Acara Pemetaan Potensi Emas Anak di Giayar Bali
Saya selalu tertarik dengan biografi atau riwayat masa kanak-kanak orang sukses.
Mulai dari Orang Asing dan Tokoh Dunia dari Barat semisal Thomas Edison, Albert Einstein, Leonardo Da Vinci dan dari Timur semisal Ibnu Rusyd, Al Qindi dll.., hingga Tokoh2 Nasional seperti Daoed Yousoef, Bung Karno, Ki Hadjar Dewantara, Buya Hamka, KH Hasyim Azhari, KH Wahid Hasyim, Rudi Hartono, Ciputera termasuk juga bapak Presiden kita, dan tokoh sukses Indonesia lainnya.
Saya selalu menemukan hal yang sama dalam diri mereka yakni orang tua mereka sejak kecil mengajari tentang Filosofi Kebijaksanaan Hidup atau Wisdom.
Sepertinya Wisdom atau Kebijaksanaan hidup inilah yang telah menjadi pondasi kuat untuk sukses hidupnya.
Dan pada umumnya sejak kecil mereka ditempa oleh kesusahan hidup, dan bukan anak-anak yang banyak diberi fasilitas dan kemudahan oleh orang tuanya.
Oleh karena itulah disekolah kami memutuskan untuk lebih dulu mengajarkan WISDOM pada anak dididik kami dan bukanna baca tulis hitung.
Dan alhamdullilah semoga kelak anak-anak didik kami dan anak kami bisa menjadi orang yang berpikir bijak dan bukan hanya sekedar PINTER APA LAGI KEMINTER.
Namun karena orang Indonesia hampir sangat sedikit sekali yang pernah diajar tentang kibijaksanaan hidup maka bayak yang tidak paham seperti apa contoh dari sebuah KEBIJAKSANAAN atau Wisdom of life itu.
Nah bagi ayah bunda yang ingin tahu contoh Wisdom itu apa mari simak dengan baik kisah berkut ini;
------ Kuatkan hati untuk terus membaca tulisan ini.
ayah bunda tercinta,
APAKAH KITA GALAU KARENA ANAK KITA TIDAK BERHASIL MASUK RANGKING ATAU MENJADI JUARA DI KELASNYA ?
Bacalah dan renungkanlah kisah ini baik-baik;
HIDUP INI BUKANLAH SEBUAH PERLOMBAAN DAN PERSAINGAN YANG KUAT MENGALAHKAN YANG LEMAH
HIDUP INI BUKANLAH PERSAINGAN UNTUK MENJADI YANG TERBAIK, MELAINKAN PERSAINGAN UNTUK MENJADI YANG PALING BERGUNA BAGI ORANG LAIN.
Dr. Arun suatu ketika memetik sebuah kisah tentang contoh konkret Bijaksana dari sebuah buku yg ditulis oleh James Bender berjudul “How to Talk Well” (New York;McGray-Hill Book Company,Inc., 1994)
Sebagai penjelasan lanjutan kepada mahasiswanya mengenai pemahamannya tentang bijaksana dan pintar.
Nah Apakah keluarga Indonesia masih ingat quotenya Dr Arun...?
Berikut petikannya;
Banyak orang tua, pendidik dan guru lebih suka dan bahagia jika murid2nya Pintar. Saya lebih suka dan bahagia jika murid2 saya menjadi lebih BIJAKSANA.
Mengapa? Karena orang yg Bijaksana sudah tentu pintar tapi orang yg pintar belum tentu bijaksana.
Lalu apa bedanya ?
Pintar adalah mengarahkan cara berpikir untuk bisa mengambil ke
untungan dari orang lain sedangkan Bijaksana adalah mengarahkan cara berpikir untuk bisa membuat semua orang beruntung.
–Dr. Arun Gandhi-
Pendidik dengan hati
Berikut kira-kiara petikan terjemahan kisah seorang pengusaha jagung yg bijaksana;
Di sebuah pedesaan, tempat di mana tanah yang sangat subur dapat menumbuhkan tunas-tunas jagung, ada seorang petani yang berhasil memenangkan kontes pertanian selama bertahun-tahun. Hal ini menarik perhatian seorang wartawan, karena di desa itu ada puluhan petani yang juga memiliki kebun jagung.
Untuk mengungkap rahasia kemenangan selama bertahun-tahun itu, sang wartawan mengunjungi sang petani untuk wawancara singkat.
“Apakah Anda memiliki rahasia khusus untuk memenangkan kontes hasil panen jagung terbaik setiap tahun?” tanya sang wartawan.
Petani yang tampak bersahaja itu tersenyum lalu menjawab, “Saya tidak punya rahasia khusus, karena bibit jagung milik saya yang memenangkan kontes, pada akhirnya selalu saya bagi-bagikan pada petani lain, karena itu adalah bibit jagung terbaik.”
Sang wartawan tampak bingung, berarti semua petani memiliki bibit jagung yang sama-sama baik. “Mengapa Anda membagikan bibit jagung terbaik? Bukankah semua petani di desa ini mengikuti kontes yang sama, Anda tak takut kalah?”
Sang petani terkekeh pelan, “Aku sama sekali tidak memikirkan menang ataupun kalah, anak muda. Kau harus tahu bahwa angin dapat menerbangkan serbuk sari bunga-bunga jagung dan terbang dari satu ladang ke ladang yang lain. Bila ada serbuk sari tanaman jagung dengan bibit yang buruk terbang ke ladang jagungku, itu akan menurunkan kualitas jagung saya dan juga seluruh hasil jagung penduduk desa ini. Saya ingin mendapat hasil jagung terbaik, karena itulah saya menolong tetangga saya untuk mendapat bibit jagung yang baik pula.”
Itulah gambaran seorang petani jagung yang bijak yg tidak berusaha untuk mencari keuntungan semata dari orang lain dan lingkungan sekitarnya, tapi mencari keuntungan dengan cara membuat orang2 di sekitarnya juga beruntung.
Semoga menjadi inspirasi dan pencerahan bagi kita dalam mengarungi kehidupan ini.
www.ayahkita.blogspot.co.id
Silahkan share jika kisah ini di rasa bermanfaat bagi orang banyak.
Let's Make Indonesian Strong from our home...
Mari kita bangun Indonesia yang kuat dari keluarga.
by ayah edy.
No comments:
Post a Comment