Seorang pedagang kue dan gulali berkeliling sore ini memasuki
gang-gang pemukiman, saat anak-anak masih terlelap dalam tidur siang mereka.
Di luar sana terdengar irama musik khas yang dibawa bersama
motor tuanya.
Ia berhenti dan membiarkan musik itu memanggil hasrat
anak-anak untuk berduyun mendatanginya.
Dan benar saja, si Gandhi kecil yang sedang tertidur siang
tadi, serta merta melonjak bangun dari tidurnya dan berlarian keluar, merajuk
pada ibunya agar dibelikan kue dan gulali kesukaannya.
Meski lama mencoba berdalih bahwa si Ibu tidak punya uang
untuk membelikan gulali dan kue itu, si kecil tetap merayu dan memaksa ibunya
mendekati si penjual.
Ditakut-takuti dengan risiko sakit gigi atau sakit lain
akibat kue manis, tiada guna mencegah si kecil.
Apa yang membuat si kecil tak kuasa menolak panggilan musik
dan manisnya kue dan gulali?
Tentu saja karena semua itu kesukaannya dan si penjual
mengerti betul bagaimana menarik hasrat Jiwa si kecil.
Namun kondisi terbalik terjadi setiap pagi. Saat bel mobil
jemputan sekolah berdentang, Jiwa anak-anak malah lebih sering merasa akan
dipanggil memasuki ruang neraka.
Betapa pun si ibu mengiming-imingi manfaat belajar dan
sekolah pada anaknya, si kecil malah
merajuk untuk diijinkan bolos dan tinggal di rumah.
Bahkan dengan dana sekolah yang mencukupi untuk membeli
segala peralatan sekolah, tak cukup untuk membuat Jiwa si kecil mencintai
sekolah dan belajar di dalamnya.
Apa sesungguhnya yang sedang terjadi? Adakah bel sekolah
tidak mampu mewakili indahnya belajar di dalam kelas? Karena bel sekolah lebih
mirip bel di asrama tentara?
Atau indahnya pengetahuan alam mesta tertutupi oleh sangarnya
wajah-wajah pengajar yang sepi oleh pancaran cinta kasih?
Pengetahuan itu manis, tapi menjadi pahit oleh ketiadaan
senyum yang menyapa murid-murid saat tiba di ruang sekolah.
Si penjual kue dan gulali, yang tak pernah mengenyam sekolah
itu, ternyata lebih mengerti bagaimana memanggil Jiwa anak-anak untuk mendekat
pada apa yang ditawarkannya.
Kisah sang penjaja gulali ini sesungguhnya sedang mengetuk
rasa penasaran kita semua untuk bisa membangun ruang dan waktu belajar yang
menyenangkan bagi Jiwa anak-anak kita di sekolah.
Mari kita renungkan bersama.
by Dr Mustika
No comments:
Post a Comment