Anak yang Jenius itu adalah anugrah bawaan lahir.
Anak yang bodoh itu adalah hasil bentukan sistem manusia dan pola asuh yang keliru.
Anak yang bodoh itu adalah hasil bentukan sistem manusia dan pola asuh yang keliru.
Benarkah ?
Konon dalam salah satu komennya saat ia di tanya wartawan
tentang anak-anak yang jenius, Einstein pernah berkata bahwa anak yang jenius
itu bukanlah anak yang mampu menjawab sebanyak2 soal yang sudah ada jawabanya
di buku, tapi adalah anak-anak yang paling banyak bertanya, apa saja, kapan
saja dan dimana saja, yang isi pertanyaannya seringkali bahkan orang dewasa saja
tidak mampu untuk menjawabnya.
Jadi jika anak kita selalu bertanya apa saja dan dimana saja
tanpa henti dan kita sampai kewalahan dan "mati kutu" karena tidak
bisa atau tidak tahu jawabannya, itulah tanda bahwa sesungguhnya ia mesih dalam
posisi jenius.
Dan ingat jika anak kita seperti ini jangan di marahi,
karena itulah pertanda ia masih jenius, setidaknya menurut sang Jenius Dunia
Albert Einstein.
Tapi jika ia sudah menjadi anak yang pasif, tidak lagi
tertarik untuk bertanya, dan lebih banyak diam dan bengong di depan tv atau
main game, karena stress terlalu banyak diminta untuk menjawab soal-soal ujian
yang sudah ada jawabannya di buku. Maka saat itulah anak kita mulai
meninggalkan sisi jenius yang ada dalam dirinya yang merupakan anugrah Tuhan
yang di bawanya sejak lahir.
Mari kita perhatikan anak kita masing-asing, apakah ia masih
menjadi anak yang terus bertanya kapan saja, dimana saja dan apa saja atau
malah sebaliknya apakah anak kita sudah TIDAK tertarik lagi untuk bertanya dan
lebih suka menghabiskan waktunya untuk bengong di depan tivi atau bermain game
?
apakah kita lebih suka merenungkannya dan segera menarik
hikmat dan manfaat bagi anak kita, atau lebih tertarik untuk memperdebatkannya
?
Silahkan pilih sesuai dengan kebutuhan kita masing-masing,
manakah diantara keduanya yang lebih bermanfaat.
Ayah Edy
No comments:
Post a Comment