Indonesia pada hakikatnya merupakan kumpulan dari keluarga yg tersebar dilebih dari 12.000 pulau yg ada di Nusantara. Apabila keluarga2 ini kuat, maka Indonesia akan menjadi Bangsa & Negara yg Kuat dgn sendirinya tanpa perlu konsep yg berbelit-belit & biaya yg membebani negara. Pastikan keluarga & sanak famili kita di seluruh tanah air telah bergabung dlm GERAKAN MEMBANGUN INDONESIA YANG KUAT DARI KELUARGA. Kalau bukan kita, siapa lagi ? Kalau bukan sekarang, kapan lagi ?
SATU-SATUNYA SITUS RESMI AYAH EDY
Monday, May 11, 2009
PENDIDIKAN DIMATA SEORANG SENIMAN
Para orang tua dan guru yang saya cintai dimanapun anda berada.
Suatu hari saya menghadiri sebuah acara simposium pendidikan yang diselenggarakan di Jakarta, oleh Forum Pengajar, Dokter dan Psikolog bagi Ibu Pertiwi. yang mengambil tema "Peran Pengajar, Dokter, dan Psikolog dalam Mengembalikan Arah Pendidikan yang berlandaskan Budaya Nusantara demi Keselamatan Generasi bangsa"
Acara itu sungguh luar biasa dan dihadiri oleh lebih dari 1500 orang peserta yang sebagian besar adalah pendidik dan guru. Pembicara yang hadir juga merupakan orang-orang yang luar biasa peduli di bidang pendidikan, mulai dari wakil guru yang ada di hutan rimba alias Butet Manurung, hingga wakil tokoh besar pendidikan Yayasan Perguruan Taman Siswa, Ki Hajardewantara. Di forum ini juga tidak ketinggalan hadir Tokoh Lintas agama Bapak Anand Krishna, seniman, budayawan artis dan lain sebagainya.
Menurut saya sebenarnya simposium ini nyaris sempurna, seandainya saja waktu itu Menteri Pendidikan dan Menteri Kesehatan sebagai tokoh sentral yang diundang sempat menyaksikan langsung acara simposium ini. Tapi apa mau dikata The Show Must Go On! begitu kira-kira kata salah seorang pembicara.
Namun ada satu hal yang paling menarik bagi saya dari seluruh acara, yakni sebuah puisi yang dibacakan oleh seorang seniman, namanya Mas Agus Sarjono, yang isinya betul-betul membuat hati saya tergelitik, puisi ini merupakan sebuah kritik sosial yang dibuat sangat cantik dan mengena bagi kita semua, terutama para tokoh pendidikan yang ada di negeri ini....
Dan dengan kerendahan hati serta ijin dari Mas Agus Sarjono yang saya dapatkan melalui Pengurus Forum tersebut, saya ingin anda juga bisa mendengar dan sekaligus merenungkannya. Mari kita simak bersama isinya;
Selamat pagi pak, selamat pagi bu, ucap anak sekolah dengan sapaan palsu. Lalu mereka pun belajar sejarah palsu dari buku-buku palsu.
Di akhir sekolah mereka terperangah melihat hamparan nilai mereka yang palsu. Karena tak cukup nilai, maka berdatanganlah mereka ke rumah-rumah bapak dan ibu guru untuk menyerahkan amplop, berisi perhatian dan rasa hormat palsu.
Sambil tersipu palsu dan membuat tolakan tolakan palsu, akhirnya pak guru dan bu guru terima juga amplop itu sambil berjanji palsu untuk mengubah nilai-nilai palsu dengan nilai-nilai palsu yang baru.
Masa sekolah demi masa sekolah berlalu, mereka pun lahir sebagai ekonom-ekonom palsu, ahli hukum palsu, ahli pertanian palsu, insinyur palsu. Sebagian menjadi guru, ilmuwan atau seniman yang juga palsu.
Dengan gairah tinggi mereka menghambur ke tengah pembangunan palsu dengan ekonomi palsu sebagai panglima palsu. Mereka saksikan ramainya perniagaan palsu dengan ekspor dan impor palsu yang mengirim dan mendatangkan berbagai barang kelontong kualitas palsu.
Dan bank-bank palsu dengan giat menawarkan bonus palsu dan hadiah-hadiah palsu tapi diam-diam meminjam juga pinjaman dengan ijin dan surat palsu kepada bank negeri yang dijaga pejabat-pejabat palsu.
Masyarakat pun berniaga dengan uang palsu yang dijamin devisa palsu. Maka uang-uang asing menggertak dengan kurs palsu sehingga semua blingsatan dan terperosok krisis yang meruntuhkan pemerintahan palsu ke dalam nasib buruk palsu. Lalu orang-orang palsu meneriakkan kegembiraan palsu dan mendebatkan gagasan-gagasan palsu di tengah seminar dan dialog-dialog palsu menyambut tibanya demokrasi palsu yang berkibar-kibar begitu nyaring dan palsu.
Demikianlah puisi yang dibuat dan dibacakan langsung oleh Mas Agus Sarjono, pada acara simposium besar Forum Pengajar, Dokter dan Psikolog yang diselenggarakan di Jakarta pada tanggal 25 Oktober 2007.
Meskipun ini hanyalah sebuah puisi, tapi paling tidak puisi ini bisa menjelaskan mengapa begitu banyak kita menemukan kepalsuan yang terjadi di negeri ini.
Mari kita renungkan bersama.......
SELAMAT HARI PENDIDIKAN NASIONAL 2 MEI 2009 !
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Menyambut tahun 2000 lalu, wartawan senior Parakitri Tahi Simbolon menulis artikel yang lebih kurang sama. Beliau mengatakan, Indonesia ini dipenuhi serba seolah-oleh: Guru yang seolah-olah pendidik, tentara yang seolah-olah kesatria, pemimpin yang seolah-olah teladan, murid yang seolah-olah terdidik, dst., dst.,....
ReplyDeleteKita memang harus terus belajar menjadi bangsa yang sejati, yang nyata, yang jauh dari seolah-olah. Kita perlu menjadi bangsa yang tidak lagi sibuk memoles penampilan luar, tetapi mesti memikirkan kesehatan di dalam jiwa kita masing-masing.
Tks Ayah Edy, untuk postingan yang selalu menginspirasi.
Salam saya,
Herman
http://serunai.blogspot.com
thanks ya infonya !!!
ReplyDeletewww.bisnistiket.co.id