Suatu malam seorang budayawan JAWA yang terkenal arif dan bijaksana diajak berdialog oleh anaknya yang sedang stres karena hendak menghadapi ujian ahir semester (UAS).
"Pak, aku mau tanya," kata si Anak."Bapak tahu nggak, siapa sih orang yang paling soleh dan mulia di dunia ?"
"Wah, InsaAllah bapak tahu, Nak. Memang kenapa kamu bertanya soal itu ?"
Si anak tak menjawab, malah bertanya lagi, "Apa dulu orang itu juara kelas di sekolahnya, Pak..?"
"Hmmm, sepertinya tidak. Zaman itu bahkan belum ada sekolah, apalagi sistem peringkat. Tapi beliau memang berakhlak luar biasa, jujur dan bisa dipercaya. Karena itulah beliau diberi gelara Al-Amin (Yang Terpercaya) dan menjadi orang yang paling mulia sepanjang zaman. Memangnya kenapa ?"
"Ah, nggak apa-apa. Aku cuma ingin tahu saja," kilah si anak lalu kepalanya menunduk, membolak balik buku pelajaran sambil membuat coretan disana sini.
Tapi tak lama kemudian ia kembali bertanya, "Bapak tahu nggak siapa sih orang yang paling kaya di dunia ?"
Dengan bangganya Bapaknya menjawab, "Oh iya, tentu bapakmu tahu. Bapakmu kan sangat mengikuti perkembangan jaman dan informasi."
Apa dulu orang itu juga juara kelas Pak ?"
Sambil mengerinyitkan dahi, si bapak menjawab, "Sepertinya sih ndak juga yaa. Memang ada apa sih ?"
"Nggak kok Pak cuma ingin tahu saja," jawab anaknya kalem sambil membolak balikan buku pelajaran.
Tapi pertanyaan si anak rupanya masih panjang. Berturut turut kembali ia bertanya, "Apakah Bapak tahu siapa orang yang paling cepat di arena balap mobil formula dunia ?" Apa orang ini dulu mendapat peringkat di sekolah ?"
"Apa Bapak tahu siapa bintang sepak bola terbaik Eropa tahun ini Pak ? Apakah dia dulu juara kelas ?
"Apakah Bapak tahu siapa orang-orang yang dulu juara kelas kemudian kini menjadi orang hebat atau Selebritas di bidang nya seperti Rudi Hartono, Rudi Hadisuwarno, David Beckham, Michael Schumacher, Michael J. Fox, Michael Jackson, Michael Dell, Tiger Woods, Colonel Sanders, Ray. Kroc, Conrad Hilton, Henry Ford, Thomas Edison, Soichiro Honda, Oprah Winfrey, Robert Kyosaki, Anthony Robbins, Ronald Reagan dan orang orang terkenal lainnya ?"
Sang bapak terkaget kaget di berondong pertanyaan anaknya, "Wah..,Wah.., wah kok buanyak banget ?"
Setelah diam sejenak untuk berpikir, sang budayawan menjawab, "Menurut Biografi mereka yang pernah Bapak baca, tokoh tokoh yang kamu sebutkan itu dulunya anak biasa-biasa saja. Sepertinya tidak ada yang selalu menjadi juara kelas. Sebenarnya ada apa sih?, Kenapa kamu bertanya-tanya seperti ini ?"
"Ah nggak ,aku heran saja Pak. Kenapa sih semua orang tua memaksa anaknya untuk selalu jadi juara di sekolah ? Lah wong Bapak sendiri tahu kalau orang orang hebat dulunya itu tidak mendapat peringkat di sekolahnya. Jadi apa hubungannya antara peringkat dan sukses di kehidupan, ya Pak ?" Sepertinya aneh apa semua orang itu nggak mikir, gitu lho ?"
Si anak kembali menggaruk garuk kepala dengan wajah stres karena harus menghapalkan sekian ratus halaman dan berlatih soal-soal untuk UAS besok.
Sang budayawan ini tertegun mendengar ucapan anaknya. Baru kali ini ada orang yang berhasil membuatnya kehabisan kata-kata. Matanya baru terbuka akan apa yang selama ini tak disadari olehnya dan sebagian besar orang tua di Indonesia tentang dunia pendidikan yang memang tidak masuk akal ini.
Dikutip dari buku "MEMBANGUN INDONESIA YANG KUAT DARI KELUARGA" karya Ayah Edy.
(dan saya ketik sambil minum kopi)
benar yaa...saya sebagai orang tua baru mikir...inginnya anak2 jd bintang kelas tp apakah dengan jd bintang kelas anak sy nntinya bisa sukses dalam kehidupan masa depannya ?. tapi bukannnya bagus yaa ayah kalau anak kita bisa jadi bintang kelas dan juga bisa sukses di masa depannya.
ReplyDeleteminta ijin capos yah pak
ReplyDeleteBener bgt ayah, krn saya dlu dipaksa untuk juara, dipaksa utk berprestasi oleh org tua saya. Saya jd ga bangga atas prestasi yg saya raih. Saya tertekan, saya ga enjoy. Dan setelah dewasa saya bingung harus gmn? Krn otak saya sudah dikerdilkan oleh org tua saya, minat dan bakat saya ditolak mentah2 oleh org tua saya. Kata mereka, ga mungkin km bs, mana bs menjamin hidup km dgn bakat menggambarmu?
ReplyDeleteHasil inikah yg bisa dibanggakan dr juara kelas? Saya tidak membenci orang tua saya, tp entah knp dendam masa lalu seperti menghantui saya. Saya sangat setuju, prestasi bukan segalanya. Bukan jaminan anak bahagia dan sukses!
mantap, selalu ingin menjadikan anak yang terbaik di usia kecil. brainstorming banget. makasih pak
ReplyDeleteSaya dulu juga tidak diperkenankan memilih jurusan yang menurut saya sesuai dengan saya. Semaksimal mungkin saya berusaha menikmati hidup saya, pekerjaan saya, tapi ternyata efeknya pada psikis saya, saya tertekan dan ternyata saya tidak bahagia. Jawaban ini saya dapatkan setelah saya merasa benar saya butuh bantuan, saya berkonsultasi dengan psikolog. Saya tidak ingin anak2 saya mengalami saya, maka saya harus berani membuat keputusan dalam hidup saya. Membaca postingan2 dan buku Ayah Edi membuat saya lebih terbuka atas pengalaman saya dan menentukan langkah saya dalam mendidik anak2 saya. Terima kasih, Ayah Edi..
ReplyDelete