Dapat diperloleh di:
1. Toko buku Gramedia, Gunung Agung, Mizan Book Store dll.
2. Toko buku on line On line book store di Internet.
3. Pembelian on line via face book Karima Edukasi inbox di alamat: http://www.facebook.com/karima.edukasi?ref=ts&fref=ts
4. Pembelian untuk jumlah banyak dan program CSR (Kepedulian Sosial Perusahaan) bisa menghubungi penerbitnya nomernya tertera di blog ini. pada gambar buku masing2.
Indonesia pada hakikatnya merupakan kumpulan dari keluarga yg tersebar dilebih dari 12.000 pulau yg ada di Nusantara. Apabila keluarga2 ini kuat, maka Indonesia akan menjadi Bangsa & Negara yg Kuat dgn sendirinya tanpa perlu konsep yg berbelit-belit & biaya yg membebani negara. Pastikan keluarga & sanak famili kita di seluruh tanah air telah bergabung dlm GERAKAN MEMBANGUN INDONESIA YANG KUAT DARI KELUARGA. Kalau bukan kita, siapa lagi ? Kalau bukan sekarang, kapan lagi ?
SATU-SATUNYA SITUS RESMI AYAH EDY
Friday, February 15, 2013
Thursday, February 14, 2013
AYAH EDY MENJAWAB 100 PERSOALAN MENDIDIK ANAK
Disadari atau tidak kebanyakan para orang tua belum pernah BERSEKOLAH MENJADI ORANG TUA, itulah mengapa begitu banyak orang tua yg sering kali kesulitan mendidik dan mengatasi prilaku anaknya.
Selain itu faktanya ternyata guru2 kita yg tidak pernah dibekali cara mendidik anak dan mengatasi prilaku murid2 di kelas, melainkan hanya dilatih menyampaikan pelajaran.
Itulah mengapa masih banyak guru yg suka marah, menghukum dan bahkan melempar muridnya dengan benda2 yg ada disekitarnya atau bahkan memukulnya dengan penggaris atau rotan.
Untuk itulah kami berinisiatif untuk membantu para orang tua dan guru melalui penyusunan sebuah buku yg kisah2nya bersumber dari pengalaman mendidik dirumah dan disekolah selama lebih dari 8 tahun.
Buku ini adalah buku yg telah banyak membantu orang tua dan guru dalam proses mendidik anak.
Sudahkan kita memilkinya, mempraktekkannya dengan konsisten ???
Jika belum buku ini bisa diperoleh di Toko Buku Gramedia, Mizan Book Store, Gunung Agung dan toko buku lainnya.
Anak bertanya tentang seks ??
Pada umunya orang tua Indonesia akan mengatakan, Ssssstttt jangan tanya2 itu (seputar seks), itu urusan orang dewasa !!!
Atau... cara lain kita berusaha mengelak atau menghindar apa bila ditanya anak seputar pertanyaan tentang seks.
Pertanyaanya adalah apa yg sebaiknya kita lakukan ??? Perlukah anak2 usia dini diberikan pemahaman seks lebih awal ??
Apakah kita terus akan mentabukan obrolan seputar seks pada anak-anak kita, mengingat bahaya pornografi dan perkosaan anak yg semakin meningkat.
Banyangkan berdasarkan survey komnas HAM anak thn 2002 saja menyatakan bahwa ada 67.3 % pelajar SMP yg disurvey pernah melakukan hubungan seks usia dini bersama temannya. Itu artinya setiap 6 dari setiap 10 anak SMP pernah melakukan hubungan seks pra nikah.
Dapatkah anda membayangkan jika 1 diantara anak tersebut adalah anak kita sendiri ???
Suatu angka yg fantastis dan mengerikan, untuk ukuran negara yg mayoritas umatnya beragama dan berbudaya ketimuran.
Mari kita segera belajar dari buku ataupun seminar yg berhubungan dengan pendidikan seks usia dini agar anak kita siap menjawab setiap pertanyaan yg datang dari anak kita seputar seks dan pornografi dan tidak mencari pada sumber2 lain yg tidak bisa dipertanggungjawabkan.
RENUNGAN AKHIR PEKAN (ILMU TENTANG KEPALA)
Sejak belajar ilmu NLP (Neuro Language Programming) akhirnya saya tahu bahwa Jika “PIKIRAN” atau Kepala kita sehat dan benar, maka seluruh anggota tubuh kita menjadi sehat dan benar.
Rupanya kepala manusia itu ibarat pimpinan di tubuh ini, jadi jika pimpinannya baik dan benar maka seluruh anggota tubuh kita mengikutinya; begitu kira-kira.
Suatu hari seorang teman cerita pada saya; katanya dia dulu sering berurusan dengan Pemda DKI, tapi sekarang kok agak beda ya.., urusannya jadi lebih enak, mudah, cepet, cekatan dan lumayan tepat waktu. “Wah... kok bisa begitu ya, jangan-jangan karena kepalanya sekarang sudah diganti baru yg sehat dan benar”. (itu hanya cerita teman saya lho).
Langsung saja saya teringat kembali dengan ilmu NLP, yang mengatkan “Jika PIKIRAN/Kepala kita benar, maka seluruh anggota tubuh kita menjadi sehat dan benar."
Jika dugaan kawan saya tersebut ternyata benar...., berarti analoginya mungkin setara dengan Jika Kepala/Pimpinannya baik dan benar maka seluruh tubuh dari jajaran yg dipimpinnya jadi baik dan benar.
Berarti juga berlaku kebalikannya ya...?
Jadi sepetinya agar Republik ini menjadi baik dan benar, kita perlu lebih hati2 lagi nih untuk bisa memilih para pimpinan atau kepala di Republik ini. Sekali lagi jika memang asumsi kawan saya itu benar lho...
Tapi pertanyaanya bagaimana jika tidak ada Kepala yg bisa dipercaya untuk bisa dipilih menjadi pimpinan kita ? Apa yg sebaiknya kita lakukan...?
Haruskan kita tidak memilih untuk tidak memilih agar orang yg dipilih tersebut sadar bahwa dirinya tidak pantas untuk dipilih mengepalai Republik tercinta ini ??
Bagaimana menurut keluarga Indonesia ?
ANAK BERMASALAH VS ANAK SUKSES
Jangan Sedih jika anak kita dinyatakan BERMASALAH di sekolah.
Keluarga Indonesia yg berbahagia,
Banyak orang tua yg bertemu dengan saya untuk konsultasi karena anaknya dinyatakan bermasalah disekolah atau bahkan mogok/tidak mau lagi sekolah.
Justru ternyata para orang tua ini akhirnya malah bersyukur, karena masalah itulah akhirnya berhasil menemukan bakat unggul dari anak-anaknya bersama kami.
Sampai2 para orang tua ini berujar;
"Untung ya karena anak kita dibilang bermasalah kami bertekad kuat bertemu Ayah, dan akhirnya malah semakin jelas arahnya dan apa yg kami harus lakukan ke depannya."
Dan sebagian anak-anak kini sedang semangat untuk menuju impian terbesar untuk menjadi Bintang-bintang Indonesia yg bersinar ditingkat dunia.
Diantaranya ada yang:
Menjadi Koreografer International.
Ada yg seadang pra kualifikasi untuk bisa masuk di sekolah Balap Formula satu yg ada di Jerman.
Ada yg ingin sedang menuju sekolah Design sekelas Versace
Ada yg ingin menjadi ahli pesawat Boing.
Ada yg sedang menuju menjadi ahli Terumbu karang.
Ada yg telah menuju menjadi Enginer motor GP
Ada yg menjadi kreator Cerita dan Animasi Manga.
Ada yg ingin menjadi akhli pengelola binatang (Kebun Binatang seperti di San Diago).
Ada yg ingin jadi ahli Perkereta Apian.
Ada yg sudah menjadi Producer dan Presenter.
Ada yg sekarang sudah sekolah Bola di Belanda dan bercita2 membawa Indonesia ke Piala dunia.
Ada yg bercita menjadi Even Organizer International Automotif dan Air Show.
Ada juga yg ingin menjadi Fun Park Designer.
dan banyak lagi lainnya.
Wah.... luar biasa Seru !!!! melihat anak2 ini sedang menggapai mimpi besar mereka masing-masing.
Persis seperti mimpi sekolah kami dulu ingin menjadikan anak-anak Indonesia Bintang-bintang Internasional yang berkilauan mengharumkan nama keluarga dan bangsanya.
Aminn...1000000x
Jangan Khawatir... siapapun juga bisa melakukannya dirumah silahkan temukan caranya yg sudah kami tuangkan dalam bentuk 3 seri CD MEMETAKAN POTENSI UNGGUL ANAK SEJAK USIA DINI. Tersedia di Toko Buku Gramedia, persisnya di Konter EDU GAME, Edu-Torial Audiobook Tek Jan
Selamat bereksplorasi bersama buah hati tercinta !!!
Keluarga Indonesia yg berbahagia,
Banyak orang tua yg bertemu dengan saya untuk konsultasi karena anaknya dinyatakan bermasalah disekolah atau bahkan mogok/tidak mau lagi sekolah.
Justru ternyata para orang tua ini akhirnya malah bersyukur, karena masalah itulah akhirnya berhasil menemukan bakat unggul dari anak-anaknya bersama kami.
Sampai2 para orang tua ini berujar;
"Untung ya karena anak kita dibilang bermasalah kami bertekad kuat bertemu Ayah, dan akhirnya malah semakin jelas arahnya dan apa yg kami harus lakukan ke depannya."
Dan sebagian anak-anak kini sedang semangat untuk menuju impian terbesar untuk menjadi Bintang-bintang Indonesia yg bersinar ditingkat dunia.
Diantaranya ada yang:
Menjadi Koreografer International.
Ada yg seadang pra kualifikasi untuk bisa masuk di sekolah Balap Formula satu yg ada di Jerman.
Ada yg ingin sedang menuju sekolah Design sekelas Versace
Ada yg ingin menjadi ahli pesawat Boing.
Ada yg sedang menuju menjadi ahli Terumbu karang.
Ada yg telah menuju menjadi Enginer motor GP
Ada yg menjadi kreator Cerita dan Animasi Manga.
Ada yg ingin menjadi akhli pengelola binatang (Kebun Binatang seperti di San Diago).
Ada yg ingin jadi ahli Perkereta Apian.
Ada yg sudah menjadi Producer dan Presenter.
Ada yg sekarang sudah sekolah Bola di Belanda dan bercita2 membawa Indonesia ke Piala dunia.
Ada yg bercita menjadi Even Organizer International Automotif dan Air Show.
Ada juga yg ingin menjadi Fun Park Designer.
dan banyak lagi lainnya.
Wah.... luar biasa Seru !!!! melihat anak2 ini sedang menggapai mimpi besar mereka masing-masing.
Persis seperti mimpi sekolah kami dulu ingin menjadikan anak-anak Indonesia Bintang-bintang Internasional yang berkilauan mengharumkan nama keluarga dan bangsanya.
Aminn...1000000x
Jangan Khawatir... siapapun juga bisa melakukannya dirumah silahkan temukan caranya yg sudah kami tuangkan dalam bentuk 3 seri CD MEMETAKAN POTENSI UNGGUL ANAK SEJAK USIA DINI. Tersedia di Toko Buku Gramedia, persisnya di Konter EDU GAME, Edu-Torial Audiobook Tek Jan
Selamat bereksplorasi bersama buah hati tercinta !!!
SEKOLAH DI JEPANG VS SEKOLAH DI INDONESIA ?
Anak saya bersekolah di salah satu Sekolah Dasar Negeri (SDN) kota
Tokyo, Jepang. Pekan lalu, saya diundang untuk menghadiri acara “open
school” di sekolah tersebut. Kalau di
Indonesia, sekolah ini mungkin seperti SD Negeri yang banyak tersebar di
pelosok nusantara. Biaya sekolahnya gratis dan lokasinya di sekitar
perumahan.
Pada kesempatan itu, orang tua diajak melihat bagaimana anak-anak di Jepang belajar. Kami diperbolehkan masuk ke dalam kelas, dan melihat proses belajar mengajar mereka. Saya bersemangat untuk hadir, karena saya meyakini bahwa kemajuan suatu bangsa tidak bisa dilepaskan dari bagaimana bangsa tersebut mendidik anak-anaknya.
Melihat bagaimana ketangguhan masyarakat Jepang saat gempa bumi lalu, bagaimana mereka tetap memerhatikan kepentingan orang lain di saat kritis, dan bagaimana mereka memelihara keteraturan dalam berbagai aspek kehidupan, tidaklah mungkin terjadi tanpa ada kesengajaan. Fenomena itu bukan sesuatu yang terjadi “by default”, namun pastilah “by design”. Ada satu proses pembelajaran dan pembentukan karakter yang dilakukan terus menerus di masyarakat.
Dan saat saya melihat bagaimana anak-anak SD di Jepang, proses pembelajaran itu terlihat nyata. Fokus pendidikan dasar di sekolah Jepang lebih menitikberatkan pada pentingnya “Moral”. Moral menjadi fondasi yang ditanamkan “secara sengaja” pada anak-anak di Jepang. Ada satu mata pelajaran khusus yang mengajarkan anak tentang moral. Namun nilai moral diserap pada seluruh mata pelajaran dan kehidupan.
Sejak masa lampau, tiga agama utama di Jepang, Shinto, Buddha, dan Confusianisme, serta spirit samurai dan bushido, memberi landasan bagi pembentukan moral bangsa Jepang. Filosofi yang diajarkan adalah bagaimana menaklukan diri sendiri demi kepentingan yang lebih luas. Dan filosofi ini sangat memengaruhi serta menjadi inti dari sistem nilai di Jepang.
Anak-anak diajarkan untuk memiliki harga diri, rasa malu, dan jujur. Mereka juga dididik untuk menghargai sistem nilai, bukan materi atau harta.
Di sekolah dasar, anak-anak diajarkan sistem nilai moral melalui empat aspek, yaitu Menghargai Diri Sendiri (Regarding Self), Menghargai Orang Lain (Relation to Others), Menghargai Lingkungan dan Keindahan (Relation to Nature & the Sublime), serta menghargai kelompok dan komunitas (Relation to Group & Society). Keempatnya diajarkan dan ditanamkan pada setiap anak sehingga membentuk perilaku mereka.
Pendidikan di SD Jepang selalu menanamkan pada anak-anak bahwa hidup tidak bisa semaunya sendiri, terutama dalam bermasyarakat. Mereka perlu memerhatikan orang lain, lingkungan, dan kelompok sosial. Tak heran kalau kita melihat dalam realitanya, masyarakat di Jepang saling menghargai. Di kendaraan umum, jalan raya, maupun bermasyarakat, mereka saling memperhatikan kepentingan orang lain. Rupanya hal ini telah ditanamkan sejak mereka berada di tingkat pendidikan dasar.
Empat kali dalam seminggu, anak saya kebagian melakukan pekerjaan-pekerjaan rumah tangga. Ia harus membersihkan dan menyikat WC, menyapu dapur, dan mengepel lantai. Setiap anak di Jepang, tanpa kecuali, harus melakukan pekerjaan-pekerjaan itu. Akibatnya mereka bisa lebih mandiri dan menghormati orang lain.
Kebersahajaan juga diajarkan dan ditanamkan pada anak-anak sejak dini. Nilai moral jauh lebih penting dari nilai materi. Mereka hampir tidak pernah menunjukkan atau bicara tentang materi.
Anak-anak di SD Jepang tidak ada yang membawa handphone, ataupun barang berharga. Berbicara tentang materi adalah hal yang memalukan dan dianggap rendah di Jepang.
Keselarasan antara pendidikan di sekolah dengan nilai-nilai yang ditanamkan di rumah dan masyarakat juga penting. Apabila anak di sekolah membersihkan WC, maka otomatis itu juga dikerjakan di rumah. Apabila anak di sekolah bersahaja, maka orang tua di rumah juga mencontohkan kebersahajaan. Hal ini menjadikan moral lebih mudah tertanam dan terpateri di anak.
Dengan kata lain, orang tua tidak “membongkar” apa yang diajarkan di sekolah oleh guru. Mereka justru mempertajam nilai-nilai itu dalam keseharian sang anak.
Saat makan siang tiba, anak-anak merapikan meja untuk digunakan makan siang bersama di kelas. Yang mengagetkan saya adalah, makan siang itu dilayani oleh mereka sendiri secara bergiliran. Beberapa anak pergi ke dapur umum sekolah untuk mengambil trolley makanan dan minuman. Kemudian mereka melayani teman-temannya dengan mengambilkan makanan dan menyajikan minuman.
Hal seperti ini menanamkan nilai pada anak tentang pentingnya melayani orang lain. Saya yakin, apabila anak-anak terbiasa melayani, sekiranya nanti menjadi pejabat publik, pasti nalurinya melayani masyarakat, bukan malah minta dilayani.
Saya sendiri bukan seorang ahli pendidikan ataupun seorang pendidik. Namun sebagai orang tua yang kemarin kebetulan melihat sistem pendidikan dasar di SD Negeri Jepang, saya tercenung. Mata pelajaran yang menurut saya “berat” dan kerap di-“paksa” harus hafal di SD kita, tidak terlihat di sini. Satu-satunya hafalan yang saya pikir cukup berat hanyalah huruf Kanji.
Sementara, selebihnya adalah penanaman nilai.
Besarnya kekuatan industri Jepang, majunya perekonomian, teknologi canggih, hanyalah ujung yang terlihat dari negeri Jepang. Di balik itu semua ada sebuah perjuangan panjang dalam membentuk budaya dan karakter. Ibarat pohon besar yang dahan dan rantingnya banyak, asalnya tetap dari satu petak akar. Dan akar itu, saya pikir adalah pendidikan dasar.
Sistem pendidikan Jepang seperti di atas tadi, berlaku seragam di seluruh sekolah. Apa yang ditanamkan, apa yang diajarkan, merata di semua sekolah hingga pelosok negeri. Mungkin di negeri kita banyak juga sekolah yang mengajarkan pembentukan karakter. Ada sekolah mahal yang bagus. Namun selama dilakukan terpisah-terpisah, bukan sebagai sistem nasional, anak akan mengalami kebingungan dalam kehidupan nyata. Apalagi kalau sekolah mahal sudah menjadi bagian dari mencari gengsi, maka satu nilai moral sudah berkurang di sana.
Di Jepang, masalah pendidikan ditangani oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Olah Raga, dan Ilmu Pengetahuan Jepang (MEXT) atau disebut dengan Monkasho. Pemerintah Jepang mensentralisir pendidikan dan mengatur proses didik anak-anak di Jepang. MEXT menyadari bahwa pendidikan tak dapat dipisahkan dari kebudayaan, karena dalam proses pendidikan, anak diajarkan budaya dan nilai-nilai moral.
Mudah-mudahan dikeluarkannya kata “Budaya” dari Departemen “Pendidikan dan Kebudayaan” sehingga “hanya” menjadi Departemen “Pendidikan Nasional” di negeri kita, bukan berarti bahwa pendidikan kita mulai melupakan “Budaya”, yang di dalamnya mencakup moral dan budi pekerti.
Hakikat pendidikan dasar adalah juga membentuk budaya, moral, dan budi pekerti, bukan sekedar menjadikan anak-anak kita pintar dan otaknya menguasai ilmu teknologi. Apabila halnya demikian, kita tak perlu heran kalau masih melihat banyak orang pintar dan otaknya cerdas, namun miskin moral dan budi pekerti. Mungkin kita terlewat untuk menginternalisasi nilai-nilai moral saat SD dulu. Mungkin waktu kita saat itu tersita untuk menghafal ilmu-ilmu “penting” lainnya.
Demikian sekedar catatan saya dari menghadiri pertemuan orang tua di SD Jepang.
Salam.
Sumber: edukasi.kompasiana.com
Bandingkan dengan SD kita yg masih saja meributkan ANAK-ANAK SD HARUS SUDAH BISA CALISTUNG dan KKM, REMIDIAL, TES dan UAN.
Mari kita renungkan dan mari kita bagikan ke sebanyak2 orang yg semestinya mengetahui hal ini terutama di Kementrian Pendidikan Nasional agar mengetahui hal ini sebagai bahan pembelajaran dan segera melakukan perubahan yg mendasar terhadap sistem persekolahan di Indonesia.
Pada kesempatan itu, orang tua diajak melihat bagaimana anak-anak di Jepang belajar. Kami diperbolehkan masuk ke dalam kelas, dan melihat proses belajar mengajar mereka. Saya bersemangat untuk hadir, karena saya meyakini bahwa kemajuan suatu bangsa tidak bisa dilepaskan dari bagaimana bangsa tersebut mendidik anak-anaknya.
Melihat bagaimana ketangguhan masyarakat Jepang saat gempa bumi lalu, bagaimana mereka tetap memerhatikan kepentingan orang lain di saat kritis, dan bagaimana mereka memelihara keteraturan dalam berbagai aspek kehidupan, tidaklah mungkin terjadi tanpa ada kesengajaan. Fenomena itu bukan sesuatu yang terjadi “by default”, namun pastilah “by design”. Ada satu proses pembelajaran dan pembentukan karakter yang dilakukan terus menerus di masyarakat.
Dan saat saya melihat bagaimana anak-anak SD di Jepang, proses pembelajaran itu terlihat nyata. Fokus pendidikan dasar di sekolah Jepang lebih menitikberatkan pada pentingnya “Moral”. Moral menjadi fondasi yang ditanamkan “secara sengaja” pada anak-anak di Jepang. Ada satu mata pelajaran khusus yang mengajarkan anak tentang moral. Namun nilai moral diserap pada seluruh mata pelajaran dan kehidupan.
Sejak masa lampau, tiga agama utama di Jepang, Shinto, Buddha, dan Confusianisme, serta spirit samurai dan bushido, memberi landasan bagi pembentukan moral bangsa Jepang. Filosofi yang diajarkan adalah bagaimana menaklukan diri sendiri demi kepentingan yang lebih luas. Dan filosofi ini sangat memengaruhi serta menjadi inti dari sistem nilai di Jepang.
Anak-anak diajarkan untuk memiliki harga diri, rasa malu, dan jujur. Mereka juga dididik untuk menghargai sistem nilai, bukan materi atau harta.
Di sekolah dasar, anak-anak diajarkan sistem nilai moral melalui empat aspek, yaitu Menghargai Diri Sendiri (Regarding Self), Menghargai Orang Lain (Relation to Others), Menghargai Lingkungan dan Keindahan (Relation to Nature & the Sublime), serta menghargai kelompok dan komunitas (Relation to Group & Society). Keempatnya diajarkan dan ditanamkan pada setiap anak sehingga membentuk perilaku mereka.
Pendidikan di SD Jepang selalu menanamkan pada anak-anak bahwa hidup tidak bisa semaunya sendiri, terutama dalam bermasyarakat. Mereka perlu memerhatikan orang lain, lingkungan, dan kelompok sosial. Tak heran kalau kita melihat dalam realitanya, masyarakat di Jepang saling menghargai. Di kendaraan umum, jalan raya, maupun bermasyarakat, mereka saling memperhatikan kepentingan orang lain. Rupanya hal ini telah ditanamkan sejak mereka berada di tingkat pendidikan dasar.
Empat kali dalam seminggu, anak saya kebagian melakukan pekerjaan-pekerjaan rumah tangga. Ia harus membersihkan dan menyikat WC, menyapu dapur, dan mengepel lantai. Setiap anak di Jepang, tanpa kecuali, harus melakukan pekerjaan-pekerjaan itu. Akibatnya mereka bisa lebih mandiri dan menghormati orang lain.
Kebersahajaan juga diajarkan dan ditanamkan pada anak-anak sejak dini. Nilai moral jauh lebih penting dari nilai materi. Mereka hampir tidak pernah menunjukkan atau bicara tentang materi.
Anak-anak di SD Jepang tidak ada yang membawa handphone, ataupun barang berharga. Berbicara tentang materi adalah hal yang memalukan dan dianggap rendah di Jepang.
Keselarasan antara pendidikan di sekolah dengan nilai-nilai yang ditanamkan di rumah dan masyarakat juga penting. Apabila anak di sekolah membersihkan WC, maka otomatis itu juga dikerjakan di rumah. Apabila anak di sekolah bersahaja, maka orang tua di rumah juga mencontohkan kebersahajaan. Hal ini menjadikan moral lebih mudah tertanam dan terpateri di anak.
Dengan kata lain, orang tua tidak “membongkar” apa yang diajarkan di sekolah oleh guru. Mereka justru mempertajam nilai-nilai itu dalam keseharian sang anak.
Saat makan siang tiba, anak-anak merapikan meja untuk digunakan makan siang bersama di kelas. Yang mengagetkan saya adalah, makan siang itu dilayani oleh mereka sendiri secara bergiliran. Beberapa anak pergi ke dapur umum sekolah untuk mengambil trolley makanan dan minuman. Kemudian mereka melayani teman-temannya dengan mengambilkan makanan dan menyajikan minuman.
Hal seperti ini menanamkan nilai pada anak tentang pentingnya melayani orang lain. Saya yakin, apabila anak-anak terbiasa melayani, sekiranya nanti menjadi pejabat publik, pasti nalurinya melayani masyarakat, bukan malah minta dilayani.
Saya sendiri bukan seorang ahli pendidikan ataupun seorang pendidik. Namun sebagai orang tua yang kemarin kebetulan melihat sistem pendidikan dasar di SD Negeri Jepang, saya tercenung. Mata pelajaran yang menurut saya “berat” dan kerap di-“paksa” harus hafal di SD kita, tidak terlihat di sini. Satu-satunya hafalan yang saya pikir cukup berat hanyalah huruf Kanji.
Sementara, selebihnya adalah penanaman nilai.
Besarnya kekuatan industri Jepang, majunya perekonomian, teknologi canggih, hanyalah ujung yang terlihat dari negeri Jepang. Di balik itu semua ada sebuah perjuangan panjang dalam membentuk budaya dan karakter. Ibarat pohon besar yang dahan dan rantingnya banyak, asalnya tetap dari satu petak akar. Dan akar itu, saya pikir adalah pendidikan dasar.
Sistem pendidikan Jepang seperti di atas tadi, berlaku seragam di seluruh sekolah. Apa yang ditanamkan, apa yang diajarkan, merata di semua sekolah hingga pelosok negeri. Mungkin di negeri kita banyak juga sekolah yang mengajarkan pembentukan karakter. Ada sekolah mahal yang bagus. Namun selama dilakukan terpisah-terpisah, bukan sebagai sistem nasional, anak akan mengalami kebingungan dalam kehidupan nyata. Apalagi kalau sekolah mahal sudah menjadi bagian dari mencari gengsi, maka satu nilai moral sudah berkurang di sana.
Di Jepang, masalah pendidikan ditangani oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Olah Raga, dan Ilmu Pengetahuan Jepang (MEXT) atau disebut dengan Monkasho. Pemerintah Jepang mensentralisir pendidikan dan mengatur proses didik anak-anak di Jepang. MEXT menyadari bahwa pendidikan tak dapat dipisahkan dari kebudayaan, karena dalam proses pendidikan, anak diajarkan budaya dan nilai-nilai moral.
Mudah-mudahan dikeluarkannya kata “Budaya” dari Departemen “Pendidikan dan Kebudayaan” sehingga “hanya” menjadi Departemen “Pendidikan Nasional” di negeri kita, bukan berarti bahwa pendidikan kita mulai melupakan “Budaya”, yang di dalamnya mencakup moral dan budi pekerti.
Hakikat pendidikan dasar adalah juga membentuk budaya, moral, dan budi pekerti, bukan sekedar menjadikan anak-anak kita pintar dan otaknya menguasai ilmu teknologi. Apabila halnya demikian, kita tak perlu heran kalau masih melihat banyak orang pintar dan otaknya cerdas, namun miskin moral dan budi pekerti. Mungkin kita terlewat untuk menginternalisasi nilai-nilai moral saat SD dulu. Mungkin waktu kita saat itu tersita untuk menghafal ilmu-ilmu “penting” lainnya.
Demikian sekedar catatan saya dari menghadiri pertemuan orang tua di SD Jepang.
Salam.
Sumber: edukasi.kompasiana.com
Bandingkan dengan SD kita yg masih saja meributkan ANAK-ANAK SD HARUS SUDAH BISA CALISTUNG dan KKM, REMIDIAL, TES dan UAN.
Mari kita renungkan dan mari kita bagikan ke sebanyak2 orang yg semestinya mengetahui hal ini terutama di Kementrian Pendidikan Nasional agar mengetahui hal ini sebagai bahan pembelajaran dan segera melakukan perubahan yg mendasar terhadap sistem persekolahan di Indonesia.
SALAH PERSEPSI MENGENAI MENG HOME SCHOOLINGKAN ANAK
KOMENTAR SALAH SATU ORANG TUA:
saya sekarang sebagai orang tua merasa dilema Ayah.dengan kurikulum sekarang seperti ada pemaksaan terhadap anak.mau home schooling tapi kami tinggal didaerah dan mungkin jarang ada atau bahkan belum ada home schooling sama sekali
JAWABAN AYAH EDY:
Home Schooling itu adalah MENYELENGARAKAN sendiri pendidikan dirumah untuk anak-anak kita dan bukan mencari apakah disekitar kita ada Home Schooling lalu memasukkan anak kita ke Home Schooling, disitulah letak kekeliruannya selama ini.
Yang ada adalah KOMUNITAS HOMESCHOOLING yakni para orang tua yg menghomschoolingkan anaknya dirumah, kemudian berkumpul membentuk komunitas untuk belajar bersama dan saling bertukar pikiran dan bersosialisasi. Setiap satu minggu atau satu bulan sekali.
Itu yg kami lakukan di Jakarta.
Kami banyak bertemu keluarga Indonesia yg menghomeschoolingkan anaknya dari daerah2 terpencil, dan mereka sungguh bersyukur anaknya memenuhi semua tanda2 menjadi anak sukses sebagaimana yg kami sering paparkan melalui siaran dan radio talkshow.
RANSEL TEMPUR ANAK SEKOLAH
Bahkan tas tentara pun kalah berat dengan tasnya anak sekolah zaman sekarang. apa saja sich isinya ..??????
Hati-hati !! bukannya jadi "Pintar" jangan2 malah terkena gangguan TULANG BELAKANG.
Mari kita renungkan info berikut ini;
BAHAYA TAS YG TERLALU BERAT BAGI ANAK-ANAK
VIVAnews - Setiap hari saat berangkat ke sekolah, tas pasti barang wajib yang dibawa anak. Isinya bermacam barang. Selain buku sekolah, ransel juga berisi alat olahraga, bekal makan dan air minum hingga laptop dan ponsel. Para ahli mengingatkan, bahaya di balik tas yang terlalu berat.
Anak yang memanggul tas sekolah berat berisiko mengalami cacat tulang belakang yang tak dapat disembuhkan. Tas berat meningkatkan risiko sakit punggung pada saat usia anak 14 tahun dan masa dewasa. Umumnya, kasus kelainan tulang belakang pada siswa termasuk tulang belakang yang melengkung atau scoliosis.
Menurut penelitian di Inggris, sebagian murid secara rutin membawa tas penuh barang hingga ada yang beratnya mencapai 10 kilogram.
Para ahli kesehatan mengatakan, anak-anak yang mengenakan tas terlalu berat akan menghadapi risiko kerusakan dalam jangka panjang bila secara teratur membawa beban lebih dari 15 persen berat badan mereka.
Badan amal BackCare mengklaim, sebagian besar anak membawa tas dengan berat 20 persen berat badan mereka. Beberapa anak bahkan membawa beban hingga 25 persen berat mereka.
Sean McDougall, dari BackCare, mengatakan tas yang kelewat berat sejak usia muda bagaikan "bom waktu kesehatan" di masa depan.
"Jika anak-anak telah merasakan sakit punggung saat usia sangat muda, mereka berpotensi mengalaminya selama 70-80 tahun berikutnya. Ini menghabiskan biaya fisik dan emosi yang sangat besar," katanya seperti dikutip Dailymail.
McDougall menambahkan, tulang anak sedang tumbuh yang mendapat beban berat akan menyebabkan kerusakan permanen."Banyak anak yang membawa tas di salah satu bahu atau membawa mereka di salah satu lekuk siku. Ini menyebabkan tekanan besar pada tulang belakang."
Dia menekankan, banyak anak saat ini menggunakan tas olahraga yang lebih besar daripada satu dekade sebelumnya. Dan, mereka cenderung mengisi tas sampai penuh.
Untuk itu, orang tua memiliki peran untuk mengawasi isi ransel anak."Orang tua harus memastikan anak mengepak apa yang mereka butuhkan dalam tas untuk hari ini saja. Pastikan juga anak menyampirkan tas ransel di kedua bahu."
Hati-hati !! bukannya jadi "Pintar" jangan2 malah terkena gangguan TULANG BELAKANG.
Mari kita renungkan info berikut ini;
BAHAYA TAS YG TERLALU BERAT BAGI ANAK-ANAK
VIVAnews - Setiap hari saat berangkat ke sekolah, tas pasti barang wajib yang dibawa anak. Isinya bermacam barang. Selain buku sekolah, ransel juga berisi alat olahraga, bekal makan dan air minum hingga laptop dan ponsel. Para ahli mengingatkan, bahaya di balik tas yang terlalu berat.
Anak yang memanggul tas sekolah berat berisiko mengalami cacat tulang belakang yang tak dapat disembuhkan. Tas berat meningkatkan risiko sakit punggung pada saat usia anak 14 tahun dan masa dewasa. Umumnya, kasus kelainan tulang belakang pada siswa termasuk tulang belakang yang melengkung atau scoliosis.
Menurut penelitian di Inggris, sebagian murid secara rutin membawa tas penuh barang hingga ada yang beratnya mencapai 10 kilogram.
Para ahli kesehatan mengatakan, anak-anak yang mengenakan tas terlalu berat akan menghadapi risiko kerusakan dalam jangka panjang bila secara teratur membawa beban lebih dari 15 persen berat badan mereka.
Badan amal BackCare mengklaim, sebagian besar anak membawa tas dengan berat 20 persen berat badan mereka. Beberapa anak bahkan membawa beban hingga 25 persen berat mereka.
Sean McDougall, dari BackCare, mengatakan tas yang kelewat berat sejak usia muda bagaikan "bom waktu kesehatan" di masa depan.
"Jika anak-anak telah merasakan sakit punggung saat usia sangat muda, mereka berpotensi mengalaminya selama 70-80 tahun berikutnya. Ini menghabiskan biaya fisik dan emosi yang sangat besar," katanya seperti dikutip Dailymail.
McDougall menambahkan, tulang anak sedang tumbuh yang mendapat beban berat akan menyebabkan kerusakan permanen."Banyak anak yang membawa tas di salah satu bahu atau membawa mereka di salah satu lekuk siku. Ini menyebabkan tekanan besar pada tulang belakang."
Dia menekankan, banyak anak saat ini menggunakan tas olahraga yang lebih besar daripada satu dekade sebelumnya. Dan, mereka cenderung mengisi tas sampai penuh.
Untuk itu, orang tua memiliki peran untuk mengawasi isi ransel anak."Orang tua harus memastikan anak mengepak apa yang mereka butuhkan dalam tas untuk hari ini saja. Pastikan juga anak menyampirkan tas ransel di kedua bahu."
MENUNTUT ANAK MENYADARI DIRI
Coba
sadari dan hitung, betapa banyaknya tuntutan orang tua pada anaknya;
mulai dari rajin sekolah, rajin belajar, nilai tinggi, juara, tidak
membantah, berprilaku baik, hormat pd orang tua dsb...dsb...
Sementara....
"Anak kita tdk pernah meminta bnyk pd orang tuanya, hanya 1 aja; tolong berhenti Marah dan berikan aku contoh/teladan bkn segudang nasehat"
Sementara....
"Anak kita tdk pernah meminta bnyk pd orang tuanya, hanya 1 aja; tolong berhenti Marah dan berikan aku contoh/teladan bkn segudang nasehat"
MEMAKNAI ULANG KEGAGALAN
APAKAH ANDA PERNAH GAGAL ???
Ada fenomena menarik,
Di salahsatu perusahaan terkemuka dunia yg bergerak dibidang kelistrikan dan komputer;
Setiap calon pegawai yg di wawancarai, maka di setiap akhir sesi wawancara akan selalu ditanya, dengan pertanyaan singkat ini;
"Apakah anda pernah mengalami kegagalan dalam hidup?"
Jika orang yg di wawancarai tsb menjawab
"Tidak atau Belum Pernah"
Maka namanya akan segera di coret dari daftar kandidat pegawai, dan dia tidak akan pernah diterima di perusahaan tersebut.
Sewaktu Pimpinan HRD perusahaan tersebut ditanya; "Mengapa di coret?"
Dia menjawab:
" Karena pasti orang tersebut BERBOHONG, itu berarti semua penjelasan yg diberikan selama proses wawancara berlangsung segala data dan informasi yg disampaikannya mungkin palsu dan penuh kebohongan",
"Ketahuilah bahwa kebohongan itu adalah awal dari semua bencana, bagi perusahaan kami".
"Dan kami tidak ingin mengalami bencana di perusahaan dengan menerima orang-orang semacam itu."
Ah....
Sayangnya jika kita lihat berita di koran dan televisi;
Sistem pendidikan kita secara tidak langsung telah melatih anak untuk berbohong, baik individu maupun berjamaah, demi untuk menghindari kegagalan dalam ujian agar mendapatkan nilai ujian yg tinggi, rangking sekolah yg unggulan dan sebagainya. (Menghalalkan segala cara).
Dirumahpun banyak orang tua yg akan marah pada anaknya jika ia mendapat nilai merah atau gagal disekolah, ketimbang menerima kegagalan mereka untuk menemukan sumber penyebab kegagalannya, hingga akhirnya membuat anak takut berkata jujur apa adanya.
Padahal menurut pengalaman kami bisa jadi sumber penyebab kegagalan anak kita bisa jadi karena banyak guru yg kurang pandai mengajar (bukan guru favorit bagi anak dan terpaksa jadi guru), Orang tua yg tidak mampu membimbing anak dengan baik, Sistem sekolah yg terlalu menekan dengan setumpuk mata pelajaran yg harus dikuasai anak, padahal gurunya saja hanya menguasai satu bidang mata pelajaran untuk di ajarkan. dan banyak lagi penyebab lainnya yg bukan bersumber dari si anak sendiri.
Ingatlah bahwa ternyata Para Pimpinan perusahaan terkemuka di dunia sesungguhnya ternyata lebih menyukai orang yg pernah gagal namun jujur mengakuinya, dan bukan orang yg takut gagal dan berbohong.
Karena kebohongan itu adalah awal dari semua kejahatan dimuka bumi ini.
Mari kita renungkan bersama....
QUOTE ALBERT EINSTEIN TENTANG GAGAL DAN SUKSES
Quotes Albert Eintein ini akan sangat BAGUS
sekali apabila di TEMPEL BESAR-BESAR DI TIAP KELAS DI SEKOLAH2
INDONESIA; Terutama di musim ujian sekolah dan UAN.
"A person who never made a mistake never tried anything new."
"Seseorang yg tidak tidak pernah melakukan kesalahan tidak pernah menciptakan sesuatu yg baru"
Dari catatan sejarah temuan2 besar tercipta akibat para Ilmuan melakukan kesalahan dan kegagalan;
Pinicilin lahir karena kesalahan Alexender Fleming; ceroboh meletakkan bahan percobaannya; hingga akhirnya ditumbuhi Jamur (bahasa jawa "Jamuren")
Namun ternyata dari jamur tersebut lahirlah ide "anti biotik" yg berhasil menyelamatkan nyawa jutaan orang di dunia.
Edison menciptakan lampu listrik setelah melakukan percobaan gagal coba lagi gagal lagi dan coba lagi hingga yg ke 1000x.
Soichiro Honda ratusan kali berekperimen gagal coba, gagal lagi dan coba lagi, hingga akhirnya berhasil membuat "Piston" yg saat ini digunakan untuk "Jeroan" mesin motor Honda.
TAPI SAYANGNYA DI SEKOLAH, ANAK2 KITA DIAJARI TIDAK BOLEH GAGAL DAN GAGAL ITU ADALAH BODOH, SALAH DAN MEMALUKAN.
Di sekolah KEGAGALAN bukanlah landasan untuk menemukan KEBERHASILAN. Kegagalan adalah memalukan. Sangat berbeda jauh dengan pemikiran para ilmuan tentang kegagalan.
Quote Albert Einstein itu juga menjadi Landasan di temukannya Produk "Post It" oleh perusahaan 3 M. Perusahaan Besar yg memproduksi alat-alat perkantoran.
Post It adalah kertas Tempel Warna kuning, pink dsb yg sekarang banyak di gunakan di kantor2 sebagai pesan pengingat tertulis di dinding/partisi.
"Post It" ditemukan oleh 3 M, karena sebuah kesalahan menciptakan lem, mereka GAGAL dalam menciptakan Lem yg dapat menempel kuat secara permanent di dinding, Namun akibat ke gagalan tersebut justru melahirkan ide kreatif untuk menciptakan produk kertas tempel bernama '"Post It"
"A person who never made a mistake never tried anything new."
"Seseorang yg tidak tidak pernah melakukan kesalahan tidak pernah menciptakan sesuatu yg baru"
Dari catatan sejarah temuan2 besar tercipta akibat para Ilmuan melakukan kesalahan dan kegagalan;
Pinicilin lahir karena kesalahan Alexender Fleming; ceroboh meletakkan bahan percobaannya; hingga akhirnya ditumbuhi Jamur (bahasa jawa "Jamuren")
Namun ternyata dari jamur tersebut lahirlah ide "anti biotik" yg berhasil menyelamatkan nyawa jutaan orang di dunia.
Edison menciptakan lampu listrik setelah melakukan percobaan gagal coba lagi gagal lagi dan coba lagi hingga yg ke 1000x.
Soichiro Honda ratusan kali berekperimen gagal coba, gagal lagi dan coba lagi, hingga akhirnya berhasil membuat "Piston" yg saat ini digunakan untuk "Jeroan" mesin motor Honda.
TAPI SAYANGNYA DI SEKOLAH, ANAK2 KITA DIAJARI TIDAK BOLEH GAGAL DAN GAGAL ITU ADALAH BODOH, SALAH DAN MEMALUKAN.
Di sekolah KEGAGALAN bukanlah landasan untuk menemukan KEBERHASILAN. Kegagalan adalah memalukan. Sangat berbeda jauh dengan pemikiran para ilmuan tentang kegagalan.
Quote Albert Einstein itu juga menjadi Landasan di temukannya Produk "Post It" oleh perusahaan 3 M. Perusahaan Besar yg memproduksi alat-alat perkantoran.
Post It adalah kertas Tempel Warna kuning, pink dsb yg sekarang banyak di gunakan di kantor2 sebagai pesan pengingat tertulis di dinding/partisi.
"Post It" ditemukan oleh 3 M, karena sebuah kesalahan menciptakan lem, mereka GAGAL dalam menciptakan Lem yg dapat menempel kuat secara permanent di dinding, Namun akibat ke gagalan tersebut justru melahirkan ide kreatif untuk menciptakan produk kertas tempel bernama '"Post It"
MENTAL "BUKAN" PENGEMIS
Ini bukan foto baru. Foto-foto ini sudah beredar di dunia maya sejak 2006 ..
Dia yang berkebutuhan khusus pun masih mau berusaha menggunakan kedua kakinya untuk bekerja: melepas ban sepeda, menambalnya dan kemudian memasangnya kembali. Meskipun nampak sederhana,
ini bukan sebuah pekerjaan yang mudah, bagi seseorang yg tdk memiliki tangan secara sempurna.
Mengapa kita tidak mensyukuri (ke)sempurnaan ciptaan Tuhan dan masih saja sering mengeluh dan menyalahkan takdir
Share From Mas Gustav
AYAH, PLEASE HELP SAYA DAN SUAMI BELUM KOMPAK NIH.
Salam Kenal ayah, alahamdulilah saya sempat menemukan ayah di majalah MB, saya ibu dengan seorang putera berumur 3,3tahun, saya sudah memiliki semua buku ayah. Buku yang pertama sudah saya terapkan ke anak saya alhamdulilah tantrum udah kurang yang ingin saya tanyakan. kalo saya marah ke anak saya biasanya langsung meninggalkannya dengan berkata " terserah " kamu mau buat apa ? tapi yang terjadi dia malah marah dan bilang jgn tinggalkan bunda sambil menangis apa yang harus saya lakukan ?
yang kedua pola didik saya ke anak mengikut dengan yang diajarkan oleh PG tempat saya menyekolahkannya yang menurut saya sesuai dengan pola saya dirumah, tetapi suami saya marah katanya tidak semua cara didik disekolah harus kita ikuti nah ini kadang yang membuat kami sering bertengkar tentang cara mengasuh anak, saya sarankan untuk baca buku ayah katanya tdk sempat, mendengarkan Smart juga tidak mau jadi apakah saya jalan saja sesuai dengan pola saya saja tanpa perlu mendengar pola mengasuh suami.
hormat saya,
Sakina
Bu Sakina yang baik,
Untuk menyelesaikan masalah anak terlebih dahulu harus kita selesaikan dulu masalah ibu dengan suami, mengapa? Karena anak kita setiap hari belajar dari kedua orang tuanya, manakala kedua orang tuanya belum ada kesamaan pandangan maka sulit sekali berhasil.
Masalah dengan suami mengenai anak biasanya bersumber pada dua hal, yang pertama masalah pribadi ibu dengan suami yang belum tersolusikan sehingga merambat pada masalah anak, ke dua adalah masalah Tradisi Mendidik yang berbeda antara keluarga ibu dan keluarga suami.
Sementara solusi dari semua masalah ibu dengan suami adalah satu saja, kemauan untuk mendengarkan sampai lawan bicara puas menyampaikan isi hatinya dan menaruh empati pada apa yang disampaikannya bukannya memojokan atau menyalahkannya.
Saya menemukan hampir semua masalah rumah tangga bersumber dari ketidakmampuan kita dalam berkomunikasi yang menyenangkan lawan bicara kita. Cobalah ibu pelajari dan praktekkan cara komunikasi yang baik dan menyenangkan pada buku ke-2 kami yang berjudul Mendidik Anak Zaman Sekarang. Meskipun buku ini untuk berkomunikasi dengan anak, namun sangat bisa sekali untuk deterapkan pada pasangan kita. Ambil contoh banyak para suami yang enggan membaca buku, alasannya karena cara istrinya meminta membaca buku menyinggung perasaanya seolah-olah ia adalah suami yang bodoh dan tak tahu mendidik anak (begitu cerita sebagian suami yang pernah saya bantu melalui proses konseling)
Fokuskan pikiran dan upaya ibu untuk berkomunikasi yang baik dengan suami sehingga ia pada akhirnya mau membaca buku dan mendengarkan siaran/tayangan pendidikan anak dengan kalimat yang tidak menyinggung perasaan, Insya Allah lambat laun hatinya akan tergugah juga apalagi jika ditambah doa dari ibu.
Mengenai masalah yang kedua, coba bayangkan seandainya ibu seorang penegak hukum, kemudian ibu berusaha menetapkan aturan-aturan namun ternyata tidak dipatuhi. Namun bukannya ibu berusaha untuk tetap konsisten menegakkan aturan dan memberikan sangsi bagi si pelanggarnya, melainkan ibu malah mengatakan “Terserah” Coba tebak apa yang terjadi dengan si pelanggar?
Jauh lebih baik, jika sebelum bicara ibu menetapkan dulu apa yang ibu inginkan atau apa yang akan ibu atur, pikirkan bagaimana agar secara realistis dan bertahap si kecil mampu dan mau memenuhi keinginan/aturan ibu. Jelaskan dengan bahasa yang mudah dipahami anak-anak mengapa ibu menginginkan hal tersebut dilakukannya.
Dan yang paling penting ibu mempersiapkan minimal 2 opsi jika si kecil menolak memenuhinya, misalnya; baiklah jika kamu tidak mau memenuhinya maka kamu hari ini tidak bisa bermain sepeda atau jam main gamenya dikurangi jadi 15 menit dsb. Dan ingat jika ibu sudah menetapkan kesepakatan ini, apapun alasan anak tetap laksanakan dengan tegas dan jangan ada kompromi atau bilang “Terserah” lagi.
Cobalah baca buku tersebut satu-demi satu sekali lagi, jika terjadi kegagalan dalam mendidik, pasti ada kebiasaan yang ibu langgar termasuk dalam hal ini kami menduga ibu telah melanggar kebiasaan yang ke 7 yakni Ayah Bunda Tidak Kompak, lalu kebiasaan ke 13 Mudah menyerah dan Pasrah dll. Silahkan temukan kebiasaan lainnya yang berhubungan, dan jika ibu berhasil meneukannya lalu mengubahnya secara konsisten maka Insya Allah prilaku anak ibu akan segera berubah.
Disekolah kami juga menerapkan buku yang sama untuk lebih dari 40 anak KB & TK, dan kami hanya membutuhkan waktu paling lama 3 bulan saja untuk mengubah prilaku anak yang paling buruk sekalipun. Dan waktu tiga bulan tersebut kami butuhkan paling lama justru untuk mengubah kebiasaan orang tuanya yang membuat anaknya berprilaku buruk seperti itu.
Sekali lagi buku hanyalah ibarat resep obat dari dokter, jika resepnya ibu tebus tapi obatnya tidak ibu minum sesuai anjuran maka sulit berharap penyakit kita akan sembuh.
Selamat mencoba, jika kita mau pasti bisa, bukan jika saya bisa pasti saya mau mencobanya.
PARA PEMBUAT KAMERA YG JENIUS !!!
Perhatikanlah baik-baik gambar ini;
Yang sebelah kiri adalah foto saya kira 36 tahun yg lalu, foto yg diambil saat saya masih kecil dulu dan yg disebelah kanan adalah foto anak saya sekarang.
Dalam waktu 36 tahun banyak sekali perkembangan yg menakjubkan dari dunia kamera dan fotografi kita; begitu cerdasnya para pembuat kamera mengembangkan sistem kamera mereka.
Masih ingat dulu waktu masih kecil jika kita di foto; maka juru kameranya pasti akan bilang; “oke tenang ya..., Diam, awas ya... jangan bergerak !!, ya siaaappp” lalu Klik kamera berbunyi dan jadilah fotonya seminggu kemudian.
Mengapa juru kameranya sampai HARUS berkata demikian???
Ya, karena kamera waktu itu masih kuno; belum bisa menangkap objek bergerak; jadi anak-anak kita yg sejatinya adalah mahluk-mahluk ekspresif yg suka bergerak; mau tidak mau harus mengikuti sistem kamera yang kuno tadi, dan mau tidak mau anak-anak di paksa untuk bersikap sempurna dan diam sebelum di foto.
Namun betapa cerdasnya para pembuat kamera tersebut; ternyata mereka memahami betul bahwa dunia anak adalah dunia bergerak; bebas berekspresi sesuai fitrah bawaan lahir mereka. Dan tugas Kamera sejatinya adalah untuk bisa MENGABADIKAN momen yg sangat indah dan berharga ini yg mungkin tidak pernah bisa terulang kembali.
Jadi mengapa anak-anak harus dipaksa untuk diam ?;
Mengapa bukan sistem kameranya yg dibuat agar bisa membuat setiap anak bebas bergerak dan berekspresi pada saat difoto ?
Dengan demikian maka akan tampak keaslian seorang anak pada saat di foto.
Maka dengan sebuah upaya kerja keras akhirnya mereka berhasil menciptakan kamera otomatis yg bisa menangkap anak2 yg sedang bergerak dan berekpresi. Melalui sistem yg disebut Kids option atau Motion Picture atau anti getar dsb, tergantung jenis dan merek kamera masing2.
Namun pada intinya tetap sama bahwa kamera tersebut bisa mengabadikan anak2 yg sedang bergerak dan berekspresi bebas.
Para pembuat kamera ini sadar bahwa seharusnya sistem kameranyalah yg disesuaikan dengan dunia anak dan bukan anaknya yg terus menerus dipaksa untuk menyesuaikan dengan sistem kameranya.
Wow !!! What a genius way of thinking !!! (sebuah pemikiran yg sangat jenius)
Bahkan tidak hanya itu; fotopun di buat berwarna; untuk menampilkan warna-warni alami dari masing-masing anak; dan bahkan sejak era foto digital, hasil jepretan kamera bisa langsung di lihat seketika tanpa perlu menunggu berhari2 dan bisa di pindahkan ke kertas foto, hp, komputer dsb.
Tidak ada lagi foto hitam putih.... semuanya berwarna persis seperti berwarna-warninya dunia anak-anak kita.
Sungguh kreatif luar biasa para pembuat kamera tersebut.!!!
Hingga saat ini tidak pernah ada lagi orang tua yg berkata, “Hei diam ya jangan bergerak... mau difoto nich...!!!!”
Jika ada orang tua yg masih memaksa anaknya diam saat difoto itu artinya kameranya sudah usang, ketinggalan zaman dan perlu segera diganti dengan yg baru.
Atau kemungkinan lain orang tuanya GAPTEK (Gagap Teknologi) dan harus lebih banyak belajar.
Pertanyaan besar bagi kita semua, lalu bagaimana dengan SISTEM SEKOLAH ANAK KITA ?
Apakah anak kita hingga saat ini masih saja terus dipaksa untuk menyesuaikan dengan sistem sekolah ??? harus duduk diam, tidak boleh bergerak dan berekpresi bebas.
Apakah sistem sekolah kita masih menggunakan pendekatan ”HITAM-PUTIH” ??
Anak pintar-anak bodoh, anak baik-anak nakal, anak juara-anak gagal, anak rajin-anak malas dst. ???
Jika jawaban kita adalah ”Ya Masih !!”
Menurut anda apakah anaknya yg bermasalah atau sistem sekolahnya yg sudah usang dan ketinggalan zaman....?
Hati-hati jangan2 selama ini kita tidak tahu dan menyadari bahwa sistem sekolah tempat anak kita bersekolah saat ini masih sama dengan Kamera yg sudah kuno dan usang tadi; yg sistem teknologinya sudah lama ditinggalkan oleh para pembuat kamera di seluruh dunia.
MARI KITA RENUNGKAN BERSAMA !!!
Selamat berlibur bersama keluarga dan
”Chiiiiisssss....... ayo bergerak dan berekspresi ya nak !!!”
Salam hangat,
Ayah edy
PELANGI-PELANGI CIPTAAN TUHAN, SEBUAH LAGU YG PENUH DENGAN MAKNA KEHIDUPAN.
PELANGI-PELANGI ALANGKAH INDAHMU......
Dimanapun kita melihat pelangi muncul di kaki cakrawala akan nampak indah dan selalu membuah Indah suasana.
Tapi sayangnya sistem sekolah kita, para guru dikelas tidak mau mengakui perbedaan warna-warni dari anak-anak kita. Setiap anak di haruskan memiliki warna yg sama. Perbedaan pikiran, jawaban, ide, cara belajar "TIDAK BOLEH TERJADI DI SEKOLAH", Hanya ada satu warna dalam kelas. Duduk manis, Mendengar dan Mencatat jawab soal sesuai teks book.
Hingga di rumah, akhirnya orang tuapun ikut2an membanding2kan anaknya antara satu warna dengan warna lainnya, seolah2 ada satu warna yg lebih hebat dari warna lainnya; bukannya menyatukan warna-warni dari anak kita agar bisa menjadi sebuah pelangi yg Indah dalam keluarga.
MERAH KUNING HIJAU DI LANGIT YG BIRU....
Pelangi tercipta dari warna-warni yg berbeda; Merah, Jingga, Kuning, Hijau, Biru, Nila dan Ungu.
Kita masih juga banyak yg belum menyadari bahwa anak2 itu memang pernuh warna-warni yg berbeda; mulai dari sifat dasar bawaan lahirnya, tingkah lakunya, cara berbicaranya, cara belajarnya, keinginannya, cita-citanya hingga bidang2 pelajaran yg disukainya.
Sayangnya guru di sekolah dan orang tua dirumah banyak yang belum mengetahui ke unikan masing2 warna anak tadi; hingga anak yg harusnya di didik sesuai warna yg dimilikinya melainkan semuanya di pukul rata.... disamakan... setiap anak harus mengusai semua warna pelajaran dengan nilai minimal, dan juaranya adalah anak yg berhasil mencapai nilai tertinggi disemua warna pelajaran...karena warna-warna tadi dipaksa di campurkan hingga akhirnya muncullah warna kelabu di pelupuk mata anak-anak kita.
PELUKIS MU AGUNG SIAPA GERANGAN...?
Disadari atau tidak gabungan dari warna pelangi ini adalah maha karya agung sang pencipta alam semesta.
Namun sayangnya banyak diantara kita yg masih juga belum sadar bahwa warna2 itu adalah MAHA KARYA dari Pelukis yang Agung. Yang harus dimunculkan masing-masing dan bukan dicampur sama ratakan hingga menghasilkan warna kelabu.
Hingga akhirnya sampai saat ini kita masih saja mempertahankan sistem pendidikan yg tidak mengakui adanya ke unikan warna masing-masing anak; mereka semua di paksa mengikuti sistem yang seragam sama tampa memperdulikan perbedaan unik warna masing2 anak. Dan akhirnya warna kelabu atau bahkan hitamlah yg muncul menghiasi bumi pertiwi ini.
PELANGI-PELANGI CIPTAAN TUHAN.
Perbedaan warna-warni pelangi anak kita adalah Ciptaan Tuhan yg Maha Sempurna. Tidak ada yg salah dengan perbedaan anak-anak kita; jika masing2 warna bisa menunjukkan keunggulannya dan berdampingan secara damai maka jadilah mereka semua pelangai Indah yg akan menghiasi bumi pertiwi ini.
Jadi pertanyaannya adalah;
Warna-warni pelangi anak kita yang harus diperbaiki atau sistem pendidikan dan pola asuh kitalah yg harus diperbaiki?
Terimakasih Pak AT Mahmud, yg telah menciptakan lagu Pelangi-Pelangi yg sarat akan Makna Kehidupan.
Terimakasih Pak AT Mahmud yg sudah menydarkan kita para orang tua dan guru bahwa dalam diri anak-anak kita ada warna-warni pelangi yg berbeda dan Indah.
Dan Pelangi itu akan menjadi Indah jika warna-warni asli mereka tidak diseragamkan, melainkan dimunculkan satu persatu sebagai keunggulan unik masing-masing anak.
Pelangi itu akan menjadi Indah bila masing-masing warnanya dimunculkan masing-masing tanpa ada pengakuan bahwa satu warna pelajaran/bidang keahlian tertentu lebih unggul dari warna pelajaran/bidang keahlian lainnya bak sebuah pelangi yg Indah di angkasa raya, yg terdiri dari warna-warni yg berdampingan secara damai dan saling melengkapi.
Mari kita renungkan bersama.
RENUNGAN UNTUK TENTANG BAHAGIA DAN SUKSES
Anak yg berhasil menemukan KEBAHAGIAAN dalam hidupnya, akan membahagiakan ORANG TUANYA. Pasti !!!
Ini hasil pengalaman dan temuan baru kami setelah membimbing banyak anak2 yg oleh orang tuanya di dukung untuk memilih jalan hidup yg membahagiakan dan bukan memaksanya untuk memilih bidang2 yg menurut perkiraan orang tuanya akan menjadikannya sebagai orang kaya.
Namun alam semesta Memang Sungguh Luar Biasa !!!
Ternyata mereka pada akhirnya justru menjadi "Money Magnet" secara alamiah; karena telah menjadi orang yg bahagia dengan bidang yg dipilihnya dan menjadi terbaik dibidang yg dipilihnya.
Percaya atau tidak itu adalah pilihan kita masing-masing.
Nia Alvita, menjadi Director of Choreography, di Los Angeles usia 19 tahun, saat ini sedang di percaya untuk menjadi Penata Tari Hip Hop Bali untuk mengikuti Festival Film di Eropa.
Ini hasil pengalaman dan temuan baru kami setelah membimbing banyak anak2 yg oleh orang tuanya di dukung untuk memilih jalan hidup yg membahagiakan dan bukan memaksanya untuk memilih bidang2 yg menurut perkiraan orang tuanya akan menjadikannya sebagai orang kaya.
Namun alam semesta Memang Sungguh Luar Biasa !!!
Ternyata mereka pada akhirnya justru menjadi "Money Magnet" secara alamiah; karena telah menjadi orang yg bahagia dengan bidang yg dipilihnya dan menjadi terbaik dibidang yg dipilihnya.
Percaya atau tidak itu adalah pilihan kita masing-masing.
Nia Alvita, menjadi Director of Choreography, di Los Angeles usia 19 tahun, saat ini sedang di percaya untuk menjadi Penata Tari Hip Hop Bali untuk mengikuti Festival Film di Eropa.
RENUNGAN AKHIR PEKAN BAGI PARA ORANG TUA DAN GURU
Jangan ajari anakmu untuk menjadi kaya.
tapi ajarilah anakmu untuk menjadi bahagia.
Hingga kelak saat dia tumbuh besar nanti, dia akan melihat segala hal berdasarkan seberapa tinggi nilai kemanusiaanya dan bukan seberapa mahal harganya.
WAJAH ANAK ADALAH ALAT REKAM YG AKURAT
Itulah
pengalaman kami selama lebih dari 7 tahun mendirikan sekolah yang
mengubah anak2 yg awalnya banyak membawa masalah pola asuh dan prilaku
bermasalah hinngga pada akhirnya menjadi anak yang sangat nice dan wise.
Nah sekarang coba perhatikan wajah anak kita, perhatikan baik-baik apakah wajahnya masih seperti fitrah aslinya dulu pada saat dilahirkan atau mulai berubah penuh guratan emosi dan tekanan kekerasan.
Di waktu2 senggang sy sengaja meluangkan waktu untuk memperhatikan wajah anak saya untuk mengetahui lebih cermat gurat-gurat manakah yg lebih banyak tampak di wajahnya, apakah guratan bahagia atau kekerasan. Untuk menjadi cermin dan pengingat dari pola asuh kami orang tuanya. (karena kami Home Schooling jadi kami bertanggung jawab penuh terhadap guratan wajah yg ada pada anak kami)
Yuk... sekali-sekali kita coba dech... ,
Perlahan2 kita akan bisa membedakan anak mana dengan wajah yg menyimpan banyak gurat kekerasan dan tekanan dan anak mana yg penuh dengan guratan cinta dan kebahagiaan.
Ini adalah bagian dari teknik membaca Tanda-tanda kebesaran Tuhan dalam diri seorang anak. Mau coba ???
Nah sekarang coba perhatikan wajah anak kita, perhatikan baik-baik apakah wajahnya masih seperti fitrah aslinya dulu pada saat dilahirkan atau mulai berubah penuh guratan emosi dan tekanan kekerasan.
Di waktu2 senggang sy sengaja meluangkan waktu untuk memperhatikan wajah anak saya untuk mengetahui lebih cermat gurat-gurat manakah yg lebih banyak tampak di wajahnya, apakah guratan bahagia atau kekerasan. Untuk menjadi cermin dan pengingat dari pola asuh kami orang tuanya. (karena kami Home Schooling jadi kami bertanggung jawab penuh terhadap guratan wajah yg ada pada anak kami)
Yuk... sekali-sekali kita coba dech... ,
Perlahan2 kita akan bisa membedakan anak mana dengan wajah yg menyimpan banyak gurat kekerasan dan tekanan dan anak mana yg penuh dengan guratan cinta dan kebahagiaan.
Ini adalah bagian dari teknik membaca Tanda-tanda kebesaran Tuhan dalam diri seorang anak. Mau coba ???
Subscribe to:
Posts (Atom)