9 DARI 10 ORANG TUA MENGALAMI HAL INI
9 DARI 10 ORANG TUA TAK MAMPU MENGATASI MASALAH INI
PENTING UNTUK DIBACA DAN DI SHARE PADA PARA ORANG TUA ATAU
SIAPA SAJA YANG SEDANG MENGALAMINYA.
----------------------------------------------------------------------------------------
Apakah anak kita sering menggunakan RENGEKAN, TANGISAN ATAU
BAHKAN TERIAKAN untuk bisa mendapatkan apa yang diinginkannya?
Apakah kita sering mengabulkan desakan anak untuk meminta
sesuatu ditempat umum, karena malu dilihat banyak orang ?
Apakah sampai saat ini itu masih terjadi dan kita tidak tahu
caranya?
Segera baca ini;
TANYA:
Ayah aku Karen, mamanya
Dio 3 tahun, aku tuh pusing sama
Dio yg selalu saja menggunakan tangisan dan mengamuk di depan umum agar aku
selalu memenuhi keinginnnya, sekali dua kali sih gak pa pa tapi sekarang jadi
terus-terusan.
Apalagi jika sudah di ajak jalan2 ke Mall atau belanja di
supermaket. Minta dibeliin mainan ini lah itulah... padahal dirumah sudah
banyak banget mainan... Terkadang aku
malu harus ribut2 di depan umum sama anakku dan akhirnya selalu akulah yg
ngalah sama dia. gimana ya ayah
mengatasinya supaya gak jadi kebiasaan.
JAWAB:
Bunda Karen yg baik yang baik, ketika anak menggunakan
tangisan untuk bisa memperoleh apa yang ia inginkan dan berhasil, maka pada
kesempatan berikutnya ia akan melakukan hal yang sama. Jika orang tua tidak
mencoba menghentikannya, maka bukan tidak mungkin hal ini akan berulang
terus-menerus ditambah lagi dengan perlawanan yang lebih keras lagi.
Saat keinginan anak belum bisa ibu penuhi, katakanlah bahwa
untuk saat itu Anda belum bisa memenuhi keinginannya. Kalau memang keinginannya
masuk akal, namun Anda belum bisa
mengabulkannya, jelaskan kapan Bunda Karen bisa memenuhinya. Di awal, biasanya
anak akan menolak dan tetap menangis. Orang tua sebaiknya tidak terpancing dan
tetaplah pada pendirian secara konsisten.
Bunda Karen bisa katakan, “Nak, mama belum bisa memenuhi
kemauan kamu sekarang. Kalau kamu masih mau nangis, silahkan, kamu nangis
nak. Mama akan tunggu sampai kamu
selesai menangis.
Meski ia sedang menangis/merengek atau teriak, Ibu sebaiknya
tetap menyemangati anak dengan mengatakan bahwa mereka adalah anak baik, “Mama
tahu kamu anak baik, nanti kalo sudah selesai menangis bilang sama mama
ya..”
Bunda yg baik, memang
terlihat sepertinya tindakan ini agak kejam dan berlebihan...? sebenarnya sama sekali tidak, itulah yang
disebut ketegasan dan konsistensi.
Sekali kita berhasil melakukannya maka anak akan belajar dari
konsistensi ucapan orang tuanya dan berhenti untuk memaksakan kehendaknya
dengan cara tersebut.
Hindari ucapan yang melemahkan seperti, dasar kamu anak
cengeng, selalu nyusahin, senang bikin repot, atau ancaman-ancaman kosong
seperti awas ya nanti kalo mama pergi tidak di ajak lagi karena ia itu sama
sekali tidak akan memberikan solusi dan merubah prilaku anak kita..
Selain mengajarkan konsep waktu, Bunda Karen yg baik juga mengajarkan anak untuk
mengendalikan diri. Anak juga bisa memahami mana prilaku yang baik dan kurang
baik..
Oleh karena itu, usahakan agar setiap ada masalah, segera
selesaikan saat itu juga.
Kalau anak sudah tenang, biasanya seorang anak akan
memberikan signal-signal perdamaian untuk berkomunikasi kembali dengan orang
tuanya, maka segeralah sambut dengan positif, penutupnya pun harus dalam
kondisi positif. Misalnya dengan memberi pelukan dan katakan kamu memang anak
hebat dan anak baik..
Namun, jika suatu saat ia mengulangi perbuatannya itu lagi,
jangan menyalahkan anak ulangi cara yang sama secara konsisten.
Bagaimanapun, ia adalah anak manusia yang baru berusia 3
tahun yang masih harus banyak belajar.
Lalu, bagaimana kalau dilakukan di muka umum? Saat
jalan-jalan ke mall, misalnya?
Bunda Karen, tak
jarang banyak diantara orang tua yang merasa kesulitan mensolusikan masalah
anaknya yang menangis bahkan menjerit-jerit di pusat perbelanjaan karena
keinginannya tidak terpenuhi.
Mungkin karena tak enak dilihat atau didengar orang, pada
akhirnya Bu Karen mengalah dan mengabulkan keinginannya. Biasanya orang tua
akan berkata, “Ya sudah.. tapi ini kali saja ya … “ atau ya sudah ambil satu
saja ya...!! dan jika ini terjadi maka
si anak akan belajar bahwa, oh kalo keinginannya ingin di kabulkan lagi kelak
saya harus melakukan hal seperti ini lagi.
Bravo !! sekarang saya tahu cara yang ampuh untuk menaklukan orang tua
saya. (bagitu kira-kira pikir si anak)
Sebenarnya menjerit-jerit adalah proses eskalasi setelah ia
merasa gagal menggunakan menangis sebagai alat memenuhi keinginannya. Awalnya,
mungkin rewel lalu meningkat ke menangis, kemudian menjerit-jerit atau
meraung-raung hingga menarik-narik baju orang tuanya hingga robek atau bahkan
merusak barang-barang yang ada di dekatnya..
Hal ini bisa terjadi karena saat rewel, orang tua tidak
berhasil mencairkannya sehingga meningkat ke eskalasi menangis dan seterusnya.
Jadi segeralah bertindak sebelum rewel berubah menjadi menangis, dan menangis
berubah menjadi meraung dan merusak.
Bila anda dalam keadaan terdesak oleh waktu dan janji dsb,
dan bila anak sudah telanjur menangis bahkan meraung-raung, perlakuan yang bisa
dilakukan orang tua adalah dengan memberinya waktu untuk menangis hingga diam. Misalnya, memberi waktu sepuluh menit.
Saat sudah menit ke delapan, kita ingatkan anak untuk diam. Semakin mendekati
menit ke sepuluh, berikan pressure time dengan menghitung detik. Kita bisa
katakan, “Sepuluh detik lagi ya .. kalau kamu tidak mau diam pada hitungan ke
10, ayah akan tinggal…dan mulailah menghitung dari angka 1 dsb 8, 9..10..”
Biasanya konsep menghitung waktu ini cukup ampuh sehingga
kalau dilakukan terus menerus, anak akan memahaminya. Yang mungkin terjadi anak
akan menawar karena mereka tak mau kalah telak. Misalnya, anak meminta orang
tua agar menghitung dengan suara pelan atau menghitung hingga hitungan 12 dsb.
Tidak masalah. selama tidak melanggar konsep, permintaannya itu masih bisa Anda
penuhi.
Nah, kalau sudah selesai maka Bunda Karen bisa mengajaknya
berpelukan sambil mengatakan bahwa dia anak baik. “Kamu hebat telah bisa mengedalikan emosi
marah kamu”. Mama percaya kamu anak baik
kok jadi pasti bisa mengendalikan emosi..
Dan sudah jangan pernah ungkit-ungkit lagi apa yang baru saja terjadi.
Bahkan jika dengan cara ini sudah berhasil, orang tua
biasanya dapat mengajarkan apa yang boleh dan tidak boleh hanya dengan isyarat
mata. Dengan mata, anak bisa tahu apakah orang tuanya suka atau tidak dengan
apa yang dia lakukan. Kalau saat anak menatap mata ibunya dan tidak memberikan
pandangan yang “berarti”, maka anak akan menterjemahkan sebagai isyarat “boleh
dilakukan”.
Kami menganjurkan juga agar ibu memiliki buku kami yg
berjudul Ayah Edy Menjawab 100 persoalan orang tua dengan anaknya, yg di terbitkan
oleh Penerbit Nourabooks sebagai buku pedoman mendidik anak. Tersedia di Gramedia, Gunung Agung, Toga Mas,
Paper Clip dan seluruh toko buku lainnya.
Atau bisa di beli on line melalui Ayah Edy - online shopping
klik: https://www.facebook.com/Pusat-pemesanan-buku-AYAH-EDY-1538959983042274/?fref=ts
No comments:
Post a Comment