Indonesia pada hakikatnya merupakan kumpulan dari keluarga yg tersebar dilebih dari 12.000 pulau yg ada di Nusantara. Apabila keluarga2 ini kuat, maka Indonesia akan menjadi Bangsa & Negara yg Kuat dgn sendirinya tanpa perlu konsep yg berbelit-belit & biaya yg membebani negara. Pastikan keluarga & sanak famili kita di seluruh tanah air telah bergabung dlm GERAKAN MEMBANGUN INDONESIA YANG KUAT DARI KELUARGA. Kalau bukan kita, siapa lagi ? Kalau bukan sekarang, kapan lagi ?
SATU-SATUNYA SITUS RESMI AYAH EDY
Saturday, May 12, 2018
AGAR ANAK GEMAR MAKAN YG SEHAT
TIPS PARENTING AYAH EDY SETIAP HARI
Bagaimana membiasakan anak makan dengan teratur, normal, dan mau menyantap jenis makanan yang bervariasi?
Setiap jam makan, Ningrum pasti merasa cemas. Sebab Aya, putrinya agak susah makan. Sekalinya mau makan, lamaaaaa sekali, soalnya selalu diemut dalam mulutnya. Bisa selesai dalam waktu 1,5 jam! Selain itu Aya hanya mau lauk itu-itu saja. Ningrum khawatir anaknya itu tidak mendapatkan gizi yang layak.
Beberapa kali Ningrum lepas kendali, ia pukul dengan pelan pipi anaknya ketika kebiasaan mengemutnya kambuh. Pukulannya sih, nggak sakit, tapi karena kurang sabar, Ningrum kadang berkata dengan nada keras dan membuat Aya menangis. Kalau sudah begitu, Aya tak mau melanjutkan makannya.
“Yang sabar, dong sama anak,” giliran Ningrum kena marah oleh ibunya.
“Eyaaangg...” jerit Aya sambil menghambur dalam pelukan Eyang putrinya. Ningrum hanya bisa manatap pasrah mereka berdua.
Duh, bagaimana ya membuat Aya senang makan dan mau menyantap makanan yang berbeda?
Jawaban Ayah Edy:
Ayah dan Bunda yang selalu semangat, ada beberapa faktor yang perlu kita ketahui jika anak tidak mau atau susah makan.
Pertama, faktor fisik.
Amati apakah anak mengalami gangguan mulut atau pencernaan. Di usia ini, anak biasanya belum bisa mengungkapkan dengan baik apakah giginya sakit, bolong, sakit tenggorokan, atau mengalami sariawan. Selain itu mungkin sistem percernaannya terganggu, misalnya ia merasa perutnya kembung, mual, atau sakit.
Anak yang makannya diemut juga dapat disebabkan oleh sifat naluriah anak yang pencernaannya masih lemah (terjadi di usia 1-3 tahun).
Sebetulnya, kalau kita lihat dari faktor kesehatan, semakin lumat makanan yang ditelan, semakin baik bagi pencernaan. Makanan yang lembut tentu makin siap dicerna sehingga meringankan beban lambung anak.
Ayah dan Bunda tidak perlu merasa cemas jika anak makannya lambat selama ia masih mengunyahnya. Sayangnya, cepat atau lambatnya anak makan, seringkali dibandingkan oleh cara orang dewasa makan.
Padahal kalau diperhatikan, kebanyakan orang dewasa memiliki pola makan yang kurang sehat, lho. Mereka seringkali makan terburu-buru, apalagi kalau mau berangkat kerja; makanan baru dikunyah sebentar sudah ditelan, lalu didorong oleh air. Minumnya pun teh, bahkan soda. Profesor, Dr Soetaryo, seorang guru besar Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada mengatakan, minum teh setelah makan dapat menghambat penyerapan zat besi dalam tubuh hingga 80 persen.
Padahal zat besi amat berguna bagi tubuh manusia, karena membantu pertumbuhan sel. Kekurangan zat besi, terutama pada anak dapat menyebabkan anak cemas, depresi, dan gangguan perhatian.
Maka, Ayah dan Bunda jangan membarengi anak-anak minum teh sambil makan ya. Kalau anak ingin minum teh, berikan jarak dua jam setelah makan.
Selain itu, cara makan yang sehat ialah, harus dikunyah hingga lembut sebelum ditelan. Proses pengunyahan merupakan percampuran makanan dengan air liur yang mengandung enzim untuk memecah ikatan kimia dalam makanan menjadi sederhana. Sehingga makanan lebih mudah ditelan dan dicerna dalam lambung.
Proses pengunyahan yang sempurna membuat kita bisa menikmati makanan dengan baik, bahkan peka terhadap berbagai rasa yang ada dalam makanan tersebut, dan mampu mencegah obesitas. Sebab, tubuh akan memberikan sinyal ke otak, bahwa makanan yang masuk sudah cukup. Ini menghindarkan kita dari makan berlebihan.
Kedua, faktor kebiasan. Kalau makannya disambi dengan menonton TV atau bermain, bisa jadi anak malah asyik dengan aktivitas sampingannya, ketimbang makan. Kalau sudah begini, makanan bisa diemut dan lupa menelannya.
Yang ada anak menjadi enek dan mengeluarkan makanannya. Ayah dan Bunda sebaiknya membiasakan anak makan dengan fokus, tidak disambi aktivitas lainnya, seperti nonton TV atau main game.
Ketiga, sesuai tipologi. Kalau tipe anak visual dan melankolis, ciri-cirinya dapat diketahui dari badannya kecil, pendiam, sensitif, atau mudah menangis. Umumnya mereka makan sambil mengemut.
Sebaliknya, untuk anak yang tipenya auditori, tidak demikian. Malah mungkin kita kesulitan menahannya untuk tidak makan. Jadi Ayah dan Bunda perlu mengenali dulu tipe dan karakter anak, supaya mudah mencari metode pendekatannya.
Keempat, bosan dengan menunya. Kadang orangtua lupa, kalau anak secara mental sama dengan orang dewasa. Mereka sama-sama memiliki rasa bosan terhadap makanan yang itu-itu terus.
Coba Ayah-Bunda perhatikan, apakah menunya seringkali sama atau diulang-ulang?
Kalau tidak nasi telur atau nasi dengan nugget, sehingga anak bosan. Hanya saja anak tidak tahu bagaimana menyebut perasaan yang ia rasakan itu. Kalau menunya itu-itu saja, jangankan anak, orang dewasa pun juga bosan, kan? Jadi buatlah variasi, persis seperti yang dilakukan perusahaan katering.
Ini akan membantu anak merasakan menu yang berbeda-beda setiap harinya. Jangan lupa biasakan buah hati mengkonsumsi sayur dan buah, agar cukup serat dan memudahkan proses pembuangan. Kalau dibiasakan sejak kecil, tidak sulit meminta mereka makan sayur dan buah.
Namun kalau susah, Bunda sebaiknya kreatif, dengan menyelipkan sayuran di menu keseharian. Misalnya Bunda membuat nugget sendiri, campurkan wortel atau bayam di dalamnya, atau membuat kue risol, bisa diselipkan sayuran di dalamnya. Jadi kebutuhan serat anak Ayah dan Bunda terpenuhi.
Kelima, cara memberi makan; apakah sambil bermain atau serius. Ayah-Bunda, yang ada di pikiran anak-anak adalah bermain. Makan pun, harus ada unsur bermainnya. Tapi sayangnya, orang dewasa—baik itu orangtua atau pengasuhnya— seringkali memberi makan dengan cara yang serius. Misalnya seperti ini. “Makan! Ayo A’.. buka mulutnya… A’...”
Nah, ini tentunya bertolak belakang dengan cara kerja dan pertumbuhan saraf-saraf otak anak yang lebih suka bermain. Padahal, ada banyak cara yang bisa dilakukan terkait memberi makan dengan cara bermain. Misalnya, dengan mengibaratkan mulut anak sebagai terowongan dan sendok adalah kereta apinya. “Waah kereta apinya mau masuk terongan.. Aaaa’ .. tut.. tuuutt…”
Dengan cara demikian anak akan bersemangat untuk menghabiskan makanannya.
Keenam, bosan tempat dan suasananya. Itulah mengapa ada anak yang kalau diajak jalan-jalan ke pantai makannya lebih cepat dibandingkan di rumah. Atau orangtua atau pengasuh kerap membawa anak makan di taman kompleks perumahan, saat waktu makan.
Agar di sana anak dapat berkumpul dengan teman sebayanya, bermain bersama mereka dan mau menghabiskan makanannya. Kalau melihat ada anak lain yang makannya lahap, si anak bisa jadi tergerak melakukan hal yang sama.
Sama seperti orang dewasa, anak pun suka mengalami kebosanan dengan tempat dan suasana. Kita saja kalau bosan makan di rumah, akan mencari suasana dan makanan lain kan? Misalnya ke restoran, atau piknik.
Sepintar-pintarnya seseorang memasak, tak menghalanginya untuk mencicipi masakan karya orang lain. Sebab ini bukan sekadar kebutuhan perut, tetapi juga kebutuhan mental.
Ketujuh, faktor susu atau suplemen makanan. Sangat dimaklumi kalau Ayah dan Bunda ingin selalu memberikan yang terbaik untuk buah hati tercinta. Kendati makanan di rumah sudah cukup, tapi tetap membiarkannya minum banyak susu atau memberikan suplemen sejenis susu.
Namun ini justru membuat anak menjadi lekas kenyang dan susah makan dengan wajar. Jika ingin memberikan suplemen, berikanlah minyak ikan. Saya mencobanya secara rutin terhadap anak-anak di rumah. Efeknya bagus, mereka menjadi suka makan.
Nah, sekarang marilah kembali ke masalah anak yang makannya suka diemut. Biasanya ini terjadi pada anak di rentang usia 1 hingga 3 tahun.
Lantas bagaimana kalau usianya di atas 3 tahun tapi masih mengemut makanannya?
Yang perlu dilakukan orangtua adalah mencari sebab fisiknya. Lalu, lihat kebiasaan makannya. Apakah makannya sambil menonton TV? Jika ya, ubah kebiasaannya tadi dengan makan tanpa melakukan aktivitas lain sehingga ia fokus.
Intinya, Ayah-Bunda, kalaupun anak susah makan, syukuri saja. Dengan bersyukur kita lebih rileks, anak lebih enjoy dan Ayah-Bunda pun bisa berpikir lebih jernih dalam mencari penyebab dan solusinya.
Sebab saya menemukan banyak orangtua yang stres melihat anaknya yang terus makan sepanjang hari, hingga tubuhnya mengalami obesitas.
Jadi yang terpenting adalah menjaga agar asupan gizi yang dibutuhkan tetap terpenuhi
Selamat mencoba, semoga berhasil.
Salam Indonesian Strong from Home !
Ayah Edy
Guru Parenting Indonesia
www.ayahkita.blogspot.co.id
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment