Indonesia pada hakikatnya merupakan kumpulan dari keluarga yg tersebar dilebih dari 12.000 pulau yg ada di Nusantara. Apabila keluarga2 ini kuat, maka Indonesia akan menjadi Bangsa & Negara yg Kuat dgn sendirinya tanpa perlu konsep yg berbelit-belit & biaya yg membebani negara. Pastikan keluarga & sanak famili kita di seluruh tanah air telah bergabung dlm GERAKAN MEMBANGUN INDONESIA YANG KUAT DARI KELUARGA. Kalau bukan kita, siapa lagi ? Kalau bukan sekarang, kapan lagi ?
SATU-SATUNYA SITUS RESMI AYAH EDY
Saturday, May 12, 2018
PEMETAAN POTENSI EMAS ANAK
PEMETAAN POTENSI EMAS ANAK KITA
Seberapa besar manfaatnya ?
Sudahkah kita tahu caranya?
Sudahkah kita melakukanya?
Tanpa Pemetaan dan perencanaan yang jelas potensi dan profesi masa depan anak, kemungkinan besar sekolah yang dipilihnya hanyalah akan menjadi Expenses atau buang-buang biaya.
-ayah edy-
Silahkan dibaca hingga akhir paragraf......
Ayah Bunda terkasih,
Mengapa kerumitan ini bisa terjadi?
Jawaban satu-satunya adalah karena kita luput atau abai mengenali dan memetakan potensi terunggul anak-anak kita.
Perilaku anak sehari-hari sesungguhnya adalah petunjuk awal tentang potensinya. Tapi orang tua terkadang lebih sibuk mengkursuskan anak ini itu atau bertanya ‘ada PR atau nggak’, ‘ujian sudah siap atau belum?’. Ketimbang belajar membaca petunjuk potensi unggul anak yang diberikan oleh Tuhannya.
Padahal setiap anak terlahir sesuai fitrahnya. Masing-masing anak membawa potensi unggul bawaan lahir yang bila dikembangkan akan menjadi penghidupan sekaligus kehidupan yang ia jalani kelak dengan BAHAGIA DAN BERKELIMPAHAN.
Berapa banyak anak-anak yang hanya sibuk sekolah dan mengejar nilai, tanpa tahu apa minat dan cita-citanya serta tak tahu harus kuliah di bidang apa? Lalu ketika ia bingung, orang tua hanya menasehati agar ia mengambil bidang favorit sehingga kelak mudah mencari pekerjaan bergaji tinggi?
Akhirnya, tanpa mengetahui sedikit pun tentang potensi terunggul anak, kita cemplungkan anak ke dalam bidang entah apa yang kita pikir terbaik baginya. Syukur-syukur kalau si anak ternyata memang cocok dengan bidang itu. Tapi bagaimana bila tidak? Yang terjadi adalah seperti kasus di atas.
Lalu bagaimana sebaiknya?
Mudah saja. Seharusnya, proses ini dibalik. Kita cari tahu dulu minat si anak, apa potensi terunggulnya dan cita-citanya yang paling spesifik. Setelah itu, barulah bisa dicarikan sekolah atau jurusan apa yang paling tepat sesuai potensi dan cita-citanya itu.
Pertanyaannya sekarang, bagaimana kita mengetahui potensi terunggul anak? Mungkin selama di sekolah, hampir semua nilai anak kita tinggi. Bahasa Inggris bagus, matematika bagus, IPA bagus, IPS bagus... Jadi yang mana potensi unggulnya? Atau sebaliknya, mungkin selama ini ia hanya anak ‘rata-rata’. Anak yang setiap tahun selalu naik kelas, nilai-nilainya tak pernah merah, tapi juga tak ada yang benar-benar menonjol.
Bingung?
Tenang saja. Ada cara yang terbukti efektif untuk mengetahui potensi buah hati kita, yaitu dengan ‘Pemetaan Potensi Unggul Anak’. (Personal Talent Mapping -- registered.
Tanpa pemetaan potensi, sedikitnya ada tiga akibat yang bisa terjadi. Antara lain, seperti digambarkan oleh kasus tadi, adalah: Sekolah menjadi expenses alias biaya. Biaya yang dimaksud salah satunya tentu bisa berarti uang. Bayangkan berapa puluh juta –atau bahkan ratusan juta—yang telah keluar untuk menyekolahkan seorang anak bertahun-tahun, mengkursuskan ini itu, belum lagi ongkos transport sehari-hari.
Lalu bagaimana kalau kasus Intan terjadi pada anak Anda? Umumnya, orang tua hanya punya satu anggaran pendidikan untuk satu anak. Ketika terjadi hal di luar dugaan seperti ini, sanggupkah Anda menganggarkan biaya pendidikan tambahan lagi untuk mengulang sekolah anak?
Syukur-syukur kalau Anda menjawab ‘sanggup’. Syukur-syukur kalau anak Anda cuma satu sehingga Anda tak perlu memikirkan biaya pendidikan adik-adiknya.
Tapi bagaimana kalau Anda tak sanggup? Apakah itu berarti Anda akan memaksa anak untuk menyelesaikan kuliahnya –walaupun itu berarti menyiksanya lebih lama lagi? Lalu setelah kelulusan yang ‘dipaksakan’, anak Anda akan kebingungan mencari pekerjaan (karena ia tak menyukai bidang studinya), lalu akhirnya terdampar dalam jenis pekerjaan lain yang jauh berbeda dari bidangnya selama ini?
Berapa banyak lulusan Teknik Arsitektur yang bekerja di media?
Berapa banyak lulusan Biologi yang bekerja di bank atau industri telekomunikasi?
Berapa banyak lulusan Pertanian/Peternakan yang bekerja sebagai Public Relation?
Atau bisa jadi, ia memilih pekerjaan sesuai bidang studinya. Tentu mungkin saja. Tapi bagaimana pun, bila bidang itu bukanlah potensi unggulnya dan ia tak menyukainya, ia hanya akan menjadi pekerja yang pas-pasan.
Intinya, bila seseorang bersekolah atau mengambil kursus sesuai potensi, biaya yang dikeluarkan akan menjadi INVESTASI, tapi bila tidak, maka akan menjadi EXPENSES.
Selain materi, expenses juga berarti waktu. Bila ditimbang-timbang, kerugian karena hilangnya waktu bertahun-tahun mungkin bahkan lebih berat daripada kehilangan uang.
Ada ungkapan, ‘It’s never too late to follow your passion’. Tak pernah terlambat untuk mengikuti passion Anda. Kita selalu bisa memulai di usia berapa pun.
Tapi bayangkan apa jadinya bila potensi terunggul dipupuk sejak kecil?
Lihat perjalanan Agnes Monica. Saya sangat mengagumi Agnes dan orang tuanya. Orang tua Agnes telah menemukan potensi unggul putrinya pada usia balita, lalu mulai mengembangkan potensi itu sejak Agnes berusia tiga tahun.
Orang tua Agnes melakukan pembimbingan yang sesuai dengan teori Multiple Intelligences bahkan sebelum mereka mengetahui apa itu Multiple Intelligences. Jadi mereka membimbing Agnes secara intuitif.
Agnes Monica pun melewati tahapan demi tahapan sehingga akhirnya menjadi penyanyi dan penari yang namanya kini semakin bergaung di luar negeri. Agnes menjadi Diva yang matang di usia yang terbilang masih sangat muda. Ia bukan tipe anak yang besar karena dikarbit oleh talent show di TV atau MENDADAK NGETOP.
Agnes Monica tentu hanya salah satu contoh. Masih banyak bintang top yang disiapkan orang tuanya sejak usia dini. Tiger Woods –pegolf kelas dunia-- mulai dipersiapkan orang tuanya sejak berusia lima tahun. Michael Schumacher mulai mulai di persiapkan orang tuanya untuk balapan sejak usia dini.
Faktor usia menjadi jauh lebih krusial dalam bidang-bidang profesi tertentu. Dua contohnya adalah penari dan atlet. Orang-orang yang bekerja di dua bidang itu berkejar-kejaran oleh waktu.
Lihat saja bintang-bintang dunia. Sebut nama siapa saja –dari Diego Maradona sampai Muhammad Ali—Anda akan menemukan kalau mereka semua telah berlatih sejak usia sangat dini. Berkat persiapan matang, mereka lalu bersinar di usia 20-an sampai awal 30-an. Lalu sekitar pertengahan atau akhir usia 30-an, ketika stamina mulai menurun, mereka siap pensiun. Bintang bulutangkis Indonesia, Susi Susanti bahkan menggantung raket pada usia sangat muda, 26 tahun.
Prinsipnya, bila Anda ingin anak sukses di usia lebih dini, Anda harus mempersiapkan mereka sedini mungkin.
Biaya dan waktu adalah dua expenses yang bisa terukur.Tapi jangan lupakan expenses lain seperti tenaga dan energi, stress, emosi dll yang telah dikeluarkan anak kita selama sekolah di bidang yang tidak tepat, bertahun-tahun lamanya. Karena itu, Pemetaan Potensi Unggul Anak sangat penting dilakukan sebelum anak memutuskan jurusan atau sekolah apa yang diambilnya.
Sumber: Buku Memetakan Potensi Unggul Anak
by Ayah Edy Wiyono
Untuk ikut program pemetaaan Keluarga di Bali Bulan Juni mendatang, silahkan menghubungi nomer yang ada di brosur kolom komen
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment