ANAK YG DIPAKSA TUMBUH DIPERCEPAT DAN MATANG DINI
“The hurried child; growing up to fast and too soon”
“The hurried child; growing up to fast and too soon”
TANYA:
Halo Ayah Edy,
Nama saya Sherly.Saya memiliki 2 anak yang kini berusia 3,7 th dan 1 th.Anak saya yang berusia 3,7th sudah sekolah Preschool dari usia 2,5th.Yang membuat saya khawatir,sampai saat ini anak saya masih bingung membedakan warna-warna dasar ( red,blue,yellow,green).
Nama saya Sherly.Saya memiliki 2 anak yang kini berusia 3,7 th dan 1 th.Anak saya yang berusia 3,7th sudah sekolah Preschool dari usia 2,5th.Yang membuat saya khawatir,sampai saat ini anak saya masih bingung membedakan warna-warna dasar ( red,blue,yellow,green).
Hampir setiap hari saya stimulasi tanya jawab warna,kadang
dijawab dengan benar kadang salah.dan bila jawab benar kemudian .beberapa saat
ditanya lagi bisa salah jawabnya.
Apakah anak saya punya kecenderungan buta warna.Bagaimana
perkembangan anak diusia tersebut?Bagaimana pendapat Ayah?
JAWAB:
Bu Sherly yang baik hati,
Saya bisa memahami apa yang ibu khawatirkan tentang kemampuan
buah hati ibu. Saya sering kali bertemu dengan para orang tua yang sering
mengalami kekhawatiran yang serupa akan kemampuan anaknya.
Hal ini sangat wajar terjadi, fenemoena ini tidak hanya
terjadi di Indonesia, bahkan pada tahun 1989 Seorang pemerhati anak dari
Amerika Serikat yang bernama David Elkind menuturkan dalam bukunya yang
berjudul “The hurried child; growing up to fast and too soon” katanya, banyak
sekali para orang tua Amerika pada zaman itu yang memiliki kecenderungan ingin
anaknya serba bisa di usia yang belum waktunya.
Para orang tua berpikir apa bila semakin dini usia anaknya
menguasai banyak hal termasuk membaca, menulis dan berhitung maka anaknya kelak
akan jauh lebih sukses dari anak lainnya, bahkan ada pula sebagian orang tua
yang mangajarkan hal ini pada anaknya sebenarnya hanya ingin memamerkan
kemampuan anaknya pada orang lain, tetangga atau sanak saudaranya.
David Elkind juga mengatakan bahwa akibat dari hal ini banyak
anak-anak yang kemudian tumbuh bermasalah, sehingga belakangan para ilmuan
mulai sepakat untuk mengembalikan tumbuh kembang anak pada proses alamiah
sebagaimana yang diinginkan Tuhannya dan bukan yang diinginkan oleh orang
tuanya.
Satu contoh yang pernah dimaksudkan oleh David
Alkind.tersebut adalah kasus Baby Walker, yang pernah dibuat dan dipasarkan
untuk membantu balita bisa lebih dini berjalan, namun kemudian diketahui bahwa
proses merangkak pada bayi adalah fase alamiah yang sangat vital dan tidak
boleh terlewati, yang diciptakan Tuhan untuk melatih otot dan syaraf motorik
wicara. Apa bila fase ini dipercepat atau mungkin di lewatkan maka banyak
anak-anak yang mengalami kesulitan berbahasa. Hingga pada akhirnya baby
walkerpun tidak lagi di anjurkan digunakan untuk melatih balita agar lebih
cepat bisa berjalan.
Begitu pula orang tua yang berlomba-lomba memasukkan anaknya
ke Sekolah Dasar dengan usia yang di bawah 7 tahun atau bahkan mungkin kurang
dari 6 tahun, kelak sebagian dari mereka bisa mengalami Drop Syndrom atau
Sindrom Mogok Sekolah atau Bosan Belajar.
Itulah sebabnya mengapa pemerintah Jerman menetapkan bahwa
usia minimal anak masuk SD adalah 7 tahun persis, kurang 1 bulan saja tidak
diperbolehkan. Jauh lebih baik masuk SD di usia 7 tahun lebih dari pada kurang,
begitulah cerita sahabat saya yang tinggal di Jerman.
Setelah kami mempelajari banyak referensi mengenai
perkembangan pendidikan dan tumbuh kembang anak akhirnya kamipun ikut sepakat
bahwa akan jauh lebih baik kita mendidik anak sesuai dengan keinginan Tuhannya
melalui proses tumbuh kembang alaminya masing-masing, karena antara satu anak
dengan anak lainnya akan berbeda-beda. Tugas kita sebaiknya hanya sebatas
merangsang dan menstimulasi saja dan bukan untuk memaksakan sesuai keinginan
kita.
Saya menduga apa yang terjadi pada buah hati ibu adalah
fenomena yang dulu pernah di jelaskan oleh David Elkind dalam bukunnya. Saya
juga menduga bahwa apa yang dialami buah hati ibu adalah bukan gejala buta
warna seperti yang ibu khawatirkan melainkan sebuah jawaban kebosanan seorang
anak balita yang di tanya tentang hal sama berulang-ulang, itu lagi dan itu
lagi. Persis seperti orang tua yg sering bertanya adek anak siapa? awalnya anak
senang menjawab; "anak mama", tapi lama kelamaan ia bosan juga dengan
pertanyaan yg berulang hampir setiap hari tsb.
Salah sebut warna tidak sama dengan buta warna, bahkan
mungkin kita orang dewasa pun pernah sekali-sekali mengalami salah sebut warna
misalnya lampu hijau dengan biru pada lampu lalu lintas.
Mari kita tunggu saja jika sudah tiba waktunya anak kita akan
bisa mengetahui warna. Ada memang anak2 yg mengalami buta warna tapi itu sangat
kecil sekali jumlahnya, jadi bersabarlah dan tenang-tenang saja. Jika
seandainya terjadi buta warna sekalipun, anak2 kita masih besar sekali kemungkinannya untuk bisa menjadi orang sukses ketimbang apa bila ia mengalami
buta hati.
Jadi mari kita berfokus untuk mendidik anak2 kita agar tidak
menjadi orang yg "buta hati" dan mari kita dampingi tumbuh kembang
anak kita sesuai proses alami yang di ciptakan oleh Tuhannya dan bukan atas
ambisi keinginan kita orang tuanya.
Unduh file parenting ayah edy gratis di www.ayahedy.tk
Terima kasih.
ReplyDelete