Jadi seorang Ibu dan orang tua zaman sekarang gak semudah yang kita bayangkan lho
Para orang tua dan guru yang berbahagia mari kita simak cerita berikut.
Bu Lelly (bukan nama aslinya) adalah seorang ibu rumah tangga dengan 3 orang anak, 2 laki-laki dan satu orang perempuan.
Dulu bu Lelly adalah orang tua yang bekerja, namun karena ia dan suaminya melihat bahwa anak-anaknya mulai beranjak dewasa, dan prilakunya mulai “agak-agak” sulit di kendalikan maka pada akhirnya Bu Lelly memutuskan untuk berhenti bekerja dan tinggal dirumah dengan tujuan untuk bisa sepenuhnya mengurus anak-anaknya.
Tadinya dia berpikir bahwa dengan kehadiran penuh dirumah akan bisa membuat anak-anaknya tumbuh menjadi lebih baik, namun ternyata tidaklah sesederhana itu.
Setelah 2 tahun bu Lelly menjadi ibu penuh waktu di rumah ternyata setiap pagi ia masih harus berteriak-teriak pada anaknya yang sulit sekali dibangunkan untuk mandi, sarapan dan siap-siap menunggu mobil jemputan sekolah. Ia juga kewalahan mengatasi dua anak lelaki kakak beradik yang hampir setiap hari bertengkar tidak ada habis-habisnya, terkadang bu Lely menjadi senewen karena permasalahannya selalu saja hal-hal yang remeh-temeh, seperti rebutan mainan, rebutan makanan, rebutan mendapatkan perhatian dsb.
Pertengkaran yang bermula dari anak ini mulai ternyata merambat pada pertengkaran antara bu Lelly dengan suaminya. Karena setiap suaminya pulang kantor selalu mendapati anak-anaknya sedang membuat kegaduhan. Dimata si ayah merasa bahwa istrinya tidak mampu untuk mengatur anak-anaknya, sementara di mata bu Lelly sendiri merasa suaminya mau enaknya saja, tidak mau terlibat dan mudah menyalahkan, habis kerja ingin santai sementara Bu Lelly merasa pekerjaannya dari pagi hingga malam tidak ada habis-habisnya.
Bu Lelly kerap kali teriak pada suaminya katanya ”kamu belum tau aja ternyata mengerjakan tugas-tugas di Kantor itu jauh lebih mudah ketimbang mengurus dan mendidik anak-anak di rumah”. Dan suaminya cenderung menghindar dengan tidak mau bicara dan mengunci diri dikamar.
Bu Lelly semakin hari semakin tampak lusuh karena stress, ia sering menangis sendiri di kamar, terutama karena beberapa hari lalu ia sempat di panggil ke sekolah karena prilaku anaknya yang suka memukul temannya, dan mulai suka membolos.
Dia kerap kali mengadukan prilaku anak-anaknya pada suaminya, namun suaminya selalu menghindar dan sering kali menepis, ya kita bagi-bagi tugas lah, sayakan cari uang jadi kamulah yang urus anak-anak. Percuma saja dong kamu berhenti kerja kalo ternyata anak-anak masih juga seperti ini. Bukan main hancur hati Bu Lelly, ia merasa tidak di hargai, betapa ia telah mengambil keputusan yang berat untuk meninggalkan pekerjaan yang di cintai demi anak-anaknya. Sementara suaminya sama sekali tidak pernah merasa berterimakasih atas keputusan itu, malah selalu saja menempatkan bu Lelly sebagai pihak yang bersalah.
Mulai nampak garis-garis keretakan di keluarga ini, Bu Lelly mulai kehilangan rasa hormat pada suaminya, sementara suami terus saja mengkomplain istrinya. Mereka mulai jarang bicara satu sama lain. Masing-masing menganggap pasangannya tidak becus sebagai orang tua juga sebagai pasangan, masa-masa indah saat dulu mereka baru menikah tidak pernah lagi mereka alami.
Dan apa yang akibatnya, prilaku anak-anak mereka semakin hari semakin menjadi-jadi, Bu Lelly semakin sering di panggil kesekolah dan bahkan di ancam anaknya akan di keluarkan dari sekolah jika bu Lelly tidak berhasil merubah prilaku anaknya. Terbayang sudah hari-hari kelam yang akan di alami oleh keluarga ini.....
Nah buat anda yang sedang membaca tulisan ini, ketahuilah bahwa mendidik anak....adalah kalimat yang sederhana dan mudah untuk di ucapkan namun tidak sederhana untuk dilakukan, kisah di atas hanyalah sebagian kecil dari romantika keluarga dalam membesarkan anak-anaknya.
Masih banyak lagi kasus-kasus yang tak kalah serunya yang dialami oleh banyak orang tua di hampir setiap pelosok negeri ini. Banyak yang berhasil namun jauh lebih banyak lagi yang gagal.
Mendidik anak akan terlihat sangat berbeda dari zaman ke zaman. Kita sering membayangkan bahwa zaman kita dulu sepertinya tidak seperti anak-anak kita zaman sekarang. Kita dulu meresa masih menurut dan mudah di atur oleh orang tua kita, dan cenderung tidak banyak melakukan hal yang aneh-aneh.
Tapi kenapa ya anak sekarang ini kok jadi kayak gini.......?
Yah begitulah...., oleh karena itu orang bijak pernah bertitip pesan pada kita para orang tua “Didiklah anak-anakmu sesuai zamannya, karena ia akan hidup pada zamannya dan bukan pada zaman kamu dahulu hidup”
Namun sayangnya cara kita mendidik ternyata dari generasi ke generasi cenderung sama, karena sebagaian besar cara kita mendidik adalah apa yang kita warisi dari orang tua kita dulu mendidik kita.
Pola yang sama yang terdiri dari, bentakan, omelan, ancaman, cubitan, jeweran, sumpah serapah dan cara-cara kekerasan lainnya. ya persis..., hampir semuanya kita ulangi lagi pada anak kita.
Jujur saja walaupun pada saat dulu kita anak-anak tidak suka di perlakukan seperti itu, namun setelah dewasa sayangnya kita lupa...dan melakukannya lagi pada anak-anak kita.
Ya itulah yang disebut cara mendidik WARISAN TURUN TEMURUN, YANG TELAH MEMICU KERETAKAN HUBUNGAN ANTARA SUAMI DAN ISTRI, KERETAKAN HUBUNGAN ANTARA ORANG TUA DAN ANAK SERTA ANTAR SESAMA KAKAK DAN ADIK.
Mari kita simak selalu CD Kompilasi Talkshow2 Ayah Edy yang bisa didapat dengan membeli 1 buku ayah Edy melaluik link berikut ini: https://www.facebook.com/Pusat-pemesanan-buku-AYAH-EDY-1538959983042274/timeline/
Isi file cd ini boleh di kopi dalam bentuk apapun, namun dilarang untuk diperjual belikan dalam bentuk apapun.
by ayah edy
www.ayahkita.com
CARA MENDAPATKAN BUKU INI BISA DI BACA melalui link ini:
http://ayahkita.blogspot.co.id/2015/09/mau-pesan-buku-ayah-edy-yang-terbaru.html
No comments:
Post a Comment