Awalnya aku hanya bisa berbaring di tempat tidur setiap harinya. Pandanganku kosong menghitung langit-langit rumah. Tiada asa yang tersisa, hanya pasrah pada nasib yang aku terima. Sambil sekali-kali mulutnya berucap, lebih baik cepat dipanggil yang kuasa daripada hidup tiada guna. Yah...itu memang yang aku inginkan, apalah artinya aku ini, apalah artinya hidupku kalau hanya di tempat tidur saja.
Lari....?" jangankan lari jalanpun tak bisa....!"
Jalan...?" jangankan jalan turun dari tempat tidur saja aku tak kuasa..!
Apalagi turun..., duduk dari pembaringan pun aku tak sanggup..., hanya lambaian tangan yang masih sanggup aku lakukan serta menoleh ke kanan dan ke kiri. Kecelakaan tahun 2003 yang terjadi di kota kelahiranku KENDAL (Jateng ) sewaktu aku duduk di bangku sekolah SMP kelas III, meluluh lantakan masa depankku, segudang harapan dan impian sirna sudah, gelar yang aku sandang telah berganti dahulu orang memanggilku dengan sebutan pelajar tapi sekarang mereka memanggilku dengan suatu gelar yang harus sanggup kuterima yaitu tuna daksa.
Jalan...?" jangankan jalan turun dari tempat tidur saja aku tak kuasa..!
Apalagi turun..., duduk dari pembaringan pun aku tak sanggup..., hanya lambaian tangan yang masih sanggup aku lakukan serta menoleh ke kanan dan ke kiri. Kecelakaan tahun 2003 yang terjadi di kota kelahiranku KENDAL (Jateng ) sewaktu aku duduk di bangku sekolah SMP kelas III, meluluh lantakan masa depankku, segudang harapan dan impian sirna sudah, gelar yang aku sandang telah berganti dahulu orang memanggilku dengan sebutan pelajar tapi sekarang mereka memanggilku dengan suatu gelar yang harus sanggup kuterima yaitu tuna daksa.
Apa itu Tuna Daksa...???
TUNA DAKSA” adalah suatu keadaan yang menghambat kegiatan individu sebagai akibat kerusakan atau gangguan pada tulang, otot, atau sendi sehingga mengurangi kapasitas normal individu untuk mengikuti pendidikan dan untuk berdiri sendiri. Kondisi ini dapat disebabkan karena pembawaan sejak lahir, penyakit atau kecelakaan. Soo ,, penderita “TUNA DAKSA” sama sekali tidak bisa menggerakkan bagian tubuhnya yang mengalami gangguan atau kerusakan. Dan itulah gelarku saat ini.
Bersyukur aku kepada Tuhan karena aku telah di lahirkan bersama orangtuaku yang hebat-hebat. Tak bosan-bosannya ibu bapak merawatku, melayaniku, mengobatiku sehingga aku masih di berikan kesempatan untuk bisa melihat dunia walau keterbatasan gerakan. Suatu sore perbincanganku dengan ibu, sesudah ibu membersihkan seluruh tubuhku, "Bu...aku bersyukur banget dengan keadaanku yang sekarang...,!" Kenapa begitu nak...? Jawab ibuku. "Ya dengan kondisi seperti ini Tuhan telah jadikan aku untuk selalu mengingatNya..., kalaupun aku hidup normal boleh jadi aku selalu berbuat dosa kepada Nya...!" Sudahlah nak...ibarat nasi semua telah menjadi bubur...,terimalah dengan rasa syukur..." jawab ibuku yang selalu menguatkan hatiku.
Terinspirasi dengan ucapan ibuku, "Ibarat nasi sudah menjadi bubur..." ,semangkok bubur tetaplah bubur tapi coba kalau bubur itu di olah di tambahkan kuah, kacang kedelai, daun seledri, kerupuk di tambah lagi dengan ayam apakah tidak menjadikan bubur ayam yang spesial yang akan membedakan dengan bubur-bubur yang lainnya. Berawal dari situlah aku mempunyai pemikiran, apa ya..yang bisa aku kerjakan sehingga hari hariku di pembaringan bisa membuahkan hasil, syukur dari hasil itu bisa ku jual sehingga bisa menghasilkan uang yang sedianya bisa aku gunakan untuk biaya pengobatan.
Tahun 2012 mulailah aku belajar menggambar dengan pensil, dari menggambar dengan pensil meningkat menjadi sebuah lukisan dengan menggunakan cat minyak, dan di akhir tahun 2014 adalah seorang pengusaha dari Jakarta yang mau membeli lukisanku, akhirnya lukisanku di beri bandrol 3 juta rupiah. Terjadilah pertemuan pertamaku dengan beliau (Pengusaha Dermawan) dan beliau menawarkan aku untuk hijrah ke Jakarta, katanya biar aku bisa berkarya sekaligus untuk melakukan pengobatan. Dan impian yang selama ini sudah ku kubur dalam-dalam, kini muncul kembali kepermukaan layaknya jamur tumbuh di musim hujan. Dengan berbagai fasilitas dan kemudahan Tuhan punya keinginan yang berbeda, aku tinggal di sebuah komplek perumahan yang terbilang bagus dan mahal menurut ukuranku. Aku hanya di temani ibuku, tapi utusan dua orang dari pengusaha dermawan seolah seperti malaikat yang mengurusi keperluanku setiap harinya. Keperluan dan kebutuhan rumah tangga ada yang urus sendiri serta urusang yang berhubungan dengan pengobatan juga ada yang melayaniku sehingga aku tak repot lagi dalam hal apapun, seluruh biaya dari mulai kontrak rumah dan makan sehari hari semua sudah di tanggung, peralatan untuk lukis sudah di berikan, terus apalagi yang kurang..., hampir tidak ada, saya sekarang tinggal beribadah dan berkarya semaksimal mungkin untuk menggapai impianku.
Ya Tuhan...kesempurnaan hanya milikMu, rasa syukur tak bosan bosannya kami panjatkan. Sekarang sebagian hasil lukisanku sudah mau di sertifikasi semoga nanti bisa di ikut sertakan dalam PAMERAN. Dan sebagai wujud syukur kami kepada Tuhan serta kepedulian kami kepada sesama,
"BAGI TEMAN TEMAN YANG MENGINGINKAN DAN MENGABADIKAN FOTO KELUARGA UNTUK DI LUKIS DENGAN PENSIL"
silahkan kirim fotonya melalui inbox Fb saya Art Rhodi,
"DANA DARI HASIL LUKISAN PENSIL AKAN SAYA SUMBANGKAN KE YATIM PIATU"
Dalam kisah perjalananku ini, saya terinspirasi dengan membaca buku bukunya Ayah Edy Wiyono, dan kepengin sekali ketemu dengan beliau..., semoga Tuhan berkenan mempertemukan saya dengannya. Sampai sampai sewaktu Om Darko Prakoso berkunjung kerumah saya bilang, "Om...saya belum mau masuk Tv sebelum saya ketemu dengan Ayah Edy..!" ,karena kemarin ada sahabat yang sudah mau mendaftarkan saya di acara KICK ANDY.
Terima Kasih
~Art Rhodi~
~Art Rhodi~
No comments:
Post a Comment