aku tak mau mendengar dan menatap mata Ibu ketika dongeng-dongeng itu dibacakan dan lagu nina bobo dinyanyikan, tapi aku lagi merasakan indahnya suara Ibu berpadu dengan suara-suara lain di kamar ini. Beri aku kesempatan menikmatinya karena suatu hari nanti akan kubuatkan sebuah ruangan agar Ibu bisa menyanyi dan mengaji. Di Ruangan itu kita bisa bernyanyi bersama dan selalu bisa kunikmati suara Ibu yang merdu melantunkan ayat-ayatNya.

    Ibu,

    Bukannya aku tak bisa membaca kata demi kata yang ibu ajarkan, tapi aku lagi merekam taburan kata-kata agar terangkai sebuah kalimat yang indah, layak dan sopan. Beri aku kesempatan melihat kata-kata itu saling merangkai, karena aku ingin menulis sebuah puisi yang indah yang spesial untuk aku persembahkan di hari ulang tahun Ibu.

    Ibuku Sayang,

    Kalau Ibu marah dan mencubit, tangis dan air mataku itu bukanlah karena aku benci atau marah. Aku hanya sedih jika cubitan dan amarah Ibu mengikis rasa sayang, cinta, dan potensiku untuk menghadiahi Ibu sebuah rumah mungil dengan kolam renang, ruang bernyanyi dan dapur yang indah. Dan hatiku akan sangat menyesal jika tak tak sanggup merangkai dan membacakan puisi indah di hari spesial Ibu. Karena bagiku : IBU ADALAH SEGALANYA.


    Jakarta, 19 Juni 2010


    Muliadi Saleh
    HP: 081585317853

    ReplyDelete
  6. Pak Muladi yang baik hati, jika Bapak mengijinkan maka kami bermaksud untuk menjadikan ini sebagai salah satu artikel dalam blog ini.

    Salam hangat untuk keluarga

    ReplyDelete
  7. Ayah Edy yang baik, terima kasih atas respon komentar kami. Jika tulisan 'surat' kami dianggap layak untuk menjadi artikel, dengan sangat senang hati kami silahkan. Semoga bermanfaat, dan terima kasih atas kepercayaannya. Salam sukses, semoga rumah dan keluarga benar2 bisa menjadi 'SURGA" bagi kita semua. Amiiiin.

    ReplyDelete
  8. untunglah masih banyak anak2 indonesia yang tidak bisa sekolah

    ReplyDelete