DULU KETIKA SELURUH KOMPONEN BANGSA BERSATU TANPA MENGENAL PERBEDAAN SUKU, AGAMA, RAS DAN GOLONGAN, KITA BISA MEMILIKI NEGARA YANG KITA SEBUT INDONESIA.
Kini jika kita tidak bersatu maka bisa jadi justru kita akan kehilangan negara yang dulu pernah di perjuangkan oleh para pendiri bangsa ini...
Mari kita bersatu untuk membangun Indonesia Tercinta.
Mari kita kenang kembali detik-detik Prokamasi yang mungkin tidak banyak dikethaui oleh kita
● _“Sekarang, Bung. Sekarang! Malam ini juga!”_ kata Chaerul Saleh kepada Bung Karno.
_”Kita harus segera merebut kekuasaan!”_ tukas Sukarni Kartodiwirjo berapi-api.
_”Kami sudah siap mempertaruhkan jiwa kami!”_ seru para pemuda di rumah Bung Karno di Jalan Pegangsaan Timur 56, Jakarta.
●Para pemuda, termasuk Wikana, Iwa Kusumasomantri, Djojopranoto, dan Sudiro datang ke rumah Bung Karno pada 15 Agustus 1945 pukul 22.00. Mereka mendesak Soekarno agar segera merumuskan naskah proklamasi begitu Jepang dikalahkan Sekutu pada 14 Agustus 1945.
●Tapi Bung Karno menolak keinginan mereka. Ia dan Bung Hatta ingin proklamasi dilakukan melalui Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) di mana Bung Karno menjadi Ketuanya.
●Para pemuda bersikeras agar Bung Karno segera memproklamasikan kemerdekaan. Mereka beranggapan PPKI buatan Jepang. Mereka tidak ingin Bung Karno dan Bung Hatta terpengaruh Jepang dan tidak ingin kemerdekaan RI seolah-olah hadiah dari Jepang.
●Mereka lalu membawa Bung Karno dan Bung Hatta ke rumah Djiaw Kie Siong di Rengasdengklok, Karawang, pada 16 Agustus 1945 pukul 03.00 dinihari, untuk merumuskan naskah proklamasi.
●Rengasdengklok dinilai aman, sedangkan di Jakarta para tentara Jepang bersiaga penuh.
_“Saya dan Guntur yang masih bayi ikut ke Rengasdengklok. Kami dijemput Sukarni dan Winoto Danuasmoro dengan mobil Fiat hitam kecil. Di dalam mobil sudah ada Bung Hatta,”_ cerita Fatmawati.
●Pada 16 Agustus 1945 tengah malam Achmad Soebardjo menjemput Bung Karno dan Bung Hatta di Rengasdengklok. Sesampainya di Jakarta mereka disediakan tempat berkumpul di Jalan Imam Bonjol Nomor 1, di rumah Laksamana Muda Tadashi Maeda.
●Hubungan para nasionalis dekat dengan Maeda, Kepala Kantor Penghubung Angkatan Laut dan Angkatan Darat Jepang.
Ada 29 orang yang berkumpul di rumah Maeda pada malam itu.
Mereka adalah Ir.Soekarno, Drs. Moh. Hatta, Ki Hadjar Dewantoro (Mas Suwardi Soerjaningrat), Mr. Iwa Kusumasumantri, Mr. Teuku Mohammad Hassan, Otto Iskandar Dinata, R.Soepomo, BM Diah, Sukarni, dan beberapa tokoh lainnya.
●Selama mereka berunding merumuskan naskah proklamasi, Maeda naik ke lantai atas rumahnya.
Usai menulis naskah proklamasi bersama Mohammad Hatta dan Achmad Soebardjo, Soekarno membacakannya di hadapan para peserta rapat yang berkumpul di ruang tamu.
●Rapat baru selesai pada 17 Agustus 1945 pukul 03.00 dini hari, tanggal 9 Ramadhan.
●Setelah mendapat persetujuan dari semua hadirin, Bung Karno segera meminta Mohamad Ibnoe Sajoeti Melik mengetik naskah proklamasi.
Sajoeti mengetik naskah ditemani wartawan Boerhanoeddin Mohammad Diah (BM. Diah).
●Tiga kata dari konsep naskah proklamasi yang ditulis tangan oleh Bung Karno diketik Sajoeti dengan beberapa perubahan kata.
Kata ‘tempoh’ diubah menjadi ‘tempo’, kata ‘Wakil-wakil bangsa Indonesia’ diubah menjadi ‘Atas nama bangsa Indonesia’.
Begitu pula dalam penulisan hari, bulan, dan tahun.
●Tulisan tangan asli Bung Karno kemudian dibuang di tempat sampah oleh Sajoeti tapi dipungut oleh B.M. Diah, seorang penyiar Radio Hosokyoku dan wartawan Asia Raja.
●Begitu naskah proklamasi selesai diketik, Soekarno dan Mohammad Hatta segera menandatanganinya di atas piano di rumah Maeda.
Bung Hatta berpesan kepada para pemuda yang bekerja di kantor-kantor berita agar menyebarkan berita kemerdekaan Indonesia ke seluruh dunia.
●Hari Jumat, pukul 05.00 pagi, pada 17 Agustus 1945, mereka ke luar dari rumah Laksamana Maeda dengan bangga karena teks Proklamasi selesai ditulis.
●Bung Karno pulang ke Jalan Pegangsaan Timur 56 (kini Jalan Proklamasi), Jakarta. Ia sedang sakit malaria.
Suhu badannya tinggi dan sangat lelah setelah begadang bersama para sahabatnya menyusun naskah proklamasi.
●Pukul 08.00, dua jam sebelum upacara pembacaan teks Proklamasi, Bung Karno masih berbaring di kamarnya.
Ia minum obat kemudian tidur lagi.
●Pukul 09.00 Bung Karno terbangun. _“Saya greges (tak enak badan),”_ kata Bung Karno.
Ia kemudian berpakaian rapi, memakai kemeja dan celana putih.
Bung Hatta dan beberapa orang sudah menunggunya. Fatmawati sudah menyiapkan bendera merah putih.
●Pada 17 Agustus 1945 pukul 10.00 Bung Karno, Bung Hatta, dan para pemuda berkumpul di halaman depan rumah Bung Karno. Latief Hendraningrat menjadi pemimpin upacara bendera.
●Mereka mendengarkan Bung Karno membaca teks proklamasi dengan hikmad, terharu, dan bangga.
Beberapa orang menangis terharu. Lagu Indonesia Raya ciptaan Wage Rudolf Supratman dinyanyikan dengan semangat meski tanpa iringan musik. Bendera merah putih dinaikkan.
●Setelah upacara yang singkat itu Bung Karno kembali ke kamar tidurnya. Tubuhnya masih demam. Tapi ia sangat bangga.
★Sebuah negara baru telah dilahirkan. Pagi itu Indonesia merdeka.
Merdeka !!! Merdeka !!! Merdeka !!!
DAN SEJAK ITULAH KITA MEMILIKI NEGERA YANG BERNAMA INDONESIA, NEGERA YANG BERDAULAT PENUH SEPERTI NEGARA-NEGARA LAINNYA DI DUNIA.
No comments:
Post a Comment