Jika kita mulai kesulitan dalam mendidik anak kita yang sudah tumbuh menjadi ABG....
Sudah saatnya kita membaca dan mempraktekkan isi buku ini....
Buku yang lengkap membahas semua problematik ABG mulai dari yang ringan sampai yang berat....
BERIKUT ADALAH SALAH SATU CONTOH KASUS DAN PEMECAHAN MASALAH YANG DI BAHAS DALAM BUKU INI
Silahkan di pelajari dan di prekatekkan:
Bagaimana Mengajarkan Penggunaan Internet yang Bertanggung Jawab pada Anak Remaja?
“Keviiin ... Viiin ... makan dulu. Di mana sih, tuh anak? Rio, abangmu mana, sih?” tanya Titi dengan gelisah kepada anaknya.
“Bunda kayak enggak tahu saja. Biasalah, Kevin di kamar, lagi ‘pacaran’ sama internet,” seloroh Rio.
Titi menggeleng-gelengkan kepala. Putra sulungnya, Kevin, memang getol berselancar di dunia maya. Sepulang sekolah, ia langsung masuk kamar dan connect internet.
Di akhir pekan atau di waktu luang, Kevin juga lebih suka menghabiskan waktu depan laptop daripada keluyuran.
Titi pernah bertanya, “Memangnya mata kamu enggak capek melototin laptop terus? Ngapain saja sih kalau internetan?”
“Di internet sih mau ngapain saja bisa, Bun. Aku browsing, download lagu, download film, nonton klip di YouTube, lihat-lihat 9Gag, upload ke Vine ....”
Titi yang agak gaptek tak paham separuh jawaban Kevin. Apa tadi? 9Gag, Vine, apaan, tuh? Yang Titi tahu, lewat internet, seseorang memang bisa memperoleh banyak informasi dan pengetahuan.
Sebaliknya, lewat internet juga seseorang bisa dipengaruhi hal-hal buruk. Bagaikan pisau yang bisa membantu kita memotong daging dan buah, tetapi bisa juga menjadi alat kejahatan. Nah, yang mana yang akan didapat Kevin?
Duh, bagaimana ya cara mengajarkan penggunaan internet yang bertanggung jawab?
Jawaban Ayah Edy:
Ayah-Bunda tersayang ....
Kata “bertanggung jawab” dalam pertanyaan ini harus didefinisikan dulu. Sebelum ada kata “tanggung jawab”, seharusnya ada peraturan yang ditegakkan. Kalau tidak ada peraturan, kita tak mungkin mengatakan seseorang bertanggung jawab atau tidak. Lah, harus bertanggung jawab terhadap apa? Misalnya, bila ada peraturan si Kakak harus menjaga adiknya saat orangtuanya bekerja, berarti kakak bertanggung jawab terhadap adik. Karena itu, tegakkan dulu peraturannya.
Kata kunci dalam membuat aturan untuk remaja adalah: Libatkanlah dia.
Pertama, ajukan tawaran Anda. Misalnya Anda menawarkan jatah berinternet hanya 2 jam saja atau berinternet hanya boleh setelah belajar dan mengerjakan tugas sekolah.
Setelah ada tawaran dari orangtuanya, anak jadi tahu harus menawar berapa. Misalnya, dia menawar 3 jam karena tugas sekolah biasanya juga harus dikerjakan dengan googling di internet.
Berilah remaja Anda keleluasan untuk menawar, selama alasannya masuk akal. Kalau Anda kurang puas, Anda masih bisa menawar juga.
Jadi, ada proses negosiasi. Inilah bedanya anak-anak dengan remaja. Anak-anak biasanya tidak banyak menawar bila diberi peraturan.
Lewat internet, seorang anak memang bisa memperoleh berbagai ilmu.
Namun, perlukah penggunaan internet dibatasi? Menurut saya, tetap perlu!
Pertimbangan utamanya adalah kesehatan, khususnya mata. Bagaimanapun, radiasi komputer/laptop berdampak buruk. Dalam jangka pendek, mata bisa berair dan lelah.
Reaksi pupil mata terhadap cahaya melambat karena terlalu lama terkena cahaya berlebihan. Kerja mata yang terus menerus di depan laptop juga menurunkan produksi hormon melatonin. Akibatnya, bisa muncul sakit kepala, keletihan serta insomnia, sedangkan dalam jangka panjang, salah satu akibatnya adalah katarak. Jadi, tentu masuk akal bila kita membatasi waktu anak di depan komputer/laptop.
Selain itu, secara psikologis, manusia bisa kecanduan. Bukan hanya kopi atau rokok, tetapi segala hal bisa menjadi candu, termasuk internet.
Bahkan hal yang baik pun bila dilakukan secara berlebihan juga tidak baik. Contohnya olahraga. Olahraga terus menerus secara berlebihan tanpa kenal waktu dan kondisi juga tak baik buat tubuh, bukan?
Jadi, diskusikan dan bernegosiasilah dengan anak, apa saja peraturan berinternet dalam keluarga Anda. Setiap keluarga bisa punya peraturan yang berbeda-beda. Dengan negosiasi, peraturan yang dibuat adalah hasil kesepakatan bersama. Bukan hanya perintah yang searah dari orangtua.
Setelah peraturan disepakati, tuliskan di atas kertas, tandatangani bersama, lalu tempel di tembok. Penting sekali untuk menuangkan peraturan di kertas untuk menguatkan. Selain peraturan, tuliskan juga konsekuensi serta hadiah bila peraturan tersebut dipatuhi atau dilanggar.
Misalnya:
Peraturan yang disepakati: Berinternet hanya boleh 2 jam per hari setelah belajar.
Konsekuensinya jika dilanggar: Misalnya, denda yang diambil dari uang saku sebesar sekian (jumlah sesuai kesepakatan) atau mengurangi waktu berinternet keesokan harinya.
Hadiah bila peraturan tak dilanggar selama sebulan penuh: Penambahan uang saku selama seminggu atau anak boleh membeli buku atau benda yang diinginkan selama ini.
Ingat, ini hanya ilustrasi. Isi peraturan, konsekuensi, dan hadiah berpulang pada kesepakatan keluarga Anda sendiri. Yang jelas, inilah contoh peraturan yang berimbang. Kebanyakan peraturan berat sebelah karena hanya mencantumkan konsekuensi, tetapi tidak ada imbalan bagi yang patuh. Itu hukum yang setengah hati. Terhadap anak-anak, kita harus bersikap sepenuh hati.
Apakah peraturan sebaiknya juga mencantumkan situs apa saja yang tidak boleh dibuka?
Nah, ini agak sulit. Bila kita melarang anak membuka situs-situs tertentu, biasanya yang terjadi adalah kucing-kucingan. Di depan kita, dia tidak membuka situs itu. Namun, di belakang kita, siapa tahu? Daripada anak dilarang, lalu malah kucing-kucingan, sebaiknya kita buka saja situs itu bersama.
Jadi, peraturannya, misalnya: Situs ABC atau XYZ atau situs yang berbau kekerasan atau pornografi hanya boleh dibuka bersama Ayah atau Bunda.
Sebenarnya ketika seseorang melihat gambar orang telanjang bulat atau gambar kelamin sekalipun, reaksinya tergantung persepsi yang tertanam di kepalanya.
Putra saya melihat orang bugil seperti sedang membaca buku anatomi tubuh kedokteran. Dia melihat payudara sebagai alat untuk menyusui anak bayi dan melihat vagina sebagai alat reproduksi dan pembuangan air seni (toxic tubuh). Sebaliknya, sebagian anak lain mungkin melihatnya sebagai gambar erotis. Objek gambar yang dilihat bisa sama, tetapi persepsi yang timbul bisa berbeda-beda.
Situs porno hanya berbahaya bila kita belum menanamkan program kekebalan atau antipornografi di kepala anak. Ketika program yang benar sudah tertanam, yang akan dilihat anak adalah “anatomi tubuh manusia” dan aktivitas reproduksi manusia. Namun, bila yang lebih dulu menanamkan program di kepala anak adalah teman-temannya, maka yang ia lihat adalah gambar-gambar erotis.
Jadi, daripada anak kita membuka situs porno bersama teman-temannya, lalu program yang tertanam di kepalanya adalah program dari kawannya, lebih baik kita dampingi ia membuka situs itu, ajak dia mengobrol dan tanamkan program antipornografi Anda di kepalanya.
Apa tidak ada dampak buruknya bila anak diizinkan melihat situs porno? Jangan-jangan nanti ia malah ketagihan ....
Nah, untuk menjawab pertanyaan ini, silakan lanjutkan membaca Curhat 4.
Curhat 4
Bagaimana Bila Kita Memergoki Anak Menonton Video Porno di Gadgetnya?
Selengkapnya bisa di baca dalam buku ini di Gramedia,
atau bisa di beli on line dan berhadiah CD Parenting senilai Rp. 600.000,- melalui fb berikut ini:
COPAS: https://www.facebook.com/Pusat-pemesanan-buku-AYAH-EDY-1538959983042274/
No comments:
Post a Comment