Indonesia pada hakikatnya merupakan kumpulan dari keluarga yg tersebar dilebih dari 12.000 pulau yg ada di Nusantara. Apabila keluarga2 ini kuat, maka Indonesia akan menjadi Bangsa & Negara yg Kuat dgn sendirinya tanpa perlu konsep yg berbelit-belit & biaya yg membebani negara. Pastikan keluarga & sanak famili kita di seluruh tanah air telah bergabung dlm GERAKAN MEMBANGUN INDONESIA YANG KUAT DARI KELUARGA. Kalau bukan kita, siapa lagi ? Kalau bukan sekarang, kapan lagi ?
SATU-SATUNYA SITUS RESMI AYAH EDY
Tuesday, April 14, 2009
Anak yang "Hiper-aktif" atau Sekolah yang "Hiper-pasif"..?
Belakangan ini banyak orang tua yang datang kepada saya yang khawatir tentang anaknya yang menurut sekolah dinyatakan tidak bisa berkonsentrasi dan Hiperaktif...
Bahkan ada beberapa anak yang divonis hiperaktif tersebut mulai di “keluarkan” atau di PHK dari sekolahnya.
Saya bisa memahami kebingungan para orang tua yang kebetulan memiliki ciri-ciri anak yang cenderung dikatakan sebagai anak Hiper Aktif yang juga tidak bisa berkonsentrasi.
Mari kita lihat dari mana datangnya istilah Hiper Aktif ini; Istilah Hiper Aktif lahir manakala dunia pendidikan dan psikologi membuat standardisasi anak normal. Jadi dari sekian banyak anak-anak yang berbeda-beda ini hanya dibuatkan satu standar anak yang tergolong normal.
Apa ciri-ciri anak yang termasuk golongan anak normal teresebut:
1. Anaknya cenderung pendiam dan tidak banyak bergerak
2. Anak cenderung penurut dan patuh alias selalu mau mengikuti apa yang diperintahkan oleh gurunya.
3. Anak yang rapi dan tekun mengerjakan sesuatu yang ditugaskan oleh gurunya.
4. dsb. dsb.
Alison Gopnik, seorang psikolong perkembangan anak yang juga sekaligus peneliti mengatakan bahwa; banyak sekali pandangan-pandangan psikologi masa lalu yang sudah tidak relevan lagi dengan kemajuan pengetahuan tentang anak. Selama 30 tahun terakhir para ahli psikologi dan ilmuan peneliti otak telah berhasil menguak 70 tahun rahasia otak yang dulu tidak terjelaskan.
Apabila kita ingin melihat seorang anak itu normal atau tidak; maka acuan terbesarnya adalah pada struktur dan sitem kerja otak. Dan ternyata selama 30 tahun terakhir kita telah banyak membongkar tentang rahasia otak anak yang menunjukan banyak sekali anak yang dulunya dikatakan sebagai hiper aktif namun ternyata adalah anak Kinestetik yang cara belajarnya mengandalkan pergerakan tubuh dan experiment. Anak-anak yang dulu dikatakan sebagai disleksia ternyata adalah anak yang lebih dominan menggunakan otak kanannya dalam belajar, dan banyak lagi.
Oleh karena itu pada akhirnya saya menyimpulkan bahwa hampir tidak pernah saya temukan sebuah ciptaan yang begitu Mengagumkan dan Begitu Ajaib seperti seorang anak manusia,yang memiliki kemampuannya yang begitu unik dan beragam.
Sampai-sampai hampir setiap hari saya selalu memperhatikan dan mengamati keajaiban-keajaiban itu muncul melalui anak saya sendiri dan anak-anak lainnya yang bersedia untuk menjadi relawan uji coba di laboratorium kami.
Mari kita akhiri era ilmu pengetahuan yang hanya mampu melabeli anak dengan segala kekurangannya.
Lain lagi dengan yang disampaikan oleh Ketty H. Pasek, dia mengatakan; Menurut saya sesungguhnya bukan anak kita yang hiper aktif, melainkan yang ada adalah sekolah kitalah yang hiper pasif.
Bayangkan metode sekolah kita mengharuskan anak untuk duduk di bangku yang keras selama berjam-jam atau selalu berada di ruangan yang sama sepanjang waktu atau dalam rentang waktu berbulan-bulan, sementara kita saja yang orang dewasa merasa gelisah apabila duduk lebih dari 2 jam tanpa boleh melakukan aktifitas lainnya selain mendengarkan dan mengerjakan perintah.
Tidakkah kita sering melihat orang dewasa yang terkantuk-kantuk dalam ruangan karena bosannya. Apalagi anak-anak kita; dimana secara alami fitrah mereka adalah selalu bergerak, tertarik terhadap banyak hal dan objek baru namun hanya beberapa menit saja.
Dan untuk objek tertentu yang menarik secara pribadi anak kita bahkan bisa memperhatikannya lebih lama dari orang-orang dewasa. Dia akan tetap di tempat untuk memperhatikan objek tersebut meskipun orang tuanya sudah mengajak dia beranjak pergi. Pernahkah hal ini terjadi pada anda....? ya saat anda mengajaknya berkunjung ke satu pameran exebisi atau kebun binatang.
Jadi mari sama-sama kita evaluasi kembali pertanyaannya; sesungguhnya Anak kita yang hiper aktif atau malah sekolah kita yang justru hiper pasif ?. Jadi sebenarnya anak yang tidak bisa berkonsentrasi atau kita yang tidak berhasil menemukan bidang-bidang yang menjadi ketertarikannya ?
Sesungguhnya setiap anak kita adalah "Masterpiece" yang sempurna dari Tuhannya. Jadi sesungguhnya tidak ada yang aneh dari mereka, malah jangan-jangan kitalah yang aneh, jadi pendidik kok tidak pernah mau belajar tentang temuan-temuan terbaru ilmu pengetahuan tentang pendidikan anak..? Mendidik anak zaman sekarang kok malah menggunakan cara-cara zaman dulu yang sudah kedaluwarsa.
Mari kita didik anak-anak kita sesuai zamannya karena mereka akan hidup berbeda dengan zaman kita hidup. Begitulah pesan yang agung dari orang bijaksana yang telah disampaikan lebih dari 1000 tahun yang lalu.
Mari kita renungkan..
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Betul, Ayah Edy..
ReplyDeleteKalau saya lebih cenderung melihat Para guru sekarang bersifat pasif dan kaku, sehingga anak kalau ribut atau mau main dianggap "bandel" atau "nakal" atau "susah diatur". Parahnya kata-kata itu menjadi memory negatif bagi sang anak.
Itu juga pernah terjadi pada anak saya, dan setelah membaca buku "37 Kesalahan Orang dalam Mendidik Anak", dan saya dan istri lebih bisa mengantisipasi hal ini dengan mengajari dan membimbingnya dengan cara yang lebih positif, dan Alhamdulillah sekarang sudah banyak perubahan.
Salam
Rzl
SAYA MASIH NGGA MENGERTI TENTANG PSIKOLOGI
ReplyDeleteAyah Edy, saya dan istri sangat suka mendengarkan dialog dengan Ayah Edy di Smart FM saban Sabtu menjelang siang itu.
ReplyDeleteSesungguhnya kami sangat khawatir pada perkembangan sekolah-sekolah yang pasif itu. Bahkan, sampai-sampai juga khawatir kalau nanti anak kami mendapati guru-guru yang pasif, sementara saat ini saja beberapa tetangga kami sudah mengatakan anak kami hiperaktif.
Saya mendukung segala macam cara untuk mendidik orang tua dan tenaga pengajar untuk mengejar keaktifan anak-anak saat ini. Saya pikir, tak hanya blog dan dialog (talkshow) di radio, mungkin perlu juga buletin, koran dan majalah-majalah juga perlu memuat tulisan Ayah Edy ini. Maaf, kami tak memiliki TV, jadi tidak tahu apakah Ayah Edy juga telah merambah ke sana.
Salaam,
http://gadogadohening.blogspot.com
//
ReplyDeletemaaf apakah benar pendapat anak yang aktif dengan rentang konsentrasi sempit tidak cocok sekolah di sekolah alam?terimakasih
ReplyDeleteayah edi, anak saya hiperaktif di kelas dia gk mau diam duduk di kursi kadang2 dia jalan2 di dlm kls duduk di lantai liat2 teman2 ny yg lg serius ngikuti guru ngoceh dpn kelas jd gmn tu ayh edi bagusnya ank sy ini trims
ReplyDelete