Jangan buang-buang waktu mu hanya untuk membaca tulisan yang cukup panjang ini, kecuali jika kita ingin belajar jadi orang tua yang lebih baik.
*** SAYA TIDAK PERNAH MEMBERI JAJAN ANAK-ANAK SEJAK KECIL SAMPAI SEKARANG ***
Sahabat ayah bunda, Dulu waktu saya kecil kita semua terbiasa memiliki tradisi memberi uang jajan anak.....
Tapi ketika anak kita suka jajan, eh malah sering kali anaknya dimarahi....
Kasihan ya nasib anak kita, orang tuanya yang mengajarinya jajan, eh ketika dia jadi pandai jajan kita lupa kalau kitalah yang telah membuatnya jadi seperti ini...
Nah ketika giliran saya jadi orang tua saya ingin mencoba mungkinkah seorang anak hidup tanpa uang jajan dari orang tuanya....?
Akhirnya uji cobapun dimulai ketika anak kami balita.
1. Kami tidak pernah mengajaknya jajan, atau paling tidak mengurangi jajan di luar, dan ternyata yang sulit untuk tidak jajan bukanlah anaknya, tapi malah kita orang tuanya.
Saya banyak belajar ketika anak saya sering kali minta pulang untuk makan di rumah, namun kita malah ajak dia mampir ke warung atau resto tertentu.
2. Kami tidak menawarkan anak untuk membeli jajanan ketika mampir ke Mart untuk belanja,
Hingga anak kamipun tidak pernah merengek untuk membeli sesuatu.
Dan kembali kita lagi orang tuanyalah yang susah untuk tidak mengambil sesuatu cemilan atau jajanan, apa lagi kalau pas sedang ada diskon beli 1 dapat 1 dsb.
Ingat anak itu pemerhati dan peniru ulung dari orang tuanya.
Jadi kalau anak kita sekarang suka jajan, tanya dan cari siapa orang yang telah ditirunya dan pikirkan siapa orang yang telah mengajarkannya secara sadar.
3. Ketika saya tidak pernah memberikan uang pada anak, yang kami lakukan adalah mengajari anak bagaimana caranya mencari uang dengan usaha dan upayanya sendiri.
Mulai usia balita mereka kami latih melakukan pekerjaan-pekerjaan rumah tangga seperti Nyapu, Ngepel, Siram tanaman, cuci motor dan mobil dsb.
Dan dari pekerjaan ini mereka kami beri upah layaknya seorang profesional yang memberikan jasa pembersihan rumah tangga sebagaimana sekarang itu menjadi sebuah bisnis yang menjanjikan. πππ
ini contohnya sekarang: Jasa bersih-bersih rumah profesional klik https://maxiclean.co.id/jasa-pembersih-rumah/
Dan efeknya anak kami jadi seperti seorang pengusaha jasa bersih rumah kecil, yang setiap hari menghitung pendapatannya; meskipun waktu itu masih dalam bentuk koin 500an.
Tapi yang ingin kami tanamkan adalah jiwa pengusaha dan kejujuran mencari uang dari hasil keringat dan kerja sendiri dan tidak meminta atau mengemis uang dari siapapun.
4. Sejak saat itu anak saya punya kebiasaan tidak menerima uang dari siapapun tanpa bekerja dulu atau tanpa ada jerih payah usaha mereka.
Sampai-sampai suatu ketika Omnya mau menikah, dan setiap ponakannya di bagi-bagi Angpau waktu itu cukup besar sekitar 1 juta per ponakan.
Wow jumlah yg fantastis untuk seorang anak.
Dan angpau itu di tolak oleh kedua anak kami, dengan alasan aku tidak bisa terima uang yang tidak jelas atau tanpa aku harus bekerja dulu. Omnya waktu itu sampe kaget dan bingung, karena keponakan lainnya kegirangan menerima angpau sebesar itu.
Lalu perlahan Omnya kami berikan penjelasan dibalik penolakan ini.. dan akhirnya omnya mengerti dan malah salut angkat topi, kok zaman sekarang ada anak yang seperti ini.
Begitupun eyangnya, setiap kami berkunjung kerumah eyang, selalu saja eyangnya ingin memberikan uang pada cucunya, si warna biru. Namun kembali lagi anak kami menolak.
Mengapa...? karena sebelum kerumah eyang kita melakukan diskusi dan briefing, bahwa etika moralnya adalah anak yang memberi pada orang tuanya, cucu yang memberi uang eyangnnya dan bukan kebalik. Kenapa...? tanya anak saya.
Ya karena Eyang dulu sudah sangat berjasa mengurus bunda, seperti ayah dan bunda mengurus kalian mulai sejak lahir sampai besar. Jadi sebagai tanda terimakasih kita secara moral maka anaklah yang memberikan uang kepada orang tuanya dan cucu kepada eyangnya.
Kami contohkan pada anak kami, setiap kami menjenguk eyang, kami sisipkan amplop untuk eyang dan yang memberikan itu adalah cucunya dengan menuliskan pesan cinta diatas amplopnya
Sampai2 eyangnya sering menangis menerima dan membaca amplop pemberian cucunya.
5. Alhamdulilah dengan pola yang kami terapkan sejak kecil tersebut, anak-anak kami saat ini menjadi anak yang sangat mandiri. Baik secara pekerjaan maupun secara Financial.
Sekarang usia mereka berdua mendekati 16 tahun dan kebiasaan mencari uang sendiri ini masih terus dilakukan.
Saat ini mereka gunakan jaringan digital on line untuk mencari uang. Mereka membuat saluran Youtube Channel Adiknya bagian membuat konten yang kebetulan karena dulu hobinya buat lego jadi kontennya tentang lego pembuatan peralatan militer,
Kakaknya bagian video shooting, Mixing dan Editing. Dan Ayahnya bagian Mentoring and facility development.
Saat ini pendapatan mereka tiap bulan sekitar 1 juta rupiah.
Disamping membuat usaha kecil-kecilan, sekarang anak-anak kami juga mulai menjadi assisten operasional ayahnya dalam bidang yang berhubungan dengan sistem komputer dan digital marketing.
Saat ini kami sedang mendukung mereka untuk membuatkan studio khusus sebagai workshop bagi pengembangan usaha mereka dibidang digital mareketing.
Satu anak saya ingin mendalami dunia Computer Programming/Information teknologi dan satu lagi sepertinya lebih ingin mengembangakan Digital Broadcasting seperti yang dilakukan oleh Om Nas Daily melalui digital broadcastingnya.
Mohon doanya ya ayah bunda,semoga anak-anak kami bisa meraih mimpi-mimpi terbesarnya hidup menekuni profesi yang membuatnya bahagia dan sejahtera.
6. Banyak orang tua yang bertanya;
Mohon Maaf ya Ayah Edy, Kalau anak-anak dididik seperti ini apa gak nanti jadi anak yang hitung-hitungan atau akan jadi anak yang mata duitan...? dan Gak mau nolong sesama dan orang tuanya..?
Wah ternyata sama sekali tidak; anak kami meskipun sudah bisa cari uang sendiri, dan cukup berhemat tapi dia juga pemurah.
Sering anak kami jika baru dapat uang tranferan dari google, mentraktir kami. dan buat kami ini sangat mengharukan.
Rupanya ajaran dan didikan kami untuk selalu ingat dengan orang tua dan anaklah yang mestinya memberi orang tua, itu masih melekat sampai sekarang.
Kenapa kok bisa seperti itu; ya karena kami sering berdiskusi dengan anak tentang bekerja, berbisnis, dan menolong.
Apa itu sikap seorang pebisnis dan apa itu arti menolong dan manfaat dari menolong. Kapan kita harus mencari uang, kapan kita harus meminta orang untuk membayar, dan kapan waktunya kita harus memberi, berbagi dan bersedekah.
Bagaimana cara terbaik untuk mendidik ini...?
Menurut saya cara yang terbaik adalah dengan memberikan contoh:
Misalnya begini, saya termasuk org yg kurang mau memberi jika ada orang meminta-minta di lampu merah padahal orangnya jelas segar, sehat sempurna fisik.
Saya katakan ayah tidak memberi pada orang yang seperti ini karena mereka adalah orang yang malas, padahal mereka memiliki fisik yang sempurna dan masih muda.
Kalau kita kasih maka mereka akan merasa ini sebuah pola hidup yang benar. terlebih lagi terkadang mereka membawa anak mereka dan mencontohkan pada anaknya untuk mengemis.
Jadilah bangsa kita nanti jadi bangsa pemalas/pengemis.
Kebetulan anak saya rajin cari info di google, jika saya beri penjelasan seperti ini dia akan langsung cari infonya di google dan dia berhasil menemukan banyak pengemis yang hidupnya kaya dan bahkan punya mobil waktu mau berangkat mengemis.
ia jg menemukan 1 kampung yang pekerjaannya mengemis dan memiliki penghasilan mereka byk yang jauh lebih besar dari orang yang bekerja. π
Namun satu ketika saya melihat ada dua orang tua renta duduk di pinggir jalan dekat pom bensin suami istri, yang sepertinya memang butuh pertolongan tapi dia tidak mengemis.
Lantas kendaraan kami segera berhenti, lalu saya minta anak saya memberikan langsung uang untuk kedua nenek dan kakek tsb.
Dan itu menjadi hal rutin yang kami lakukan setiap melewati tempat tersebut, sampai akhirnya mereka tidak kami temukan lagi entah kemana.
7. Alhamdullilah kami dan istri selalu kompak dalam melakukan proses pendidikan anak-anak kami, karena kekompakan antara suami dan istri itu adalah salah satu kunci utama dalam mendidik anak-anak kita..
8. Semoga pengalaman mendidik kami dirumah ini lah yang menjadi bahan bagi kami untuk menuliskan buku; dan buku yang kami tulis pada umumnya adalah berdasarkan pengalaman yang kami terapkan pada anak-anak kami dirumah juga murid-murid kami disekolah. Dengan harapan barang kali saja pengalaman kami ini bisa berguna juga bagi yang lainnya
πππ
Note: cara mendidik ini sy pelajari dari teman saya orang Jerman, bagaimana mereka mendidik anaknya. Mandiri, Disiplin, tdk jajan, jujur, kerja keras dan berintegritas
Dance Mr & Mrs Dubber ππ
Salam syukur penuh berkah,
Ditulis oleh Ayah Edy Wiyono
Guru Parenting Indonesia
Ayah dari Dido dan Dimas J
ika tulisan ini dirasa bermanfaat silahkan dibagikan pada siapapun tanpa perlu izin. Karena ini bagian dari proses berbagi kebaikan yang selalu kami ajarkan pada anak-anak kami di rumah dan murid-murid kami disekolah