===================================
PENTING DIBACA OLEH SETIAP
ORANG TUA
-----------------------------------------------------------------
ITULAH PENTINGNYA KITA
IKUT SEMINAR, AGAR PENGETAHUAN KITA UTUH DAN TIDAK SETENGAH-SETENGAH.
Itulah mengapa Islam
meminta kita untuk Kaffah/Utuh, Lengkap dalam belajar dan memahami berbagai
hal, agar kita tidak salah tafsir, dan salah komentar.
Itulah pentingnya ikut
seminar, apa bila kita tidak paham bisa bertanya dan mendapat jawaban yang
lengkap. Sudah pernahkah kita ikut
seminarnya ayah edy?
Berikut adalah ulasan dari
seorang Bunda yang mengikuti seminar Ayah Edy di Jakarta Islamic School,
Cibubur, Jakarta Timur. Sabtu 1 Maret
2014.
KIAT-KIAT MENJADI ORANG
TUA TANGGUH DI ERA CYBER
Ini kali ke-dua saya
ikutan seminarnya Ayah Edy, btw baru tau kalo nama aslinya ayah edy tuh, Edy
Wiyono hehehh *gag penting :p .. Anyway temanya sebenarnya bukan tema yang baru
.. beberapa kali saya pernah melihat tema serupa di beberapa talkshow TV ..
Seminar dibuka dengan
pertanyaan Ayah Edy ke para orang tua, peserta seminar, apakah kapankah
anak-anak mulai mengakses gadget, sebagian besar menjawab sejak usia balita
sudah mengenal, & sebelum usia SD mayoritas sudah mahir menggunakannya.
Kemudian pertanyaan
selanjutnya, tentang apa akibat/pengaruh buruknya gadget pada anak. Beberapa
jawaban dari peserta seminar antara lain : kecanduan, anak jadi emosional,
susah konsentrasi, prestasi sekolah menurun, berkata-kata kasar/mengumpat,
meniru adegan kekerasan pada games, napsu makan menurun, lupa waktu, malas
merawat diri, ngompol dsb.
Kemudian ayah Edy,
bertanya apa kira-kira sisi positifnya, dan beberapa jawaban yang muncul
adalah, tidak gaptek, kritis, belajar strategi, kreatif.
Dari jawaban-jawaban itu,
ayah Edy tidak menyalahkan atau membenarkan. tapi mengembalikannya lagi ke
peserta seminar. Jika dalam Islam sesuatu yang lebih banyak mudharatnya
(negatif), dari pada manfaatnya, apa yang harus dilakukan. Dan serempaklah
semua peserta seminar, menjawab lebih baik ditinggalkan.
Kemudian ayah Edy
memberikan masukannya, bahwa sebenarnya gadget, smartphone, internet dll adalah
benda-benda yang ‘netral’, tidak baik atau buruk. Bisa menjadi positif atau
negatif tergantung dari siapa yang memakainya. Dan sudah menjadi kewajiban
orang tualah untuk mengontrol benda tersebut memberikan pengaruh positif untuk
anak-anaknya. Misalnya dengan mengontrol aplikasi, games, konten apa yang ada
dalam gadget, membatasi akses untuk menggunakan (mis. hanya boleh kalo libur or
weekend), dan menurutnya yang lebih penting adalah mendidik/mengajari anak
untuk bisa memprotek dirinya sendiri, bisa mengontrol, & tidak mudah
terpengaruh, walaupun ada gadget bertebaran di rumah, tidak ada larangan/
batasan untuk menggunakannya, tetapi anak-anak sudah tau apa yang harus
dilakukan, baik & buruknya.
Bagaimana caranya?
Prilaku anak-anak,
ditentukan dari 3 hal : orang tua, lingkungan, & guru/sekolah.
Disini jelas yang siapa
yang menduduki peringkat paling menentukan, maka tidak berlebihan lah jika ada
ungkapan ‘rumah adalah sekolah yang pertama & yang utama’.
Dalam Islam sendiri juga
dikenal ‘al ummu madrosatul ulaa’ (Ibu adalah sekolah pertama bagi anak) atau
yang diartikan secara bebas ibu cerdas menghasilkan generasi yang unggul.
Sudah jelas pula disini
kita sebagi orang tua wajib menggali ilmu dari mana saja, misalnya membaca
buku, seminar, dll .. Ayah Edy juga info tentang program pembagian CD parenting
gratis (ada 30 topik parenting hasil rekaman beliau di smart fm talk show) yang
sudah berjalan sejak tahun lalu.
Detilnya bisa diliat di FP
Komunitas Ayah Edy, www.ayahkita.blogspot.com
atau bisa di download
gratis di www.ayahedy.tk atau bisa juga klik link ini:
https://onedrive.live.com/?cid=3a914018e2d83d92&id=3A914018E2D83D92%21131
Kembali ke topik mendidik
anak di era cyber.
Membatasi anak-anak atau
bahkan tidak memberikan akses sama sekali pada dunia internet, saat ini adalah
sesuatu yang bisa dibilang mustahil. Padahal aneka games dan akses internet
bisa menimbulkan akibat yang sangat dahsyat. Kecanduan games atau pornografi,
yang bisa merusak otak. Bahkan efek kerusakan otak anak yang kecanduan
pornografi jauh lebih parah dari pada efek kecanduan narkoba.
Ayah Edy kemudian
menunjukkan sesuatu yang gak pernah saya pikirkan sebelumnya. Meminta para
peserta seminar utk googling di smartphone-nya masing-masing.
Apa perbedaan jika kita
mengetikkan kata-kata berikut di google :
‘ junior high school kids
‘ kemudian klik gambar di google..
‘ anak smp ‘ kemudian klik
gambar di google..
Jika kita mengetikkan kata
yang pertama, maka yang muncul adalah web/ gambar anak-anak SMP yang
manis-manis di luar negeri yang sedang berpose didepan sekolah, atau web/situs
tentang sekolah sekolah & berbagai prestasi anak smp.
Sementara kalau kita ketik
kata-kata no.2, hasilnya … web/situs
yang berisi layanan prornografi, berita tentang pornografi, begitu pula
foto-foto porno pelajar dan yang muncul mayoritas gambar porno, bisa dibilang tidak
ada satupun yang menampilkan tentang sekolah atau prestasi, atau any kind of
positive things about anak-anak smp.
Apa artinya ini?? 2 kata
yang sama artinya, kok bisa menghasilkan 2 hal yang bagaikan bumi & langit…
Duh miris bgt, padahal
kita sebagai orang timur, sering membanggakan diri sebagai masyarakat yang
lebih beragama & bermartabat, dari orang-orang bule yang liberal itu ..
Ayah Edy mencurigai bahwa
bisa jadi Indonesia dijadikan salah satu sasaran pasar industri pronografi
dunia, yang dimulai dari sejak usia sedini mungkin. Mka bayangkan kalau
anak-anak kita tanpa sengaja menemukan situs/gambar-gambar porno itu waktu dia
ber internet, padahal dia sama sekali tidak mengetikkan kata-kata yg berbau
porno, atau bahkan ketika dia sedang mengerjakan tugas sekolah dan diminta
gurunya untuk mencari artikel di internet? Dan yang muncuk gambar-gambar
semacam ini, coba deh bayangkan?.
Kemudian Ayah Edy sharing
beberapa cerita/pengalaman pribadinya dalam mengasuh anak-anaknya di rumah yang
berhubungan dengan sex education. Ketika si kecil bertanya ‘dari mana datangnya
adek bayi’, hal yang benar adalah memberikan informasi yang benar, bukan
berkelit, atau berbohong, mengarang cerita tentang si adek yang memang
tiba-tiba ada di perut bunda.
Yang dilakukan ayah edy
adalah membelikan buku-buku yang berhubungan dengan anatomi tubuh manusia. Dari
yang paling sederhana, bergambar ilustrasi/gambar kartun, sampai berkembang
menjadi buku-buku ensiklopedi, dan bahkan jurnal kedokteran. Sehingga ketika
snak-anaknya melihat sebuah gambar yang paling porno sekalipun, otaknya sudah
terlatih untuk berfikir tentang fungsi-fungsi Anatomi&organ tubuh manusia
seperti seorang genekolog atau dokter kandungan, bukan sesuatu yang bersifat
erotis.
Lebih lanjut, mrt ayah
edy, manusia dilahirkan sebagai anak-anak yang cenderung berotak kanan (salah
satu fungsinya adlh ‘imajinasi dan eksplorasi ingin tahu’). Kaitannya dengan
pendidikan sex, jika seorang anak yg tdk pernah mendapatkan pendidikan seks yg
benar, maka ketika ia melihat hal porno utk pertama kalinya, reaksi spontan yg
muncul adlh imajinasi erotisme, yg kemudian sangat mungkin berkembang menjadi
kecanduan.
Karena itulah org tua
wajib memberikan pendidikan seks pada anak sedini mungkin, agar anak terlatih
utk bereaksi dgn OTAK KIRI sainsnya, melihat sesuatu yang porno tdk akan menimbulkan reaksi erotisme. Inilah
yang membedakan seorang ‘playboy’ dengan ‘dokter kandungan’, walau obyek yang
dilihat sama tetapi reaksi yang muncul jelas berbeda. Karena dokter kandungan terbiasa beraksi
dengan otak kiri dan playboy biasa bereaksi dengan otak kanan-nya.
Semua benda elektronik
baik aneka gadget, bahkan yang paling sederhana TV sekalipun, diperlukan
pendampingan org tua, untuk membangun ‘self protection’ pada anak, karena sudah
pasti kita mustahil untuk bersama anak selama 24 jam. Apalagi ketika anak-anak
sudah beranjak remaja, mayoritas sebagian besar waktunya ada diluar rumah.
Karena itu ketika anak
masih relatif kecil& waktunya sebagian besar masih bersama org tuanya,
inilah saat yg tepat untuk membangun pertahanan dirinya terhadap pengaruh buruk
lingkungan yang akan dihadapinya kelak. Contoh yang paling sederhana adlh
mendampungi anak ketika menonton TV, kemudian mendiskusikan acara yang sedang
ditonton, tentang baik buruknya.
Di sesi terakhir, ayah edy
memberikan beberapa tips ttg menyelamatkan anak dr penyimpangan prilaku di era
cyber:
– menyalurkan energi
hormon remaja ke aktivitas fisik, mis: olah raga, beladiri, seni tari dsb.
– memetakan potensi unggul
anak sejak dini agar ia tahu apa minat dan bakatnya dan fokus kesana bukan yang
lain
– membatasi akses-akses
apa saja yg berpotensi merusak moral
– buat aturan &
kesepakatan yg jelas/ tertulis sblm membelikan gadget utk anak
– jadikan kita sbg
sahabat/teman curhat anak.
Baiklah inilah sedikit yg
bisa rangkum dari seminar Ayah Edy, semoga bermanfaat.
Ruri Lukita Ningrum
https://www.facebook.com/rhaidars