NORMALKAH JIKA ANAK KITA CEPAT BOSEN DENGAN MAINANNYA ?
Dan suka membongkar atau bahkan "merusaknya" ?
Ayah nama saya Fenti (bukan nama sesungguhnya), aku sudah
hampir setahun mengikuti artikel Ayah Edy di sini.
Begini aku punya anak kira-kira usia 3 tahun, aku coba
belikan beberapa mainan untuk stimulasi kecerdasan karena katanya anak balita
perlu di berikan banyak mainan, hanya masalahnya mengapa sepertinya ia cepat
sekali bosan, satu mainan paling lama ia mainkan beberapa jam saja habis gitu
sudah mencara benda-benda lain untuk dimainkan, terkadang benda itu kurang aman
dan kadang berbahaya.
Apakah anak saya normal Ayah..?
Bu Fenti yang baik hati,
Memang betul sekali bahwa mainan dapat membantu tumbuh
kembangnya kecerdasan anak, terutama mainan yang membuat anak aktif untuk
memainkannya dengan melibatkan semua indra dan pergerakan tubuhnya, bukan
mainan seperti playstation dan game boy dimana anak cerderung pasif dan hanya
menggunakan dua jarinya saja.
Semakin banyak variasi mainan yang diberikan tentunya akan
semakin baik bagi perkembangan syaraf-syaraf kecerdasan anak. Namun perlu di perhatikan tidak semua mainan
memiliki bahan yang aman (Non Toxic).
Mainan yang terbuat dari plastik dan logam sering kali masih banyak
mengandung toxic oleh karena itu telitilah setiap produk mainan yang ibu beli
apakah produk tersebut mencantumkan logo atau lebel Non Toxic.
Memang benar maiana yang mencantumkan logo Non Toxic tadi
harganya jauh lebih mahal oleh karena itu kami sering menganjurkan orang tua
menggunakan mainan yang terbuat dari kayu baik yang tanpa cat atau dengan cat
yang bebas toxic. Atau bahkan mainan
waktu zaman kecil kita dulu yang terbuat dari kulit jeruk Bali jauh lebih aman.
Lalu mengapa anak ibu atau bahkan setiap anak cepat bosan
dengan mainan yang dimainkannya? hal ini
terjadi karena menurut penelitian setiap anak sejak lahir dilengkapi dengan
program berpikir tingkat tinggi 6 level, setingkat Albert Einstein. Program ini
juga disebut sebagai program Berpikir Tingkat Tinggi atau Highly Order
Thinking.
Cara bekerja sistem berpikir tingkat tinggi ini seperti anak
tangga naik satu demi satu dengan susunan yang dimulai dari To Know (Rasa Ingin
Tahu hal-hal baru), To Do (Ingin memegang apa saja yang menarik) To Understand
(Memperhatikan dengan seksama segala hal baru), To Test (membuang, membanting,
membongkar) To Analyze (memperhatikan
efek aksi reaksi dari membuang, membanting atau membongkar), To Conclude
(Menyimpulkan masing-masing sifat dan cara kerja benda), Develop New Theory
(Membuat Teori dan Rumus-rumus baru bagi kehidupan)
Untuk membuktikan apakah sistem ini masih bekerja dengan baik
dalam diri seorang anak untuk mengembangkan sistem kecerdasannya maka coba ibu
perhatikan prilaku anak ibu dengan seksama:
1. Apakah anak ibu selalu ingin mengetahui benda-benda yang
ibu pegang ? jika ya maka selamat! karena syaraf nya sedang mulai bertumbuh.
2. Apakah anak ibu ingin selalu memegang benda yang sedang
ibu pegang? jika ya itu artinya sistem kecerdasannya sedang terus bertumbuh ke
level 2.
3. Apakah ia memperhatikan dengan penuh antusias benda yang
dipegangnya, jika ya berbahagialah syaraf kecerdasannya terus bertumbuh ke
level 3.
4. Apakah setelah itu ia membuang, membanting atau membongkar
benda yang sedang di pegangnya? Jika ya dan jika ibu mengijinkannya maka
berbahagialah kerena syarafnya telah berkembang mencapai level 4
5. Apakah ia
melakukannya berulang-ulang hingga ia puas, jika iya dan jika ibu mengijinkan
ia untuk melakukannya maka bersyukurlah karena perkembangan syaraf
kecerdasannya sudah mencapai level 5 dari 6 level.
6. Apakah setelah puas ia segera meninggalkannya dan mencari
benda baru untuk dijadikan objek baru penelitiannya, jika ya maka bersyukurlah
karena ia sudah dekat untuk kelak menciptakan Teori Baru sebagaimana yang
dilakukan oleh Albert Einstein dan para ilmuan lainnya.
Jadi secara alami setiap anak akan terus dan terus melakukan
eksplorasi semacam ini untuk mengembangkan sistem syaraf kecerdasannya secara
alami. Semakin anak beralih ke benda
lain maka semakin cepat syarat-syarafnya belajar hal baru, dan menurut
penelitian anak yang sukses dan jenius biasanya memiliki syaraf yang bertumbuh
lebat yang disebabkan pada masa kecil hingga remaja ia terus mendapatkan
kesempatan untuk melakukan eksplorasi pada hal-hal yang menarik perhatiannya.
Oleh karena itu sangat di anjurkan pada para orang tua untuk
tidak menempatkan benda-benda berbahaya yang bisa di jangkau anak-anak selama
masa aktif eksplorasi tersebut.
Namun sayangnya tidak banyak dari kita para guru dan orang
tua yang mengetahui mekanisme alami tumbuh kembang kecerdasan anak secara alami
ini, jadi yang kerap terjadi adalah pemikiran keliru untuk melarang anak kita
mengeksplorasi benda-benda disekitarnya atau juga rasa khawatir jika anaknya
cepat bosan atau rumahnya terlihat berantakan yang berdampak pada terhambatnya
tumbuh kembang syaraf-syaraf kecerdasan anak dimasa emas pertumbuhannya..
Catatan khusus:
Menurut referensi yg pernah kami baca sistem syaraf anak itu
bertumbuh berdasarkan proses pengulangan, dan pada pengulangan yang ke 3 atau
ke 4 proses pembentukkan satu jaringan syaraf sudah cukup kuat, dan pada saat
ini anak kita perlu di ajari cara yang benar. Semisal ia memainkan remote tv
kita coba perhatikan sudah berapa kali dalam sepekan ia asyik memainkan remote
tv apa bila sudah yang ke 4 kali itu artinya ia perlu diajari cara yang benar
menggunakan remote tv. Tidak lagi kita biarkan, karena ini akan tumbuh menjadi
prilaku yang mengganggu. Begitu juga dengan membanting, merobek dsb. Semoga
bisa lebih menjelaskan batas antara mengijinkan anak kita berekplorasi dengan
mengelola perilaku yang merusak dan mengganggu. tks
No comments:
Post a Comment