Indonesia pada hakikatnya merupakan kumpulan dari keluarga yg tersebar dilebih dari 12.000 pulau yg ada di Nusantara. Apabila keluarga2 ini kuat, maka Indonesia akan menjadi Bangsa & Negara yg Kuat dgn sendirinya tanpa perlu konsep yg berbelit-belit & biaya yg membebani negara. Pastikan keluarga & sanak famili kita di seluruh tanah air telah bergabung dlm GERAKAN MEMBANGUN INDONESIA YANG KUAT DARI KELUARGA. Kalau bukan kita, siapa lagi ? Kalau bukan sekarang, kapan lagi ?
SATU-SATUNYA SITUS RESMI AYAH EDY
Thursday, July 7, 2016
Perlukah seorang anak diberikan gadget yang canggih2?
Karena sy sering kali melihat anak-anak kecil bahkan balita yang sudah menggunakan gadget yang canggih-canggih ?
Liburan, habis gajian, dan anak kita habis ujian biasanya orang tua berlomba untuk membelikan hadiah bagi anaknya
Tapi sudahkah kita menyadari hadiah yang kita belikan apakah akan lebih banyak membawa manfaat atau mudharat bagi anak kita ?
Mari kita baca artikel berikut ini
Bolehkah anak ABG memiliki ponsel pribadi?
Airin pusing. Belakangan ini Andi, putranya yang duduk di kelas 1 SMP merongrong terus.
“Bunda, beliin Andi Hp dooong.. Kapan nih, Andi boleh bawa Hp?”
“Duuh, memang buat apa sih, Ndi? Kan ada telepon rumah. Kalau mau menelepon teman, ya pakai telepon rumah saja.”
“Yaaa buat macam-macam. Kalau Andi sedang main di luar atau di sekolah, lalu perlu perlu nelepon Bunda, gimana?”
“Ah, alasan aja.”
“Bunda bohong ih. Dulu Bunda bilang, kalau Andi sudah SMP boleh bawa Hp...”
“Hmmm..”
Andi benar. Dahulu, waktu Andi masih SD, Airin berjanji akan membelikannya ponsel ketika Andi sudah SMP. Namun sekarang Airin ragu-ragu. Apakah bijaksana bila ia memberikan ponsel Andi? Airin tahu, banyak teman Andi yang sudah menenteng ponsel atau tablet ke mana-mana. Ia khawatir, ponsel pribadi akan membuat Andi lebih mudah tergelincir hal-hal yang tidak baik.
Apalagi, smartphone sekarang canggih-canggih. Fungsi ponsel bukan lagi untuk menelepon atau mengirim pesan, tapi juga mengirim gambar dan foto, browsing internet, nonton video, main game, merekam audio dan video, eksis di sosmed dan banyak lagi.
Bagaimana kalau teman-temannya malah mengirimi Andi foto atau video yang tidak-tidak? Bagaimana kalau Andi kecanduan smartphone dan tak peduli sekitarnya? Bagaimana kalau Andi dipalak atau dicopet karena membawa smartphone mahal? Haduuuh...
Ayah Edy, apakah anak remaja ABG sudah boleh membawa ponsel sendiri?
Jawaban Ayah Edy:
Ayah Bunda yang baik
Di Indonesia, aturan main gadget kurang disosialisasikan. Jenis gadget sangat beragam dan spesifikasinya berlainan. Ada gadget dengan spesifikasi untuk para eksekutif, pengusaha, orang pemasaran, desainer... Seharusnya, kita memilih gadget yang sesuai dengan kebutuhan masing-masing. Kalau kita cuma perlu untuk menelepon dan mengirim SMS, ya belilah ponsel dengan fungsi sederhana.
Namun kita merasa bangga bila memiliki benda canggih. Padahal mungkin kita tidak butuh. Kini banyak anak SD dan SMP yang sudah dibelikan smartphone canggih yang bisa ini itu. Anak-anak itu lalu membawa smartphone-nya ke sekolah, lalu terjadilah peer pressure (tekanan dari teman sebaya). Anak-anak lain yang tidak memiliki smartphone jadi merengek pada orangtuanya untuk membelikan mereka juga. Guru-guru lengah terhadap fenomena ini, sehingga tidak mengantisipasi.
Jadi problemanya adalah gadget tidak tepat sasaran. Sama seperti obat, ada dosis untuk bayi, anak-anak dan dewasa. Jika kita tak paham, kita bisa memberi dosis orang dewasa pada bayi. Akibatnya, obat yang seharusnya menyembuhkan malah berubah menjadi racun.
Memberikan gadget pada anak boleh-boleh saja, tapi berikanlah sesuai dosis. Jangan overdosis. Jika anak SMP hanya memerlukan ponsel untuk berkomunikasi, jadi cukup belikan mereka ponsel sederhana untuk menelepon dan mengirim pesan. Tidak perlu membelikan smartphone canggih seharga 10 juta rupiah. Kalau mereka sesekali perlu mengirim foto atau gambar pada teman, toh mereka bisa mengaktifkan komputer dan mengirim via email. Jadi manfaat ponsel tidak kita hilangkan, tapi jangan sampai overdosis.
Ini juga saya terapkan pada diri saya sendiri. Sampai sekarang, saya masih setia menggunakan ponsel dengan fungsi sederhana. Yang penting, saya bisa berkomunikasi dengan orang-orang: menelepon dan mengirim SMS. Kadang-kadang ada yang bertanya, ‘masa Ayah Edy tidak punya BB?’. Namun saya merasa ponsel yang saya pakai sekarang sudah sangat cukup.
Bagaimanapun, bila seseorang mendapat fasilitas tapi sebenarnya tak ada kebutuhan, dia akan mengada-adakan kebutuhan. Akibatnya, smartphone yang spesifikasinya untuk para desainer agar memudahkan mereka mengirim foto desainnya, jadi berubah fungsi untuk mengirim yang tidak seharusnya. Inilah yang harus dihindari, khususnya pada anak-anak remaja kita.
================================================
Artikel ini dipetik dari kasus dalam buku Ayah Edy Menjawab Problematika Orang Tua ABG dan Remaja.
Kasus-kasus lanjutaan yang juga di ulas di buku ini:
Rambu-rambu apa yang harus diberikan pada remaja seputar sosmed?
Bagaimana mengajarkan penggunaan internet yang bertanggung jawab pada anak remaja?
Bagaimana bila kita memergoki anak menonton video porno di gadgetnya?
Bagaimana bila anak memblok orangtuanya di sosmed?
dan masih banyak lagi yang lainnya.
Segera dapatkan bukunya di Gramedia, Gunung Agung, Toga Mas, Paper Clip dsb. Rp. 59.000,-
Dapat juga dipesa secara on line melalui link ini:
https://www.facebook.com/Pusat-pemesanan-buku-AYAH-EDY-1538959983042274/
Pembelian on line melalui link tsb diatas dapat Bonus langsung CD Parenting Ayah Edy Gratis.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment