Indonesia pada hakikatnya merupakan kumpulan dari keluarga yg tersebar dilebih dari 12.000 pulau yg ada di Nusantara. Apabila keluarga2 ini kuat, maka Indonesia akan menjadi Bangsa & Negara yg Kuat dgn sendirinya tanpa perlu konsep yg berbelit-belit & biaya yg membebani negara. Pastikan keluarga & sanak famili kita di seluruh tanah air telah bergabung dlm GERAKAN MEMBANGUN INDONESIA YANG KUAT DARI KELUARGA. Kalau bukan kita, siapa lagi ? Kalau bukan sekarang, kapan lagi ?
SATU-SATUNYA SITUS RESMI AYAH EDY
Tuesday, April 28, 2009
Peluncuran Buku ke-3 Ayah Edy
Pada Hari Minggu 26 April 2009, Ayah Edy bersama Penerbit Hikmah-Mizan meluncurkan buku ke 3 nya yang berjudul I LOVE YOU AYAH, I LOVE YOU BUNDA.
Buku ini berisikan kisah-kisah inspirasi pendidikan anak di rumah dan di sekolah, yang ditulis oleh Ayah Edy selama lebih dari 3 tahun dan pernah ditayangkan di seluruh Jaringan Radio Smart FM.
Semua kisahnya akan bisa menggugah hati setiap orang tua maupun guru, untuk membangun kesadaran baru akan arti pendidikan yang tepat sekaligus mencerahkan bagi setiap orang tua yang selama ini bimbang akan masalah pendidikan anak di rumah dan di sekolah.
Acara ini diselenggarakan atas kerjasama Hikmah-Mizan Publishing House bersama Mall WTC Serpong, di Moderatori oleh Soraya Haque, dan di Hadiri oleh Dona Arsinta sebagai bintang tamu, serta para orang tua dan guru peduli anak dan pendidikan.
Miliki segera bukunya dan dapatkan inspirasinya.
Salam hangat,
AE MGT
Tuesday, April 14, 2009
Anak yang "Hiper-aktif" atau Sekolah yang "Hiper-pasif"..?
Belakangan ini banyak orang tua yang datang kepada saya yang khawatir tentang anaknya yang menurut sekolah dinyatakan tidak bisa berkonsentrasi dan Hiperaktif...
Bahkan ada beberapa anak yang divonis hiperaktif tersebut mulai di “keluarkan” atau di PHK dari sekolahnya.
Saya bisa memahami kebingungan para orang tua yang kebetulan memiliki ciri-ciri anak yang cenderung dikatakan sebagai anak Hiper Aktif yang juga tidak bisa berkonsentrasi.
Mari kita lihat dari mana datangnya istilah Hiper Aktif ini; Istilah Hiper Aktif lahir manakala dunia pendidikan dan psikologi membuat standardisasi anak normal. Jadi dari sekian banyak anak-anak yang berbeda-beda ini hanya dibuatkan satu standar anak yang tergolong normal.
Apa ciri-ciri anak yang termasuk golongan anak normal teresebut:
1. Anaknya cenderung pendiam dan tidak banyak bergerak
2. Anak cenderung penurut dan patuh alias selalu mau mengikuti apa yang diperintahkan oleh gurunya.
3. Anak yang rapi dan tekun mengerjakan sesuatu yang ditugaskan oleh gurunya.
4. dsb. dsb.
Alison Gopnik, seorang psikolong perkembangan anak yang juga sekaligus peneliti mengatakan bahwa; banyak sekali pandangan-pandangan psikologi masa lalu yang sudah tidak relevan lagi dengan kemajuan pengetahuan tentang anak. Selama 30 tahun terakhir para ahli psikologi dan ilmuan peneliti otak telah berhasil menguak 70 tahun rahasia otak yang dulu tidak terjelaskan.
Apabila kita ingin melihat seorang anak itu normal atau tidak; maka acuan terbesarnya adalah pada struktur dan sitem kerja otak. Dan ternyata selama 30 tahun terakhir kita telah banyak membongkar tentang rahasia otak anak yang menunjukan banyak sekali anak yang dulunya dikatakan sebagai hiper aktif namun ternyata adalah anak Kinestetik yang cara belajarnya mengandalkan pergerakan tubuh dan experiment. Anak-anak yang dulu dikatakan sebagai disleksia ternyata adalah anak yang lebih dominan menggunakan otak kanannya dalam belajar, dan banyak lagi.
Oleh karena itu pada akhirnya saya menyimpulkan bahwa hampir tidak pernah saya temukan sebuah ciptaan yang begitu Mengagumkan dan Begitu Ajaib seperti seorang anak manusia,yang memiliki kemampuannya yang begitu unik dan beragam.
Sampai-sampai hampir setiap hari saya selalu memperhatikan dan mengamati keajaiban-keajaiban itu muncul melalui anak saya sendiri dan anak-anak lainnya yang bersedia untuk menjadi relawan uji coba di laboratorium kami.
Mari kita akhiri era ilmu pengetahuan yang hanya mampu melabeli anak dengan segala kekurangannya.
Lain lagi dengan yang disampaikan oleh Ketty H. Pasek, dia mengatakan; Menurut saya sesungguhnya bukan anak kita yang hiper aktif, melainkan yang ada adalah sekolah kitalah yang hiper pasif.
Bayangkan metode sekolah kita mengharuskan anak untuk duduk di bangku yang keras selama berjam-jam atau selalu berada di ruangan yang sama sepanjang waktu atau dalam rentang waktu berbulan-bulan, sementara kita saja yang orang dewasa merasa gelisah apabila duduk lebih dari 2 jam tanpa boleh melakukan aktifitas lainnya selain mendengarkan dan mengerjakan perintah.
Tidakkah kita sering melihat orang dewasa yang terkantuk-kantuk dalam ruangan karena bosannya. Apalagi anak-anak kita; dimana secara alami fitrah mereka adalah selalu bergerak, tertarik terhadap banyak hal dan objek baru namun hanya beberapa menit saja.
Dan untuk objek tertentu yang menarik secara pribadi anak kita bahkan bisa memperhatikannya lebih lama dari orang-orang dewasa. Dia akan tetap di tempat untuk memperhatikan objek tersebut meskipun orang tuanya sudah mengajak dia beranjak pergi. Pernahkah hal ini terjadi pada anda....? ya saat anda mengajaknya berkunjung ke satu pameran exebisi atau kebun binatang.
Jadi mari sama-sama kita evaluasi kembali pertanyaannya; sesungguhnya Anak kita yang hiper aktif atau malah sekolah kita yang justru hiper pasif ?. Jadi sebenarnya anak yang tidak bisa berkonsentrasi atau kita yang tidak berhasil menemukan bidang-bidang yang menjadi ketertarikannya ?
Sesungguhnya setiap anak kita adalah "Masterpiece" yang sempurna dari Tuhannya. Jadi sesungguhnya tidak ada yang aneh dari mereka, malah jangan-jangan kitalah yang aneh, jadi pendidik kok tidak pernah mau belajar tentang temuan-temuan terbaru ilmu pengetahuan tentang pendidikan anak..? Mendidik anak zaman sekarang kok malah menggunakan cara-cara zaman dulu yang sudah kedaluwarsa.
Mari kita didik anak-anak kita sesuai zamannya karena mereka akan hidup berbeda dengan zaman kita hidup. Begitulah pesan yang agung dari orang bijaksana yang telah disampaikan lebih dari 1000 tahun yang lalu.
Mari kita renungkan..
Sesungguhnya "Anak" yang Gagal Belajar atau "Kita" yang Gagal Mengajar..?
Pertanyaan yang menarik untuk kita ajukan kepada kita para orang tua dan pendidik. Mengapa ? karena selama ini kita orang tua dan guru tidak pernah merasa gagal mendidik, yang ada selalu anak yang gagal di didik. Begitulah isi salah satu pemaparan dari pemateri seminar tentang Fenomena anak yang gagal belajar.
Saya jadi berpikir-pikir...ia juga ya....., kenapa kita selalu berpikir anak yang gagal belajar...., jangan-jangan apa gak sesungguhnya justru kita guru dan orang tualah yang telah gagal mengajar....?
Lama sekali saya termenung, membolak-balik pertanyaan ini dikepala saya.....? Kalau anak yang gagal belajar....berartikan anak itu diciptakan untuk gagal.... lalu apa iya sang Pencipta Yang Maha Sempurna itu tidak mampu menciptakan semua anak untuk bisa berhasil..., iya juga ya kenapa selama ini kita tidak pernah terpikir pertanyaa itu ya....?
Padahal saya pernah membaca sebuah buku tentang paradigma ilmuan sejati. dimana di kenal dalam dunia ilmuan bahwa apa bila ada sebuah proses uji coba yang gagal atau hasilnya tidak sesuai yang dirapkan maka dia tidak pernah mengatakan materinya gagal, melainkan prosenyalah yang gagal. Untuk itu biasanya para ilmuan akan modifikasi atau melakukan perbaikan pada prosesnya. Lalu mengapa kita selama ini tidak berpikir seperti itu ya....., padahalkan sekolah itukan tempat untuk mencetak para ilmuwan-ilmuwan masa depan..?
Nah...secara kebetulan Tuhan menjawab pertanyaan saya dengan sebuah buku hasil kerjasama penelitian tentang otak dari para Ahli Psikologi dan Neurosaintist.
Disana jelas sekali di gambarkan betapa hebatnya otak setiap anak.. Bahkan Komputer super canggih yang pernah di ciptakan manusiapun tidak pernah ada yang mampu menandingi komputer alam yaitu otak anak kita. Dan di sana juga di jelaskan bahwa kemampuan itu tidak hanya di miliki oleh sebagian anak saja, melainkan oleh semua anak.
Tapi mengapa ternyata pada akhirnya seolah-olah kemampuan super itu hanya di miliki oleh sebaian anak saja...., maka sang sarjana psikologi sosial menjelaskan bahwa berdasarkan penelitiannya menjukkan bahwa pada dasarnya kemampuan setiap otak anak hampir sama canggihnya; hanya itu semua masih bersifat kemampuan dasar yang siap di kembangkan (Potential Dorman Gen). Nah yang justru menjadi kunci utama adalah siapa yang mengembangkannya, dan apakah ia tahu persis bagaimana mengembangkan kemampuan otak masin-masing anak; yang meskipun memiliki kemampuan sama hebatnya namun memiliki karakteristik dan pusat-pusat keunggulan yang berbeda-beda.
Ya Tuhan.... jantung saya jadi berdebar-debar mendengarkan penjelasan ini.... jadi ternyata semua anak itu mestinya bisa menjadi anak yang luar biasa bila si pendidiknya mengetahui persis bagaimana cara melakukannya.... Sungguh penjelasan tersebut telah membuka mata saya bahwa anak-anak kita itu harusnya tidak ada yang gagal, yang ada adalah para pendidik yang gagal mengembangkan kemampuannya.
Ternyata jika kita kembali ke sejarah, kita bisa melihat betapa anak-anak jenius yang pernah tercata oleh sejarah itu selalu memiliki orang-orang yang hebat di belakangnya sebagai sang pendidik sejati.
Sebut saja Thomas Edison yang memiliki Nancy Alliot, ibu sekaligus motivator bagi anaknya yang berhasil menjadikan Edison dari anak yang gagal di sekolah dasar menjadi Ilmuan Terkemuka dunia dengan lebih dari 1000 temuan yang dipatenkan.
Begitu juga dengan Dr. Arun Gandhi yang miliki ayah dan kakeknya Mahatma Gandhi sebagai pendidik sejatinya, dan Plato memiliki Socrates dibelakangnya.
Mari bersama-sama kita jawab melalui hati nurani kita yang terdalam.....sesungguhnya anak yang gagal belajar atau kita yang gagal mengajar...?
Semoga kita masih bisa berfikir dengan logika dan hati nurani kita.
Apa benar anak saya ADD, ADHD, DISLEXIA, Learning Disable atau sebenarnya hanya anak normal yang dominan OTAK KANANnya..?
Satu hari saya pernah ditanya tentang Apasih Anak Otak kanan itu...?
Mungkin lebih tepatnya adalah anak yang secara naluriah lebih dominan menggunakan otak kanannya.
Berdasarkan temuan dalam bidang sains otak diketahui bahwa otak berpikir manusia terbagi atas belahan otak kiri dan kanan. Masing-masing belahan memiliki kemampuan yang berbeda dan saling melengkapi.
Mirip seperti tangan kita ada kiri dan ada kanan. Ada sebagian orang yang lebih dominan menggunakan kiri atau yang sering disebut sebagai anak kidal, ada yang dominan kanan tapi ada juga yang seimbang. Otak juga sama dengan tangan dalam proses bekerjanya dia selalu bersama-sama saling melengkapi, hanya tetap saja ada yang sedikit lebih dominan dari lainnya. Persis seperti tangan kita.
Karena selama ini yang kita ketahui hanya kemampuan dan sifat-sifat otak kiri, maka standar ke normalan berpikir seorang anakpun didasarkan pada cara bekerjanya otak kiri.
Sebelum para ilmuan otak menemukan ini kira-kira 20 tahun yang lalu, maka anak-anak yang cenderung dominan otak kanan sering dikategorikan bermasalah. Padahal sesungguhnya mereka bukan bermasalah melainkan memiliki sifat-sifat yang lebih di dominasi otak kannya.
Mari kita perhatikan ciri-cirinya,
1. Sulit mengikuti pelajaran disekolah.
2. Terlambat bicara dibandingkan anak seusianya
3. Pada awal-awal sering lebih kuat tangan kiri (kidal)
4. Jika berbicara tidak runtut dan sistematis dan sulit dipahami maksudnya.
5. Persaannya sangat sensitif/peka
6. Sulit mengungkapkan keinginannya dalam bentuk kata/kalimat atau sulit menyusun kalimat untuk mengungkapkan perasaannya.
7. Cepat hafal tempat/lokasi, tanda-tanda dan rute perjalanan kesatu tempat yang pernah dikunjungi meskipun hanya sekali.
8. Sering bicara tidak nyambung dengan pertanyaan.
9. Kadang suka berkhayal dan bicara sendiri menceritakan fantasinya
10. Kadang bercerita ke satu tempat yang sebenarnya belum pernah di kunjunginya seolah-olah seperti nyata.
11. Konsentrasi rendah pada pekerjaan yang kurang disukainya/diminta oleh gurunya tapi sangat tinggi pada hal-hal yang menarik perhatiannya.
12. Sering membuat cara baru dalam menyelesaikan tugas/soal-soal dan kurang suka cara yang di ajarkan oleh gurunya.
13. Lebih suka permainan rangcang bangun seperti lego dsb.
14. Suka keluar dari kelompok dan melakukan aktivitasnya sendiri.
15. Sebagian ada yang sudah tahu membedakan jenis-jenis benda; seperti merek mobil, jenis pesawat dsb. dalam usia yang relatif sangat dini
16. Sulit diajari mengeja suku kata
17. Waktu kecil sulit membedakan huruf d dengan b
18. Jika menulis huruf sering terbalik anatara W dengan M atau E dengan 3
19. Sulit mengerjakan soal-soal matematika logika/rumus-rumus
20. Sebagian lagi sulit mamahami maksud dari soal cerita matematika kecuali diberikan contoh analogi/perumpamaan dengan menggunakan alat bantu benda-benda.
21. Sering memandang ke atas dan terlihat seperti melamun
22. Kurang suka mencatat dan lebih suka memenuhi bukunya dengan gambar disana-sini.
23. Sering membaca melompat dan beberapa kata tertinggal atau terlompati
24. Jika sudah mengenal huruf/angka, ia mampu membaca urutan huruf/angka dari belakang atau dengan urutan terbalik dengan cepat & tepat.
Para orang tua dan guru yang berbahagia.... ciri-ciri tersebut sebagian ada yang mirip dengan anak anda di rumah, jangan khawatir, anak anda sama sekali bukan bermasalah melainkan lebih dominan otak kananya. Yakni anak-anak yang memiliki keunggulan dalam bidang Imajinasi, Desain, Rancang bangun, dan para pencipta baik dibidang sains atau dibidang seni.
Nantikan penjelasan selanjutnya satu demi satu mengapa anak otak kanan memiliki ciri-ciri seperti ini dan bagaimana kita bisa membantunya..
Friday, April 3, 2009
Apa yang salah dari saya mengapa anak saya tidak berani berkata jujur..?
Pada suatu hari Dr. Arun Gandhi cucu dari mendiang Mahatma Gandhi pernah menceritakan satu kisah dalam hidupnya yang sungguh mengesankan.
Kala itu usia saya kira-kira masih 16 tahun dan saya tinggal bersama kedua orang tua di sebuah lembaga yang didirikan oleh kakek saya Mahatma Gandhi, Kami tinggal disebuah perkebunan tebu kira-kira 18 mil jauhnya dari kota Durban, Afrika Selatan. Rumah kami jauh di pelosok desa terpencil sehingga hampir tidak memiliki tetangga. Oleh karena itu saya dan kedua saudara perempuan saya sangat senang sekali bila ada kesempatan untuk bisa pergi ke pusat kota, untuk sekedar mengunjungi rekan atau terkadang menonton film dibioskop.
Pada suatu hari kebetulan ayah meminta saya menemani beliau ke kota untuk menghadiri suatu konferensi selama seharian penuh. Bukan main girangnya saya saat itu. Karena ibu tahu kami hendak ke kota maka ibu menitipkan daftar panjang belajaan yang ia butuhkan, disamping itu ayah juga memberikan beberapa tugas kepada saya, termasuk salah satunya adalah memperbaiki mobil dibengkel.
Pagi itu setelah kami tiba ditempat konferensi; ayah berkata kepada saya; ” Arun; jemput ayah disini ya, nanti jam 5 sore....dan kita akan pulang bersama-sama”. Baik ayah, saya akan berada disini tepat jam 5 sore. Jawab saya dengan penuh keyakinan.
Setelah itu saya segera meluncur untuk menyelesaikan tugas yang dititipkan ayah dan ibu kepada saya satu persatu. Sampai akhirnya hanya tinggal satu pekerjaan yang tersisa yakni menunggu mobil selesai dari bengkel. Sambil menunggu mobil diperbaiki tidak ada salahnya aku pikir untuk mengisi waktu senggangku dengan pergi ke bioskop menonton sebuah film. Saking asyiknya nonton ternyata saat saya melihat jam; waktu sudah menunjukkan pukul 17.30, sementara saya janji menjemput ayah pukul 17.00. Segera saja saya melompat dan buru-buru menuju bengkel untuk mengambil mobil, dan segera menjemput ayah yang sudah hampir satu jam menunggu. Saat saya tiba sudah hampir pukul 18.00 sore.
Dengan gelisah ayah bertanya pada saya; Arun! kenapa kamu terlambat menjemput ayah..? Saat itu saya merasa bersalah dan sangat malu untuk mengakui bahwa saya tadi keasyikan nonton film, sehingga saya terpaksa berbohong dengan mengatakan; ” Maaf Ayah” ”Tadi mobilnya belum selesai di perbaiki sehingga Arun harus menunggu.”
Ternyata tanpa sepengathuan saya , ayah sudah terlebih dahulu menelpon bengkel mobil tersebut, sehingga ayah tahu jika saya berbohong; Lalu wajah ayah tertunduk sedih; sambil menatap saya ayah berkata; ”Arun sepertinya ada sesuatu yang salah dengan ayah dalam mendidik dan membesarkan kamu”; ”sehingga kamu tidak punya keberanian untuk berbicara jujur kepada ayah”. Untuk menghukum kesalahan ayah ini, biarlah ayah pulang dengan berjalan kaki; sambil merenungkan dimana letak kesalahannya.
Lalu dengan tetap masih berpakaian lengkap ayah mulai berjalan kaki menuju jalan pulang kerumah. Padahal hari sudah mulai gelap dan jalanan semakin tidak rata. Saya tidak sampai hati meninggalkan ayah sendirian seperti itu; meskipun ayah telah ditawari naik, beliau tetap berkeras untuk terus berjalan kaki, akhirnya saya mengendarai mobil pelan-pelan dibelakang beliau, dan tak terasa air mata saya menitik melihat penderiataan yang dialami beliau hanya karena kebohongan bodoh yang telah saya lakukan. Sungguh saya begitu menyesali perbuatan saya tersebut.
Sejak saat itu seumur hidup, saya selalu berkata jujur pada siapapun. Sering sekali saya mengenang kejadian itu dan merasa begitu terkesan; seandainya saja saat itu ayah menghukum saya sebagai mana pada umumnya orang tua menghukum anaknya yang berbuat salah; kemungkinan saya akan menderita atas hukuman itu; dan mungkin hanya sedikit saja menyadari kesalahan saya. Tapi dengan satu tindakan mengevaluasi diri yang dilakukan ayah; meskipun tanpa kekerasan justru telah memiliki kekuatan yang luar biasa untuk bisa mengubah diri saya sepenuhnya. Saya selalu mengingat kejadian itu seolah-olah seperti baru terjadi kemarin.
Para orang tua dan guru yang berbahagia.
Ayah Dr Arun Gandi tersebut sungguh seorang ayah dan guru yang luar biasa dalam mendidik anaknya. Sebuah kisah emas untuk kita para orang tua dalam mendidik dan membesarkan anak-anak.
Kisah ini begitu menginspirasi saya secara pribadi; untuk selalu mengevaluasi diri manakala anak-anak tercinta saya mulai menunjukkan prilaku yang kurang terpuji ya, saya membiasakan diri untuk selalu bertanya; Apa yang salah dari saya mengapa anak saya kok bisa seperti ini?
Para orang tua dan guru yang berbahagia..... Semoga kisah ini juga bisa menginpirasi setiap orang tua; agar kita bisa mendidik anak-anak kita menjadi orang besar dan luar biasa sekaliber Mahatma Gandhi. Ya.... Mahatma Gandhi....sang pejuang dan pendidik Tanpa Kekerasan.
Thursday, April 2, 2009
Membangun Budaya Bangsa yang Bermartabat Sejak Usia Dini.
Para orang tua yang berbahagia...., suatu ketika saya berkesempatan untuk menemani seorang teman turis asing untuk berjalan-jalan keliling kota Jakarta. Sebenarnya kegiatan ini adalah salah satu hobi dan kesenangan saya, ya untuk mengajak tamu asing jalan-jalan mengunjungi tempat-tempat menarik di seputar Jakarta. Apa lagi tamu asing kami ini baru pertamakali menginjakkan kakinya di Indonesia.
Sebelum memulai perjalanan dengan bangganya saya menceritakan segala kebaikan yang kami miliki sebagai bangsa, betapa bangsa Indonesia adalah bangsa yang besar, bangsa yang terkenal ramah dan santun serta sangat penuh tenggang rasa. Dalam obrolan-obrolan kami saat minum teh bersama saya selalu saja menceritakan dengan bangga akan sagala sisi baik bangsa ini.
Dan sepertinya tamu saya yang kebetulan berasal dari negeri Eropa Barat ini begitu terkesan mendengar cerita saya dan sepertinya dia semakin tak sabar untuk segera memulai perjalanan ke tampat-tempat yang saya ceritakan tadi.
Sampailah pada hari yang di tunggu-tunggu saya dengan penuh semangat menjemput teman sekaligus tamu saya ini ke hotel tempat dia menginap di bilangan Jalan Sudirman.
Ternyata dia sudah menunggu saya di lobby, dan segera saja saya mengajak saya untuk naik bersama dengan mobil yang saya kendarai.
Perjalanan pertama saya adalah mengajak dia mengujungi pusat ibu kota di sekitar jalan Thamrin dan Sudirman...dengan sasaran akhir di Tugu Monas, sambil mengendarai mobil kami saling berbincang, namun tiba-tiba saja dari kiri dan kanan saya menyalip dua mobil yang sepertinya sedang kejar-kejaran di jalan protokol tersebut.
Kawan saya dengan terkaget-kaget milhat kejadian tersebut sambil bertanya... “apakah kita tidak sedang berada dijalan yang salah...?” oh tidak kita ada di jalur yang benar...jawab saya dengan penuh keyakinan, “oh tapi mengapa kita seperti sedang ada di sirkuit balap.” Oh... saya baru sadar maksud dari pertanyaannya.
Akhir supaya tidak lagi bertemu dengan orang yang kebut-kebutan di jalan protokol saya coba menghindarinya dengan masuk jalan yang lebih kecil. Namun ternyata pada saat kami sedang asyik-asyiknya mengobrol tiba-tiba ada sebuah Bajaj yang melintas dari sisi sebelah kiri memotong mobil kami untuk berputar balik arah ke sebelah kanan.
Jelas saja tamu asing saya ini menjadi kaget luar biasa dan hampir lompat dari tempat duduknya... My God ! katanya, Mahluk apa itu ..? tanyanya..., Muka saya sempat memerah antara malu dan kesal. Dangan berusaha untuk mencairkan suasana lalu saya katakan padanya, “oh itu Car of The God !” lalu tamu saya bertanya “apa maksudnya..?” Ya itu tadi adalah Kendaraan Tuhan, jadi jika dia mau belok kiri atau belok kanan secara tiba-tiba ya hanya Tuhanlah yang tahu...., sambil saya tertawa dan diapun akhirnya ikut tertawa maskipun sepertinya jelas terlihat agak dipaksakan.
Kira-kira jam 10 pagi Akhirnya, sampailah kami di Tugu Monas, tugu tertinggi kebanggaan bangsa Indonesia, . Baru saja kami sempat berjalan-jalan sejenak, lalu tamu asing saya mulai bertanya lagi...? Apakah disini tidak disediakan tempat sampah..? Wah dengan gelagapan dan sambil berusaha menenangkan diri saya jawab, oh iya sepertinya cukup banyak disediakan... saya mulai bisa membaca arah petanyaan ini, karena saya mulai melihat banyak botol-botol bekas minuman dan plastik-plastik bekas makanan ringan berserakan di taman dan tugu kebanggaan orang Jakarta ini. Dan tampaknya hal ini agak mengganggu pemandangan terutama pemandangan sang tamu asing saya ini.
Supaya perhatian teralihkan akhirnya saya menceritakan sejarah apa, mengapa dan bagaimana tugu ini dulu dibangun. Hingga akhirnya iapun terbawa pada obrolan seputar tugu monas tersebut.
Lalu kami memutuskan untuk naik kepuncak monas, karena hari ini adalah hari libur besar sepertinya pengunjungnya lebih banyak dari pada hari libur biasa, dan untuk itu kami terpaksa harus mengantri dengan antrian yang cukup panjang untuk bisa mendapatkan karcis. Namun kembali saat kami sedang asyik-asyiknya mengantri tiba-tiba kami melihat ada orang yang berusaha menyerobot antrian dari sisi kiri dan kanan, dan sepertinya petugasnya tidak terlalu ambil perduli, hingga terjadilah antrian yang mulai saling serobot.
Aduh kepala saya jadi mulai pening melihat pemandangan ini, bukan pening karena mengantri tapi pening untuk menemukan jawaban yang masuk akal apa bila tiba-tiba saja saya di tanya oleh tamu asing saya ini. Tapi untung saja dia tidak bertanya melainkan hanya mengeleng-gelengkan kepalanya berkali-kali melihat kejadian ini. Dan untuk menyeimbangkan suasana sayapun segera ikut menggeleng-gelengkan kepala saya bersamanya.
Setelah selesai berkeliling akhirnya kami sepakat untuk melanjutkan perjalanan berikutnya menuju wilayah Jakarta utara tempat terdapatnya museum bahari dan pelabuhan klasik sunda kelapa.
Dalam perjalanan menuju ke sana sepertinya tamu asing saya ini sudah mulai agak jarang menunjukan kekagetannya atas ulah para pengendara di jalan raya, dan sepertinya ia juga mulai terbiasa dengan mobil-mobil yang tiba-tiba menyalip dari kiri dengan kencangnya.
Namun kali ini ia hampir berteriak manakala melihat pengendara motor yang menyalip tipis di depan mobil kami dan terus merangsak meskipun dalam keadaan sempit dan lalulintas padat....
Kawan saya ini spontan berteriak-teriak mengkhawatirkan keselamatan para pengendara motor tersebut.. Sambil masih memegangi jantungnya, tamu asing saya ini bartanya pada saya apakah para pengendara tersebut adalah orang-orang biasa atau memang mereka ini pemain sirkus...?
Lalu saya katakan mereka mungkin orang biasa yang dulunya adalah pemain sirkus. dengan maksud untuk bergurau. Namun kali ini tamu saya terbingung-bingung dengan jawaban saya...,Lalu dia bertanya lagi... apakah cara mereka berkendara seperti itu tidak di larang oleh polisi...? Wah kali ini saya jadi bertambah bingung harus menjawab apa....? Jadi saya katakan saja ya mestinya di larang... tapi mungkin polisinya sedang tidak ada... atau bertugas di tempat lain.... Supaya pembicaraan tidak panjang, akhirnya saya segera alihkan dengan bercerita tentang sejarah sunda kelapa dan museum baharinya. Meskipun di sela-sela cerita, tamu saya ini sesekali masih tetap berteriak apa bila ada motor yang melintas memotong di depan mobil kami bak seorang permain sirkus yang sedang menguji nyawanya.
Sesampainya di sana, tidak ada tempat parkir resmi yang disediakan, jadi kami akhirnya berputar-putar area untuk melihat-lihat sambil berjalan pelan. Sampai di sebuah perempatan tiba-tiba tamu saya bertanya lagi, siapa mereka itu yang meminta-minta uang di perempatan. Oh iya, saya katakan itu orang-orang yang membantu agar kita tidak terjebak macet di perempatan, Lalu tamu saya berkata ”tapi jika mereka membantu kita, mengapa meminta uang...? dan mengapa juga masih tetap macet begini..? Waduh bingung juga saya menjawabnya.... akhirnya saya kahabisan akal untuk menjawab dan saya katakan saja bahwa saya juga bingung seperti dia. Dan jadilah kami dua orang yang kebingungan di dalam mobil.
Sampailah kami pada pelataran parkir dan memarkirkan mobil kami disana, untuk masuk berjalan-jalan melihat area pelabuhan. Sambil masih tetap bersemangat dan untuk mengurangi rasa malu saya terhadap tamu saya akan apa yang terjadi di sepanjang perjalanan kami menuju tempat ini. Segera saya menceritakan perahu-perahu tradisional yang dengan beraninya mengarungi lautan nusantara dan masih menjadi alat tranportasi masyarakat kepulauan yang cukup vital hingga akhirnya kami berdua pun asyik dengan pembicaraan ini.
Setelah puas berkeliling akhirnya kami memutuskan untuk pergi melanjutkan perjalanan, namun ketika kami kembali ke tempat mobil kami di parkir ternyata ada mobil yang sedang parkir sembarangan, persis dalam posisi memblokir habis, mobil kami sehingga tidak bisa keluar. Celakanya lagi mobil ini sepertinya terkunci dan menggunakan rem tangan.
Tentu saja sebelum rekan saya bertanya lagi dan sebelum saya dibuat pening untuk mencari jawabannya, saya cepat meredam suasana dengan berkata kepada tamu saya “tenang semuanya akan beres dan segera bisa saya atasi.“, lalu dengan sigap dan cekatan saya berusaha untuk bertanya kesana-sini mencari si pemilik mobil tersebut. Namun malangnya setelah lima belas menit berputar-putar bertanya kesana kemari ternyata saya tidak juga berhasil menemukan si pemiliknya, sehinga dengan sangat terpaksa kami berdua harus menunggu hingga pemiliknya datang. Hampir satu jam kami menunggu barulah si pemiliknya terlihat datang dan dengan santainya pergi tanpa sedikitpun merasa bersalah apalagi meminta maaf untuk sekedar mengurangi perasaan kesal dan marah yang sedang kami tahan berdua.
Wah kejadian ini sungguh sangat memukul perasaan saya yang hari itu sedang membawa Tamu Asing saya untuk saya ajak melihat sudut-sudut indah negeri yang saya banggakan ini. Saya merasa mendapat pukulan “Knock Out”, hingga tidak bisa berkata-kata lagi, habis sudah semangat saya untuk menceritakan segala kebaikan tentang negeri ini, sungguh hancur hati saya melihat kanyataan bahwa pada akhirnya ternyata saya tidak berhasil membuktikan ucapan saya akan ramah dan santunnya bangsa ini di hadapan tamu yang sangat saya hormati ini. Dan yang lebih membuat hati saya hancur adalah bahwa setelah kejadian ini tampaknya tamu saya mulai kehilangan selera untuk saya ajak melanjutkan perjalanan dan saya khawatir dia juga mulai kehilangan kepercayaan pada sebagian atau mungkin seluruh cerita-cirita saya tentang potret indah bangsa Indonesia.
Akhirnya dari sana kami memutuskan untuk kembali ke hotel, karena tamu saya mengatakan ingin beristirahat dan menenangkan pikiran setelah hampir setengah hari berjalan-jalan bersama saya...
Sungguh saya merasa malu dan hampir putus asa dengan apa yang baru saja saya alami, namun ketika tiba di rumah dan bertemu dengan anak-anak tercinta saya, harapan yang hampir lenyap itu tiba-tiba kembali tumbuh berkobar, dalam bathin saya berpikir sepertinya saya akan masih punya kesempatan untuk membangun budaya bangsa Indonesia yang bermartabat, paling tidak melalui anak-anak saya tercinta. Meskipun ini perlu sebuah perjuangan panjang. Saya tidak peduli paling tidak masih ada secercah harapan untuk bangsa ini dimasa mendatang melalui anak-anak tercinta saya dirumah.
Semoga kisah ini bisa menjadi cermin dan pelajaran bagi kita semua, untuk bisa membangun budaya bangsa yang bermartabat melalui anak-anak kita tercinta. Jika kita mau saya yakin kita pasti bisa.!
Mari kita bangun budaya bangsa yang bermartabat melalui anak-anak kita tercinta, kalau bukan kita siapa lagi dan kalau bukan sekarang kapan lagi.?!
Subscribe to:
Posts (Atom)