SATU-SATUNYA SITUS RESMI AYAH EDY

SATU-SATUNYA SITUS RESMI AYAH EDY
Bagaimana caranya..? Gabung di FB: komunitas ayah edy, download talkshow di www.ayahedy.tk

Sunday, November 8, 2015

PENTING DI BACA SETIAP ORANG TUA DAN PENDIDIK

NORMALKAH JIKA ANAK KITA CEPAT BOSEN DENGAN MAINANNYA ?
Dan suka membongkar atau bahkan "merusaknya" ?



Ayah nama saya Fenti (bukan nama sesungguhnya), aku sudah hampir setahun mengikuti artikel Ayah Edy di sini.

Begini aku punya anak kira-kira usia 3 tahun, aku coba belikan beberapa mainan untuk stimulasi kecerdasan karena katanya anak balita perlu di berikan banyak mainan, hanya masalahnya mengapa sepertinya ia cepat sekali bosan, satu mainan paling lama ia mainkan beberapa jam saja habis gitu sudah mencara benda-benda lain untuk dimainkan, terkadang benda itu kurang aman dan kadang berbahaya. 

Apakah anak saya normal Ayah..?

Bu Fenti yang baik hati,

Memang betul sekali bahwa mainan dapat membantu tumbuh kembangnya kecerdasan anak, terutama mainan yang membuat anak aktif untuk memainkannya dengan melibatkan semua indra dan pergerakan tubuhnya, bukan mainan seperti playstation dan game boy dimana anak cerderung pasif dan hanya menggunakan dua jarinya saja.

Semakin banyak variasi mainan yang diberikan tentunya akan semakin baik bagi perkembangan syaraf-syaraf kecerdasan anak.  Namun perlu di perhatikan tidak semua mainan memiliki bahan yang aman (Non Toxic).  Mainan yang terbuat dari plastik dan logam sering kali masih banyak mengandung toxic oleh karena itu telitilah setiap produk mainan yang ibu beli apakah produk tersebut mencantumkan logo atau lebel Non Toxic.

Memang benar maiana yang mencantumkan logo Non Toxic tadi harganya jauh lebih mahal oleh karena itu kami sering menganjurkan orang tua menggunakan mainan yang terbuat dari kayu baik yang tanpa cat atau dengan cat yang bebas toxic.  Atau bahkan mainan waktu zaman kecil kita dulu yang terbuat dari kulit jeruk Bali jauh lebih aman.

Lalu mengapa anak ibu atau bahkan setiap anak cepat bosan dengan mainan yang dimainkannya?  hal ini terjadi karena menurut penelitian setiap anak sejak lahir dilengkapi dengan program berpikir tingkat tinggi 6 level, setingkat Albert Einstein. Program ini juga disebut sebagai program Berpikir Tingkat Tinggi atau Highly Order Thinking.

Cara bekerja sistem berpikir tingkat tinggi ini seperti anak tangga naik satu demi satu dengan susunan yang dimulai dari To Know (Rasa Ingin Tahu hal-hal baru), To Do (Ingin memegang apa saja yang menarik) To Understand (Memperhatikan dengan seksama segala hal baru), To Test (membuang, membanting, membongkar)  To Analyze (memperhatikan efek aksi reaksi dari membuang, membanting atau membongkar), To Conclude (Menyimpulkan masing-masing sifat dan cara kerja benda), Develop New Theory (Membuat Teori dan Rumus-rumus baru bagi kehidupan)

Untuk membuktikan apakah sistem ini masih bekerja dengan baik dalam diri seorang anak untuk mengembangkan sistem kecerdasannya maka coba ibu perhatikan prilaku anak ibu dengan seksama:

1. Apakah anak ibu selalu ingin mengetahui benda-benda yang ibu pegang ? jika ya maka selamat! karena syaraf nya  sedang mulai bertumbuh.

2. Apakah anak ibu ingin selalu memegang benda yang sedang ibu pegang? jika ya itu artinya sistem kecerdasannya sedang terus bertumbuh ke level 2.

3. Apakah ia memperhatikan dengan penuh antusias benda yang dipegangnya, jika ya berbahagialah syaraf kecerdasannya terus bertumbuh ke level 3.

4. Apakah setelah itu ia membuang, membanting atau membongkar benda yang sedang di pegangnya? Jika ya dan jika ibu mengijinkannya maka berbahagialah kerena syarafnya telah berkembang mencapai level 4

5.  Apakah ia melakukannya berulang-ulang hingga ia puas, jika iya dan jika ibu mengijinkan ia untuk melakukannya maka bersyukurlah karena perkembangan syaraf kecerdasannya sudah mencapai level 5 dari 6 level.

6. Apakah setelah puas ia segera meninggalkannya dan mencari benda baru untuk dijadikan objek baru penelitiannya, jika ya maka bersyukurlah karena ia sudah dekat untuk kelak menciptakan Teori Baru sebagaimana yang dilakukan oleh Albert Einstein dan para ilmuan lainnya.


Jadi secara alami setiap anak akan terus dan terus melakukan eksplorasi semacam ini untuk mengembangkan sistem syaraf kecerdasannya secara alami.  Semakin anak beralih ke benda lain maka semakin cepat syarat-syarafnya belajar hal baru, dan menurut penelitian anak yang sukses dan jenius biasanya memiliki syaraf yang bertumbuh lebat yang disebabkan pada masa kecil hingga remaja ia terus mendapatkan kesempatan untuk melakukan eksplorasi pada hal-hal yang menarik perhatiannya.

Oleh karena itu sangat di anjurkan pada para orang tua untuk tidak menempatkan benda-benda berbahaya yang bisa di jangkau anak-anak selama masa aktif eksplorasi tersebut.

Namun sayangnya tidak banyak dari kita para guru dan orang tua yang mengetahui mekanisme alami tumbuh kembang kecerdasan anak secara alami ini, jadi yang kerap terjadi adalah pemikiran keliru untuk melarang anak kita mengeksplorasi benda-benda disekitarnya atau juga rasa khawatir jika anaknya cepat bosan atau rumahnya terlihat berantakan yang berdampak pada terhambatnya tumbuh kembang syaraf-syaraf kecerdasan anak dimasa emas pertumbuhannya..

Catatan khusus:

Menurut referensi yg pernah kami baca sistem syaraf anak itu bertumbuh berdasarkan proses pengulangan, dan pada pengulangan yang ke 3 atau ke 4 proses pembentukkan satu jaringan syaraf sudah cukup kuat, dan pada saat ini anak kita perlu di ajari cara yang benar. Semisal ia memainkan remote tv kita coba perhatikan sudah berapa kali dalam sepekan ia asyik memainkan remote tv apa bila sudah yang ke 4 kali itu artinya ia perlu diajari cara yang benar menggunakan remote tv. Tidak lagi kita biarkan, karena ini akan tumbuh menjadi prilaku yang mengganggu. Begitu juga dengan membanting, merobek dsb. Semoga bisa lebih menjelaskan batas antara mengijinkan anak kita berekplorasi dengan mengelola perilaku yang merusak dan mengganggu. tks

No comments:

Post a Comment